Hi, pernah berkunjung ke Toraja? Semoga pernah yah, dan yang belum pernah saya ‘nasihatkan’ anda harus berkunjung ke tempat ini. Tidak akan ada penyesalan jika anda berwisata ke tempat ini. Soal biaya dan lain sebagainya tidak udah pusing, di Toraja segala sesuatunya serba terjangkau. Tenang saja.
Saya tidak mungkin mengupas semua tentang keunikan Toraja lewat tulisan, lebih adil dan greget jika anda datang langsung ke tempat ini, feel-nya akan lebih ‘berasa’ . Saya jamin.
Dalam tulisan kali ini, saya akan membahas tentang salah satu keunikan Toraja yaitu kuburan di dalam gua. Pernah lihat? Mungkin pernah yah, tapi saya jamin ini beda dari yang lain, lebih ‘spesial’ tepatnya.
Ada beberapa gua makam yang ada di Toraja.
Tapi kali ini saya akan membahas mengenai tempat yang pernah saya kunjungi bersama teman-teman seangkatan saya saat SMA. Kami melakukan observasi ke beberapa objek-objek wisata di Toraja.
Londa terletak di desa Sandan Uai, Kecamatan Sanggalangi. Objek wisata ini berjarak kurang lebih 8 km dari Kota Rantepao, Toraja Utara. Mudah untuk menjangkau tempat ini, bisa menggunakan angkutan umum, ojek maupun mobil pribadi. Lokasinya tidak jauh dari pusat keramaian kota. Saya yakin anda tidak akan bisa tersesat jika ingin mengunjungi tempat ini. Pasti.
Untuk bisa masuk ke dalam gua makam Londa ini, anda harus menuruni sejumlah anak tangga. Di dalam pasti gelap kan? Tidak usah khawatir, anda bisa menyewa lentera dari para penjaga disana, sekaligus mereka yang akan menjadi tour guide anda saat berada di dalam gua. Terakhir kali saya ke tempat ini dalam rangka observasi bersama teman-teman angkatan saya saat SMA tarifnya sekitar 25.000,- per kelompok.
Dari kejauhan, kita sudah disuguhi pemandangan tebing curam yang dirimbuni pepohonan. Jika mata anda jelalatan kemana-mana saya yakin seyakin-yakinnya anda pasti bisa melihat peti jenazah yang diletakkan di celah dinding tebing. Nah di kaki tebing tinggiyangrimbun inilah, terletak gua Londa tersebut.
Saat tiba di dekat gua, saya dan teman-teman yang lain merasa ‘agak aneh’ hhmm. Agak mistis sih, padahal kami ada banyak di tempat itu tapi tetap saja suasana mistisnya tidak bisa dipungkiri. Datang siang hari di tempat ini saja sudah merinding disco hahaha. Apalagi jika kita datang pada malam hari, saya beri jempol segede jempol gajah jika ada yang berani berkunjung ke tempat ini pada malam hari.
Oh iya di dinding tebing sekitar gua, anda akan melihat deretan patung kayu (di Toraja disebut tau-tau) yang dipahat sedemikian rupa, menyerupai wajah-wajah manusia yang dikuburkan di dalam gua tersebut. Bagi yang hobi selfie mungkin itu bisa menjadi objek ke-selfie-an anda.
Kayu nangka adalah kayu yang biasa dipakai untuk bahan tau-tau tersebut, karena warna kayunya mirip dengan kulit manusia. Tour guide di tempat itu yang berbagi informasi kepada kami.
Sungguh hebat para pemahat tau-tau tersebut, raut wajah yang dihasilkan menurut saya mendekati kesempurnaan.
Selain patung kayu/tau-tau di dinding tebing sekitar gua juga bisa ditemukan peti-peti mati atau orang disana menyebutnya ‘erong’ yang disangga oleh kayu agar lebih aman. Orang disana juga menyebutnya peti gantung/makam gantung. Peti tersebut adalah peti kaum bangsawan Toraja, kata tour guidenya letak peti menunjukkan strata sosial jenazah, jika letaknya semakin tinggi maka derajat jenazah juga semakin tinggi.
Orang Toraja memiliki keyakinan bahwa orang yang telah meninggal akan membawa hartanyanya , itulah sebabnya mereka mengubur peti-peti tersebut, dengan tujuan untuk melindungi harta yang ikut dikubur bersama jenazah. Ada kepercayaan lain, katanya semakin tinggi letak petinya berarti perjalanan roh jenazah menuju nirwana akan semakin dekat.
Di depan jalan masuk ke gua anda jangan heran apabila menemukan tulang-tulang berserakan, tulang-tulang tersebut berjatuhan dari peti-peti jenazah yang digantung, kata tour guidenya salah satu penyebab tulang-tulang tersrbut berjatuhan karena sudah banyak peti yang hancur termakan usia. Tengkorak dan tulang-tulang ini dapat saja ditempatkan di peti yang baru, hanya saja untuk melakukan hal tersebut harus pula dilaksanakan upacara adat yang sangat mahal, upacara yang mungkin sama saat peti tersebut pertama kali dikuburkan. Jadi tidak ada yang berani menempatkannya di peti yang baru, makanya tulang-tulang tersebut dibiarkan tergeletak.
Karena waktu itu jumlah kami yang begitu banyak jadi kami masuk berganti-gantian. Di luar gua sudah mistis, apalagi di dalam gua, dan yah sepertinya itu benat. Masuk ke dalam gua, jangan heran yah, tengkorak dan tulang-tulang lebih banyak lagi yang berserakan.
Di beberapa tempat, terlihat peti yang diatur sedemikian rupa, pengaturannya sesuai garis keturunan/keluarga. Kayu-kayu peti sudah banyak yang hancur termakan usia, bayangkan umur petinya sudah puluhan bahkan ratusan tahun. Tidak heran jika tengkorak dan tulang-tulang bisa berserakan dimana-mana.
Bukan hanya itu, di tempat tertentu pun, kita dapat menjumpai puntung-puntung rokok, uang koin, uang kertas, dan barang-barang aneh bin unik lainnya. Kata tour guidenya uang serta rokok-rokok tersebut ditinggalkan dengan sengaja oleh para pengunjung, katanya sih seikhlas kita saja ingin meninggalkan ‘berapa’.
Di dalam gua kami diajak mengunjungi beberapa tempat, di dalam gua makam tersebut ada banyak stalagtit dan stalagmit, sehingga kadang kita harus menunduk atau bahkan jalan jongkok untuk bisa ke tempat berikutnya. Oh iya hati-hati jika berjalan dalam gua, apalagi kalau musim hujan, kadang licin loh. Kata tour guide-nya tak jarang ada pengunjung yang terpeleset jika tak berhati-hati.
Padahal di dalam gua kami ada banyak loh, tapi tetap saja suasananya tetap horor. Kata tour guide-nya kedalaman gua ini berkisar 1000 meter. Dan biasanya yang bisa turun sampai kedalaman berikutnya adalah yang betul-betul bernyali dan tidak sembarangan juga, terkadang yang memiliki kepentingan lain, dan juga telah mengantongi ijin.
Walaupun kami tidak bisa turun ke kedalaman berikutnya tapi kami sudah senang bisa merasakan sebagian ruang dari banyaknya ruang di gua makam ini. Kami yakin gua makam ini tidak ada di tempat lain selain di Toraja.
Ini tempat unik bin ajaib dengan segala keindahannya. Pengalaman berharga karena bisa mengunjungi tempat ini bersama teman-teman SMA saya. Bersama-sama mengenal keunikan Indonesia, khususnya Toraja. Ini menyenangkan, ini tidak akan terlupakan, dan ini pengalaman yang sangat berharga.
Ketentuan yang tidak boleh dilanggar (sumber : tour guide Londa) : Di area makam kalian jangan bertindak ‘nakal’ . Jangan sekali-kali memindahkan, menginjak apalagi ingin mencuri atau membawa pulang barang-barang di dalam gua, seperti tengkorak, tulang-tulang, ataupun uang-uang recehan disana. Mungkin kalian beranggapan,memang siapa yang mau lihat? Hahaha jangan nakal deh pokoknya. Cari aman saja. Titik. Kita harus menghargai peraturan/adat-istiadat tempat-tempat yang kita datangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H