Mohon tunggu...
Ki Suki
Ki Suki Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seorang yang suka menulis dan menggambar.

Hidup ini selalu indah saat kita bisa melihatnya dari sudut yang tepat, sayangnya seperti melihat sebuah kubus kita hanya mampu melihat paling banyak tiga sisi dari enam sisi yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber 3] Ben Sang Jagoan

25 November 2015   13:35 Diperbarui: 25 November 2015   13:53 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Ki Suki - No. 8
----------------

Sejak kematian Ki Samad, kampung Serabi kehilangan jagoan yang selama ini menjadi pelindung kampung dari gangguan pada perampok dan perompak. Masyarakat kampung menjadi gelisah. Bagaimana tidak, tidak sampai empat puluh satu hari sejak kematian Ki Samad, kampung sudah rusuh. Maling meraja lela, padahal raja tidak pernah memaling lela. Perampok berpesta pora, padahal pora belum pernah merampok pesta. Hancur dah! Apanya yang hancur Ki? Kalimatnya kali ya.

Kemarin ada warga yang kehilangan sarung, padahal sarungnya gak pernah dicuci tiga tahun. Itu maling kayaknya sudah kehabisan korban, habis warga gak ada lagi yang jemur pakaian. Akhirnya sarung yang ditaruh di depan sumur mau dicuci diembat juga. Mungkin habis ini malingnya akan pindah kerjaan dari maling jemuran menjadi maling jamuran.

Hari ini ada warga yang dirampok. Udah miskin ketimpa fakir. Pak Dullah yang penjual sapu lidi dirampok sekelompok orang. Itu uangnya yang cuman 2ribu perak diembat, sapu lidinya dibakar, eh orangnya malah ditinggal di tengah sawah. Susah kan? Masalahnya Pak Dullah kan gak pernah kemana-mana, jadi dia tidak tahu jalan pulang, bahkan pak Dullah juga gak ingat nama kampung tempat dia tinggal, lupa nama istri dan anaknya. Pas ada yang nanya nama istrinya, dia jawab "Yang". Pas ditanya nama anaknya, dia jawab "Tole".

- oOo -

Sebetulnya Ki Samad mempunyai banyak murid. Jumlahnya mungkin lebih dari 10 orang. Tetapi waktu demi waktu, para murid ini meninggalkan padepokan. Entah mengapa mereka pergi dan tidak kembali. Katanya sih ada yang pindah ke kampung sebelah yang banyak jandanya. Ada juga yang pindah ke kota bekerja di sirkus atau kebun binatang. Tinggal satu orang. Namanya Ben.

Ben masih bertahan di padepokan. Itu karena dia memang tidak punya tempat lain. Bapak ibunya gak ada yang tahu termasuk Ben sendiri. Asalnya juga tidak ada yang tahu. Hanya Ki Samad yang tahu. Ben menganggap Ki Samad adalah ayahnya.

Adanya Ben di padepokan setidaknya membuat para maling dan perampok tidak berani masuk ke padepokan. Katanya Ben ini mewarisi semua ilmu Ki Samad, bahkan ilmu silatnya jauh lebih hebat dari Ki Samad. Hanya saja tidak ada orang yang tahu Ben berkelahi. Justru yang paling sering dilihat Ben banyak nongkrong di poskamling tapi ya gitu paling-paling ngorok atau main petak umpet sama Bajul, anak yang baru berumur 8 tahun.

- oOo -

Siang itu segerombolan maling, copet dan perampok berkumpul di depan padepokan Ki Samad. Mereka berteriak-teriak memanggil semua penghuni padepokan untuk datang ke lapangan. Ini karena mereka punya jagoan baru: Nero! Nero terkenal dengan tubuhnya yang kekar dan mempunyai ilmu kanuragan yang keren punya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun