Jujutsu Kaisen menjadi salah satu manga yang sudah populer di dunia. Selain manganya yang memiliki penggemar fanatik, adaptasi animenya pun sudah membuat masyarakat dunia mengenali series aksi horor ini.
Manga Jujutsu Kaisen bercerita tentang seorang siswa bernama Yuji Itadori yang secara 'tidak sengaja' memakan sebuah benda kutukan tingkat tinggi yaitu jari Sukuna, sang raja kutukan. Siapa sangka, awal kejadian tersebut membuat Yuji Itadori masuk ke dunia Jujutsu atau perdukunan Jepan di mana 'dukun' bertugas untuk memusnahkan kutukan yang berbahaya bagi manusia.
Dalam manga ini, tiap dukun yang muncul memiliki teknik kutukan sesuai dengan kepribadian, garis turunan, atau hasil latihan mereka. Selain ada teknik kutukan tak terbatas milik Satoru Gojo yang sangat terkenal di dunia perwibuan, ada satu teknik lain yang mencuri perhatian.
Teknik kutukan tersebut adalah Love Rendezvous yang merupakan kemampuan unik milik salah satu karakter bernama Kirara Hoshi. Teknik kutukan Love Rendezvous digadang-gadang menjadi salah satu kemampuan yang paling sulit dipahami di dunia Jujutsu Kaisen.
Love Rendezvous bisa membuat Kirara Hoshi memberikan tanda objek ke benda apapun (baik hidup atau mati). Tanda ini berfungsi untuk membuat setiap objek yang disentuh Kirara tidak bisa saling berdekatan satu sama lain dan jika salah satu benda ingin mencapai/menyentuh benda lainnya, maka harus melalui alur tertentu .
Setiap objek akan ditandai berdasarkan urutan Crux atau konstelasi Salib Selatan. Berdasarkan penelitian astronomer, bintang-bintang yang ada dalam konstellasi Salib Selatan atau Crux adalah Mimosa, Acrux, Gacrux, Ginan/Epsilon, dan Imai/Delta.
Kirara akan menempatkan lima bintang tersebut ke objek yang dia inginkan untuk tidak saling berdekatan. Dalam teknik kutukan tersebut, objek yang ditandai harus mengikuti alur sebagai berikut; Imai>Acrux>Mimosa>Ginan>Gacrux.Â
Teknik kutukan Kirara Hoshi terbilang sangat rumit. Mereka yang ditandai Imai harus melalui Acrux, Mimosa, kemudian Ginan untuk bisa sampai ke Gacrux. Siapa saja karakter yang pertama kali terkena teknik ini pasti kebingungan setengah mati.
Bahkan, Kirara sendiri disebut sempat kesusahan saat pertama kali mempelajari teknik kutukannya. Siapa sangka, teknik kutukan tersulit itu ternyata cukup relate dengan masyarakat Jawa.
Konstelasi Salib Selatan atau Crux ternyata menjadi salah satu pedoman penting dalam keberlangsungan hidup masyarakat Jawa kuno. Crux lebih dikenal masyarakat Jawa sebagai konstelasi Gubug Penceng.
Konstelasi atau rasi Gubug Penceng digunakan masyarakat Jawa kuno sebagai penanda musim cocok tanam. Jika para petani sudah melihat rasi tersebut di langit timur pada awal malam, maka masyarakat akan memulai kegiatan cocok tanam mereka agar bisa dipanen di waktu yang pas.
Belum diketahui pasti sejak kapan masyarakat Jawa atau bahkan suku lainnya (dengan sebutan yang berbeda) menggunakan rasi Gubug Penceng. Namun, kitab-kitab masa pemerintahan Panembahan Senopati sudah menyebutkan rasi bintang tersebut sehingga sudah dipastikan 'tradisi' ini ada sejak ratusan tahun lalu.
Sebuah cerita rakyat menyebutkan rasi Gubug Penceng diambil dari sebuah kisah di mana ada beberapa pemuda yang sedang membangun gubug atau rumah. Lalu setiap kali mereka membangun gubug tersebut, selalu ada wanita cantik lewat di jalan depan mereka sehingga membuat para pemuda selalu meleng menatap sang wanita. Akibatnya, gubug tersebut jadi miring atau penceng karena para pemuda tidak berkonsentrasi dalam membuat gubug tersebut.
Manga memang sebuah medium yang tidak terlalu kuno dan bahkan bisa dibilang terus diolah di tiap zaman sehingga menjadi sebuah pop culture. Meski manga menceritakan cerita fiksi, namun tetap saja pasti ada kejadian/objek nyata yang menjadi inspirasi dalam pembuatan karya seni tersebut.
(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H