Mohon tunggu...
Ki Suki
Ki Suki Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seorang yang suka menulis dan menggambar.

Hidup ini selalu indah saat kita bisa melihatnya dari sudut yang tepat, sayangnya seperti melihat sebuah kubus kita hanya mampu melihat paling banyak tiga sisi dari enam sisi yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Resensi Buku: "Wuni" Sebuah Cerita tentang Takdir

13 Januari 2018   22:38 Diperbarui: 14 Januari 2018   01:02 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Buku karya Ersta Andantino ini saya terima dari sahabat saya yang manis dan baik hati,Arie Rie Rachmawati. Hebatnya lagi ada bubuhan tanda tangan si penulis buku tepat di lembar pertama setelah cover buku. Sebuah hadiah yang tidak mungkin saya sia-siakan, apalagi hadiah ini saya terima tepat sebagai hadiah ulang tahun yang kebetulan jatuh di bulan Januari.

"Wuni: Sebuah Legenda Tanah Jawa", begitu judul buku ini tertulis. Membaca judul ini saya langsung berpikir tentang kisah pendekar tanah Jawa seperti Wiro Sableng, atau kisah tentang raja-raja tanah Jawa seperti Jaka Tingkir atau Jayabaya, atau setidak-tidaknya mungkin bersinggungan dengan cerita wayang. Atau mungkin sebuah novel tentang seorang tokoh luar biasa yang bernama Wuni. Namun kali ini aku salah besar!

Buku ini bercerita tentang perjalanan nasib seorang pemuda modern dan berpendidikan tinggi yang harus menjalankan takdirnya untuk kembali ke desa. Kembali ke desanya yang bernama Wuni. Kisah yang menceritakan pertentangan antara dunia modern dan dunia klasik bahkan menjurus klenik. Bagaimana pemuda yang bernama Jaka harus menjalani takdirnya yang bisa dibilang luar biasa, sebuah perjalanan hidup yang sebetulnya mudah menjadi sangat rumit saat bersentuhan dengan harta, tahta dan wanita.

Bahasa yang disampaikan oleh penulis sangat lugas dan mudah dicerna. Namun bahasa yang kelihatan sederhana ini, ternyata mampu menghadirkan alur cerita yang apik dan susah ditebak. Pembaca seolah-olah dipaksa untuk mengikuti perasaan yang ada dalam cerita. Bahkan sampai-sampai pembaca berada di ruang yang tidak bisa dikatakan.

Hanya ada satu kalimat yang bisa saya tuliskan: "Buku ini layak untuk dibaca sampai habis."

Ditulis oleh: Ki Suki

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun