Mohon tunggu...
Angin Sepoi
Angin Sepoi Mohon Tunggu... lainnya -

hanya kabar angin..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengejar Pemimpin

17 Maret 2014   21:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:50 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan senang hati si fakir melakukan segala sesuatu yang diperintahkan sang sufi itu. Setelah matahari terbenam kembalilah ia kepada sang sufi yang bijaksana dan berkata, “Sebagaimana yang engkau suruh, aku telah menempatkan diriku di gerbang kota dalam keadaan yang penuh awas. Peristiwa yang paling mengesankan di sepanjang hari adalah mengenai seorang tua yang ingin masuk ke dalam kota sambil memikul kayu api yang sangat banyak. Penjaga gerbang mendesak agar ia membayar pajak sesuai dengan nilai barang yang dibawanya. Karena tidak mempunyai uang barang sesenpun, maka orang tua itu bermohon agar dia diijinkan menjual kayu apinya terlebih dahulu. Setelah menyadari bahwa orang tua itu tidak mempunyai sahabat dan tidak berdaya, maka penjaga gerbang memaksanya untuk menyerahkan semua kayu yang dibawanya. Kemudian kayu-kayu itu diambil oleh si penjaga gerbang untuk dirinya sendiri, sedang orang tua tersebut diusir pergi dengan pukulan-pukulan yang keras.

Sang sufi bertanya, “Bagaimanakah perasaanmu ketika menyaksikan peristiwa itu?”

Si fakir menjawab, “Semakin berkobarlah keinginanku untuk mengetahui Nama Allah Yang Paling Agung. Seandainya aku telah mengetahui Nama itu, niscaya bencana itu tidak akan menimpa si penebang kayu yang malang dan tak bersalah.”

Sang sufi berkata, “Wahai manusia yang ditakdirkan untuk mencapai Kebahagiaan! Aku sendiri mendapatkan Nama Allah Yang Keseratus dari Guruku setelah ia menguji keteguhan hatiku dan menentukan apakah aku seorang emosional yang menurutkan gejolak hati atau seorang pengabdi ummat manusia, dan setelah ia memaksaku untuk menghadapi berbagai pengalaman yang membuatku sanggup melihat pikiran-pikiran dan tingkahlakuku sendiri. Nama Allah Yang Keseratus adalah pengabdian seumur hidup kepada semua ummat manusia. Guruku itu tidak lain adalah penebang kayu yang telah engkau saksikan siang tadi di gerbang kota.”

Demikianlah ceritanya. Semoga dapat dipetik hikmahnya.

......

Malam itu. Sambil berdiang dekat api unggun, si akkal bertanya kepada si buyung sehubungan dg berita yg beredar di kota sebelah,

Akkal kemudian bertanya, “kira2 nanti yg menang siapa ya bang?”.

“saya membayangkan bahwa sebenarnya ini bukanlah ladang pertempuran yg harus dimenangkan. Manusia tidak perlu saling mengalahkan. Tak perlu saling mengungguli sesamanya. Hanya makhluk2 rendah yg merasa perlu melihat kekalahan dan kesengsaraan orang lain untuk dapat merasa unggul, agar dapat mensyukuri hidup. Saya lebih menganggap bahwa ini adalah sawah ladang milik bersama yg mesti digarap bersama untuk kepentingan bersama..”. jawab buyung.

Akkal kembali bertanya. “Lalu bagaimana dg mereka yg golput? Apakah mereka tidak ikut menggarap?”.

“jangan sebut mereka yg golput itu tidak ikut menggarap. Justru merekalah penggarap sejati. Mereka menyumbangkan keringat untuk membangun negri tanpa merasa perlu dicatat sebagai siapa2. Mereka murni mewakili dirinya sendiri, tidak mau menambah dosa orang lain dg kesalahan mereka. ketika kita memberikan kepercayaan kepada orang yg salah, berarti kita menjerumuskan orang itu untuk berbuat dosa. Mereka yg golput terdiri dari orang2 yg sudah lelah untuk percaya kepada pilihan2 mereka sendiri. takut kalau mereka salah pillih lagi. maka mereka memilih untuk berserah kepada ALLAH, apapun yg terjadi. Kalau misalnya para calon butuh dukungan mereka, mestinya ada usaha2 untuk kembali menumbuhkan kepercayaan diri mereka untuk ikut memilih lagi. Merangkul mereka dg kasih sayang, bukan malah diejek2..”. kata buyung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun