Sebenarnya tulisan ini sudah dibuat sejak hari sabtu kemaren (baru dapat 1 halaman) tapi karena sibuk liburan jadi tidak sempat dilanjutkan. Biar deh telat bahasnya, yang penting terpublish aja.
Saya sepakat dengan judul tulisan Kompasianer Zulfikar bahwa Debat ke 2 Pilgub DKI kemarin Paslon nomor urut 3 memperlihatkan sikap yang tidak simpatik. Anies dan Sandiaga bahkan mungkin bisa dikatakan mempermalukan diri mereka sendiri karena cenderung terlau agresif menyerang.
Berbeda pada Debat Jilid 1 dimana menurut saya telah dimenangkan secara mutlak oleh Paslon no.3 (sempat saya buat artikelnya), Debat Jilid 2 kemarin saya pastikan memang dimenangkan oleh Paslon nomor urut 1.
Paparan Paslon 1, AHY sudah tidak normative lagi melainkan dengan substansi terukur. Malam itu AHY menjadi bintangnya kalau menurut saya. Buat pendukung Ahok ya silahkan saja mengklaim kemenangan Ahok di Debat tersebut. Sah-sah saja karena siapapun orangnya boleh bercerita semua kejadian berdasarkan versinya, berdasarkan kesukaannya. No problema.
Karena sudah banyak yang membahas soal debat kemarin versi pendukung Ahok ya akhirnya saya pikir harus ada bahasan yang lebih “waras” untuk debat kemarin. “Waras” disini tentu saja artinya Netral. Hahahaha. (maaf hanya bercanda).
SEBELUM DEBAT DIMULAI SEBENARNYA POSISI AHOK SUDAH KALAH
Beberapa jam sebelum Debat dimulai, ketika membaca Topik Debat yang akan digunakan saat, itu juga saya berpikir Ahok akan menjadi bulan-bulanan oleh lawan-lawannya. Topiknya adalah Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik.
Berbicara tentang Birokrasi Pemprov DKI itu artinya berbicara tentang Managemen Koboy. Semua orang sudah tahu bagaimana cara Ahok menjalankan Birokrasinya. Gemar mencaci bawahan didepan public, suka main pecat, suka main tuduh dan sering melanggar Peraturan sesuka hatinya.
Jauh hari sebelum musim Pilgub DKI, sudah santer terdengar bahwa mayoritas PNS DKI tidak suka Ahok. Begitu juga dengan Perangkat Desa seperti RT/RW di DKI. Kesan yang didapat public dari berita itu adalah Ahok type pemimpin yang Arogan. Belum lagi bila bicara Penggusuran yang sangat minim dialog.
Interaksi Ahok dengan bawahan sangat buruk. Itu poin pertama. Sementara poin kedua, Ahok sering melakukan Relokasi tanpa Dialog yang memadai. Dan yang ketiga Ahok sering menabrak Peraturan dan UU yang ada. Kasus Sumber Waras dan Skandal Reklamasi menjadi 2 contoh yang tidak terbantahkan tentang nekatnya Ahok menerobos Peraturan dan UU yang ada.
Dalam Kasus Sumber Waras Ahok telah melakukan Mal-administrasi. Melakukan Pembelian Lahan tanpa melibatkan Tim Appraisal, melakukan negoisasi sendiri dan memaksakan pembelian meskipun Lahan tersebut tidak layak secara UU. Bahkan sebagian dari lahan itu sedang dalam sengketa kepemilikan.