Sinopsis
Penjahat tidak terlahir. Mereka diciptakan.
Film Kraven the Hunter mengisahkan perjalanan Sergei Kravinoff, seorang pria muda yang dibentuk oleh trauma masa kecilnya bersama ayahnya, Nikolai Kravinoff, seorang gangster kejam yang hanya menghargai kekuatan dan dominasi. Hubungan rumit mereka mendorong Sergei ke jalan balas dendam yang penuh kekerasan, hingga akhirnya ia menjadi pemburu paling mematikan dan ditakuti di dunia. Namun, ambisi tersebut tidak hanya membawa Kraven pada perburuan binatang liar, melainkan juga membawanya bertarung melawan musuh-musuh berbahaya seperti Rhino dan The Foreigner.
Spoiler Alert
Film ini mencoba menggambarkan latar belakang emosional Kraven, termasuk pengaruh besar ayahnya dalam membentuk sosoknya. Namun, twist utama cerita yang mengejutkan justru datang dari transformasi salah satu karakternya, Rhino. Dalam versi ini, Rhino tidak lagi menjadi seorang pria biasa dengan kostum badak mekanis, melainkan manusia yang secara harfiah berevolusi menjadi badak mutan karena eksperimen. Sayangnya, origin story yang potensial ini tidak dikembangkan secara memadai, sehingga karakter ini hanya berakhir menjadi musuh generik yang terlalu mudah ditebak.
Selain itu, film ini menambahkan elemen absurd seperti kekuatan hipnosis yang tiba-tiba dimiliki oleh The Foreigner, tanpa latar belakang atau penjelasan yang memadai. Hal ini membuat plot terasa berantakan dan kehilangan kedalaman yang diharapkan dari sebuah film solo karakter Spider-Man Universe.
Pada akhirnya, Kraven sendiri justru terlihat melenceng jauh dari versi komiknya. Karakterisasi yang lemah, termasuk trauma masa kecil akibat adegan singkat tentang ibunya, membuatnya lebih terlihat seperti pria yang rapuh dibandingkan sebagai pemburu ganas seperti dalam versi Marvel Comics. Adegan-adegan brutal yang ditonjolkan pun terasa seperti taktik murahan untuk menarik perhatian penonton, tanpa ada substansi yang berarti.
Ulasan
Sejak awal, Kraven the Hunter sudah dihadapkan pada ekspektasi besar dari penggemar Spider-Man Universe. Namun, alih-alih menyajikan sesuatu yang baru atau menarik, film ini justru terasa seperti langkah mundur ke era 2000-an, di mana banyak film superhero diproduksi dengan kualitas cerita yang asal-asalan. Dialog yang hambar, efek visual yang usang, dan arahan yang tidak konsisten menjadi kombinasi fatal bagi film ini.
Saya  juga menyoroti bahwa pesan anti-perburuan hewan liar yang diselipkan dalam film ini tidak cukup untuk mengangkat kualitas keseluruhan. Bahkan, meski menampilkan beberapa karakter dunia Spider-Man yang kurang dikenal, seperti Calypso dan The Foreigner, kehadiran mereka justru memperburuk narasi karena kurangnya pengembangan karakter.