Mohon tunggu...
Ki Suki
Ki Suki Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seorang yang suka menulis dan menggambar.

Hidup ini selalu indah saat kita bisa melihatnya dari sudut yang tepat, sayangnya seperti melihat sebuah kubus kita hanya mampu melihat paling banyak tiga sisi dari enam sisi yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Mempelajari Strategi Menulis dari Dee Lestari

19 Mei 2016   22:29 Diperbarui: 20 Mei 2016   10:08 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis bukan hanya kegiatan mengetik di depan komputer atau mencorat-coret kata di atas kertas. Kegiatan menulis sebenarnya dimulai jauh sebelum itu. 

Menulis adalah kegiatan menyeluruh mulai dari mengumpulkan ide, menangkap ide, melakukan riset untuk memperkuat ide sampai pada menuliskan menjadi sebuah tulisan hingga akhirnya selesai menjadi sebuah karya kreatif. Menulis adalah kegiatan kreatif untuk menghasilkan karya. Itu kalimat awal yang disampaikan oleh Dee Lestari dalam acara Talkshow Menulis Kreatif di kampus Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Sabtu (14 Mei 2016).

Dalam acara tersebut, Dee Lestari menceritakan pengalaman-pengalamannya selama menulis, karya-karyanya seperti Supernova dan Filosofi Kopi, dan strategi-strategi dalam menulis. 

Pesan-pesan yang disampaikan oleh Dee Lestari tidak hanya memberikan tip dan trik dalam menulis, tetapi juga memberikan semangat baru bagi peserta talkshow. Dalam tulisan ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal yang sempat saya rekam tentang strategi menulis dari Dee Lestari.

Pertama adalah ide. Ide adalah sesuatu yang sangat penting dalam menulis. Biasanya kita mencari-cari ide dan seringkali kita mengatakan kita tidak menemukan ide untuk menulis. Menurut Dee, ide itu sudah ada di sekitar kita. Jumlahnya tidak terbatas. Tinggal bagaimana "sensitivitas" kita untuk menangkap ide yang sebenarnya sangat dekat dengan diri kita. 

Untuk mendapatkan sensitivitas ini, kita tidak boleh membuang-buang ide yang sempat muncul di otak kita. Setiap ide harus kita tulis dan simpan. Itu semua akan menjadi tabungan ide yang siapa tahu nanti akan menjadi karya ketika ada pemantik yang tepat.

Kedua adalah "visual dramatik" atau "visual drama". Ini penting bagi penulis fiksi. Visual drama ini adalah sebuah bayangan drama dari kejadian-kejadian yang kita alami. Orang yang memiliki visual drama yang baik, akan melihat hal yang orang lain anggap biasa menjadi luar biasa. 

Kadang-kadang hal-hal yang biasa seperti memasak bisa menjadi ide cerita yang baik bila kita bisa mempunyai visual drama. Dee mengatakan bahwa kemampuan visual drama ini sangat dipengaruhi oleh sensitivitas menangkap ide dari lingkungan sekitar dan kemampuan untuk "riset". 

Ketiga adalah "riset". Ide yang sudah ditangkap tidak akan menjadi sebuah karya tulis bila tidak disertai riset yang memadai. Riset ini adalah proses mencari informasi tentang apa-apa saja yang kita butuhkan untuk melengkapi cerita kita. Misalkan kita ingin menceritakan tentang suasana kota, kita harus mampu menceritakan hal-hal yang ada di kota itu seperti cuaca, angin, aroma dan lainnya. 

Dengan adanya riset ini, kita bisa menuangkan ide ke dalam cerita, kita akan mampu membuat pembaca seolah-olah berada di tempat atau lingkungan yang kita ceritakan. Riset ini bisa dilakukan dengan mencari informasi dari internet, referensi, wawancara dengan orang yang tahu atau langsung berada di lingkungan secara langsung.

Keempat adalah "penokohan". Dalam fiksi, penokohan adalah hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah karya tulis. Tokoh di dalam fiksi merupakan corong bagi penulis untuk menyampaikan pesan di dalam karyanya. 

Dee merasa terganggu bila sosok penulis muncul di dalam karyanya untuk menyampaikan pesan, karena tugas penyampai pesan ada di tangan tokoh. Pemilihan tokoh ini bisa jadi diambil dari lingkungan sekitar penulis, sehingga penulis lebih mudah untuk mengenal tokoh dan menguatkannya.

Kelima adalah "selesai". Menurut Dee, tulisan yang selesai adalah sebuah kebanggaan bagi seorang penulis. Menyelesaikan sebuah tulisan ini menjadi tugas utama dari penulis. Mengenai hasilnya baik atau tidak, tidak apa-apa. Itu bisa diperbaiki. Tulisan yang selesai, bagaimanapun itu, itu adalah sebuah karya kreatif yang sangat berharga bagi penulis. Bisa jadi apa yang menurut penulis biasa saja, pembaca justru menganggapnya luar biasa.

Dengan lima hal ini, setidaknya kita bisa mulai menulis. Menulis dan menulis. Melatih dan menambah pengalaman. Meningkatkan sensitivitas untuk menangkap ide dan mengolahnya menjadi sebuah karya tulis. Setidaknya kita bisa mencoba.

Ditulis oleh: Ki Suki

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun