Pertama, cukup sulit untuk menyebut peristiwa ini sebagai perampokan. Tidak seperti umumnya kejadian perampokan, dalam peristiwa ini barang-barang yang dirampok ternyata (kabarnya) hanya 2 buah telepon genggam. Mengapa hanya itu yang diambil sementara bila melihat fisik rumah mewah dan foto-foto yang ada dapat diperkirakan isi rumah itu seharusnya penuh dengan barang berharga?
Peristiwa ini lebih cocok disebut sebagai pembunuhan sadis. Meskipun demikian, masih ada juga hal-hal lain yang membuat peristiwa ini sulit disebut sebagai pembunuhan berencana (disengaja).
Yang kedua, empat orang pelaku terkesan sangat mudah (berdasarkan pemberitaan) melakukan aksinya. Para pelaku datang ke rumah tersebut dan tahu betul bahwa pagar besar rumah tidak terkunci sehingga dengan mudah 4 pelaku bisa langsung masuk dan menyergap 10 orang yang ada di dalam rumah. Ir. Dody datang pada saat para pelaku sudah memasukkan 10 penghuni ke dalam kamar mandi dan Dody menjadi orang kesebelas yang dimasukkan ke dalam kamar mandi.
Analisa bahwa rumah tersebut sudah diintai lama oleh perampok (yang mungkin sangat profesional) agak sulit dicerna karena akan sangat kecil kemungkinannya sekawanan perampok mau menyantroni rumah dengan jumlah anggota keluarga sebanyak itu. Logikanya itu bisa saja terjadi bila para perampok itu benar-benar sangat paham dengan kondisi sehari-hari dalam rumah itu.
Apa yang bisa membuat para perampok itu sangat paham dengan kondisi rumah tersebut? Ini yang membuat kita semua menjadi penasaran.
Yang ketiga, terlalu mudah bagi polisi meringkus para perampok.
Faktanya memang dalam rentang waktu 2 x 24 jam polisi mampu meringkus 3 dari 4 pelaku perampokan. Polisi menyergap mereka di 2 tempat di kawasan Bekasi. Tentu sebelumnya kita semua harus mengacungi jempol untuk polisi kita. Mereka jelas sangat profesional.
Tetapi ketika mendengar kabar itu, tentu kita akan menebak kemungkinan besar polisi mampu menangkap pelaku dikarenakan pelaku memiliki dua handphone korban yang kemudian membuat polisi mampu melacak secara tepat posisi handphone dari sinyal yang tertangkap di peralatan pelacak polisi.
Soal kemampuan polisi memiliki alat pelacak sinyal handphone itu sudah rahasia umum sehingga umumnya para perampok profesional sudah paham soal itu. Akan menjadi aneh dan ganjil bila para perampok tidak mematikan HP (atau membuang simcard HP) setelah mengambilnya dari TKP. Hanya perampok amatir yang mungkin tetap membiarkan HP yang dirampoknya tetap menyala ataupun tetap berisi simcard pemilik.
Dan catatan untuk mengukur amatir atau profesionalnya perampok biasanya bisa kita hitung dari jumlah pelaku dan peralatan yang dibawanya. Jumlah pelaku ada 4 orang dan mereka datang dengan sebuah mobil Suzuki Ertiga (keluaran terakhir). Jadi sulit menyimpulkan para perampok ini komplotan Amatir.
Yang keempat, peristiwa ini bukan pembunuhan sempurna.