Mohon tunggu...
Politik

Akibat Menyerang Ma'ruf Amin, Kali Ini Ahok Benar-benar Akan "Tamat"

3 Februari 2017   01:36 Diperbarui: 3 Februari 2017   02:25 1744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak awal atau tepatnya sejak Ahok dicalonkan secara resmi oleh PDIP untuk menjadi Cagub DKI yang akan bertarung di Pilgub DKI 2017, sebenarnya kita bisa mengukur secara kasat mata tentang kekuatan politik Ahok.

Kekuatan Politik dimaksud sudah pasti terdiri dari dua bagian yaitu Kekuatan Personal Branding dan Kekuatan Mesin Politik.

Secara mesin politik Ahok didukung oleh 4 Partai yaitu PDIP, Golkar, Nasdem dan Hanura. Ditambah lagi 1 partai baru, Partai Solidaritas.  Bila mengacu pada angka penguasaan Kursi DPRD DKI ataupun  jumlah prosentase perolehan suara dari  sekian parpol maka bisa disebut Ahok punya 50% Suara dari Mesin Politik ditambah Suara yang bisa didulangnya dari Personal Brandingnya sendiri.

Tetapi sebenarnya  angka itu hanyalah angka diatas kertas saja. Dan pertanyaannya kemudian : seberapa besar  sebenarnya Konstituen 5 Parpol itu bisa digerakan oleh mesin parpol agar memilih Ahok?  Apakah semua konstituen partai-partai itu akan bersedia memilih Ahok?

Dalam perhitungan pribadi saya (sudah berkali-kali saya tuliskan dalam artikel saya di bulan oktober-november 2016), bahwa secara maksimal Mesin Parpol untuk Ahok hanya bisa menggerakan  50% Konstituennya.  Dan itu berarti dari angka 50% diatas tinggal tersisa 25%.

Selanjutnya kita bicara soal Personal Branding Ahok.  Berapa banyak sebenarnya warga DKI yang menyukai Ahok?

Dalam artikel ini tentu saya tidak akan bicara tentang TEMAN AHOK. Semua orang sudah tahu bahwa Klaim 1 Juta yang dikumpulkan Teman Ahok itu Bullshit. Itu mungkin hanya akal-akalan Konsultan Politik Ahok untuk mendongkrak bargaining politik Ahok terhadap parpol.

Setelah Ahok “Laku” dijual ke 4 partai maka otomatis Komunitas Teman Ahok membubarkan diri. Jadi selanjutnya tidak perlu dibahas lagi.

Selanjutnya seperti yang sudah pernah saya bahas pada artikel-artikel lalu, bahwa Nilai Kesukaan Ahok oleh warga DKI hanya terletak pada KJP dan KJS saja. Inilah senjata Ahok yang paling efektif untuk mengikat warga DKI selama ini.

Berapa banyak warga DKI yang mampu diikat oleh Ahok dengan KJP dan KJS ini? Taksiran dan perhitungan saya hanyalah 10-15% warga DKI.  Dengan demikian secara kasat mata Kekuatan Politik Ahok sejak awal dicalonkan PDIP  memang hanya berkisar 35-40% yang terdiri dari Mesin Parpol 25% dan Personal Branding 10-15%.

Pada waktu itu Lembaga-lembaga Survey yang ada mengukur Elektabilitas Ahok mencapai 48% tetapi saya tetap mengukurnya sekitar 35-40%.

MARI CERMATI GRAFIK NAIK TURUNNYA ELEKTABILITAS AHOK

1.Pada saat Ahok belum memiliki lawan resmi di Pilgub DKI 2017, Elektabilitas Ahok kita anggap sebesar 48%. Sementara  undecided Voter  masih sebesar 52%.  Tetapi setelah muncul nama Anies Baswedan dan Agus Yudhoyono sebagai lawan resmi Ahok maka Angka Elektabilitas Ahok turun menjadi 33%, Anies  punya  22% sementara Agus punya 20%.  Undecided Voters sekitar 25%.

2.Selanjutnya masuk musim Kampanye, wajah baru AHY mampu mencuri perhatian warga DKI. Peta Elektabilitas langsung berubah. Urut-urutannya menjadi  Ahok, Agus barulah Anies.  Dan berubah lagi menjadi Agus 30%, Ahok 29% sementara Anies 26%. Undecided Voters menjadi 15%.

3.Berikutnya meledaklah peristiwa Kepulauan Seribu disusul Aksi 411 dan 212. Elektabilitas Ahok anjlok seketika. Umat Islam marah karena penghinaan Al-Maidah. Dampaknya Elektabiltas 3 cagub menjadi : Agus 32%, Ahok 22% dan Anies 28%. Undecided Voters berubah menjadi 18%.

4.Selanjutnya terjadi lagi perubahan signifikan setelah Ahok memasuki Sidang Penistaan Agama. Saat itu memang Dramatis melihat Ahok berlinangan air mata di Pengadilan dan menyatakan penyesalannya telah membuat umat Islam marah.

Dan masyarakat Indonesia bukanlah masyarakat pendendam. Sebagian dari mereka juga berpikir, jangan-jangan Ahok ini tidak sengaja berucap dan kemudian didzalimi oleh lawan politiknya.

Paska meweknya Ahok di Pengadilan, Elektabilitas Ahok kembali menanjak. Saat itu terhitung Agus stagnant di 32%, Ahok naik menjadi 26% dan Anies turun ke 26%.

5.Masuk di pertengahan Januari peta Elektabilitas berubah lagi. Agus turun ke 30,5%, Ahok naik ke 29% dan Anies naik ke 27,5%. Undecided Voter sekitar 13%.  Kemungkinan besar menurunnya elektabilitas Agus dipengaruhi  hingar-bingar Sylviana Murni terlibat  2 kasus hukum yang tidak jelas itu.

Sampai disini itu artinya tinggal 1 bulan lagi hari pencoblosan. Trend Ahok sedang mengalami kenaikan, sementara Agus trendnya menurun. Anies sendiri sepertinya trendnya naik tapi tipis sekali.

Undecited Voters tinggal 13% itu artinya sudah top performance survey. Angka elektabilitas sudah paling maksimal terhitung. Tidak mungkin undecided Voters bisa mencapai 10%. Belum pernah terjadi dalam sejarah Indonesia.

6.Akhirnya terjadilah Kekacauan Besar.  Penyakit arogan Ahok datang. Mungkin juga gara-gara Situs Seword dan Kompasiana juga dimana para pendukung Ahok selama ini begitu bebas mengekpresikan “kebencian” mereka terhadap FPI dan MUI dalam kedua situs itu. Dan itu membuat Ahok merasa sah-sah saja untuk menyerang Ulama.

Tapi kali ini tempatnya berbeda. Semua mata menyaksikan, semua telinga mendengar betapa Ahok memojokkan Rais Aam dari PBNU. Ini pelecehan besar. Dan ini memicu kemarahan mayoritas warga NU.

GP Ansor bereaksi keras, Mahfud MD, Aa Gym dan banyak ulama langsung marah kepada Ahok. Bagaikan bola salju kemarahan mereka memuncak hingga akhirnya para elit penguasa sadar ini situasi mulai berbahaya. Mau tidak mau Ahok dipaksa untuk menjilat ludahnya sendiri.  Ahok harus minta maaf agar kekacauan tidak meledak.

Akhirnya Ahok dengan setengah hati meminta maaf kepada Kyai Haji Ma’ruf Amin. Perhatikan transkrip permintaan Ahok terdapat kata “Apabila”. Dan tidak seperti umumnya orang minta maaf, Ahok enggan mendatangi KH Ma’ruf Amin apalagi menempatkan dirinya dalam kerendahan hati.

Meskipun demikian KH Ma’ruf Amin sudah memaafkannya. Selesaikah masalahnya?

Secara institusi memang sudah tetapi secara masing-masing personal warga NU, sepertinya belum.

Kita tidak akan pernah tahu ada tidak sisa kemarahan yang masih terpendam di hati para warga NU. Sementara mayoritas warga muslim di Jakarta adalah keluarga besar tidak resmi dari kaum nahdiyin. Ini persoalannya. Dan ini masalah besarnya.

Menurut saya, sebenarnya pada bulan Januari lalu mayoritas umat Muslim Jakarta sudah memaafkan Ahok atas ucapannya di kepulauan Seribu.  Tetapi ini terjadi lagi. Ahok menyerang ulama besar.

Yang saya kuatirkan adalah meskipun warga muslim Jakarta sudah memaafkan Ahok untuk kali ini  tetapi di hati kecilnya sudah tidak percaya lagi pada Ahok.

Soal KJP dan KJS bila tanpa Ahok juga pasti bisa dijalankan oleh Agus atau Anies. Program itu sudah berjalan dan tidak mungkin dikurangi. Kalau ditambah bisa saja terjadi.

Dan itu artinya Ahok sudah bukan menjadi alternative pilihan warga DKI lagi , khususnya umat Muslim.

Perhitungan saya saat ini, Elektabilitas Ahok sudah jatuh sekali. Bukan tinggal 22% seperti paska aksi 411 dan 212. Mungkin bisa dibawah 20%.

Sementara Hari Pencoblosan tinggal 12 hari lagi.  Efektif waktu kampanye tinggal 1 minggu lagi dipotong masa tenang.

Dengan kondisi yang demikian, pada tanggal 15 Februari mendatang kemungkinan besar Ahok hanya mampu mendulang suara maksimal 20% saja.

Bila Kasus Sylviana Murni masih diselidiki Polri untuk 2 minggu kedepan maka Pemenang Pilgub DKI Putaran Pertama adalah Anies-Sandiaga.  Tetapi bila Kasus Sylvi tidak diteruskan maka peluang terbesar di tanggal 15 Februari adalah milik Agus-Sylvi.

Begicuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun