Mohon tunggu...
Ki Suki
Ki Suki Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seorang yang suka menulis dan menggambar.

Hidup ini selalu indah saat kita bisa melihatnya dari sudut yang tepat, sayangnya seperti melihat sebuah kubus kita hanya mampu melihat paling banyak tiga sisi dari enam sisi yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[FF150] Guru Matematika yang Tak Terlupa

10 November 2015   16:30 Diperbarui: 10 November 2015   16:51 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ki Suki (15)

Kalau kita mendengar tentang pelajaran Matematika, maka akan terbersit banyaknya rumus-rumus yang membuat kepala semakin tirus dan badan semakin kurus. Apalagi matematika SMA, rasanya bikin tidak enak makan kalau gak ada makanan dan bikin gak enak tidur kalau gak ngantuk. Mau tidak mau, memang selama ini Matematika menjadi salah satu pelajaran yang tidak disukai. 

Sejak semester satu SMA, nilai rata-rata Matematika di kelas kami hanya sekitar 6 koma. Komanya berlapis seratus. Namun kedatangan Bu Nunik di pertengahan semester ternyata merubah semua. 

Bu Nunik adalah guru pengganti karena guru Matematika di kelas kami harus cuti. Karena semesternya kurang 6 minggu saja, maka sekalian Bu Nunik menjadi guru Matematika sampai semester berakhir. Sebagai guru baru, gaya mengajar Bu Nunik termasuk aktraktif dan interaktif. Selain memang penampilan Bu Nunik yang selalu menarik, cara mengajarnya termasuk unik dan menyenangkan.

Selama ini yang namanya Matematika ya main-main rumus. Nah, Bu Nunik berbeda. Bu Nunik selalu memberikan cerita-cerita yang kadang lucu, kadang galau, kadang baper dan kadang pula horor. Salah satu yang aku ingat, waktu mengajar tentang nilai rata-rata. Waktu itu, Bu Nunik bercerita tentang ibu-ibu PKK membuat lemper. Nah, untuk satu kilo ketan yang sudah dimasak diberikan pada lima orang ibu untuk membuat lemper masing-masing. Eh, ternyata ada yang membuat 5 buah lemper, 6 buah lemper dan 7 buah lemper. Itu kan tergantung besar-kecil telapak tangannya.

Bu Nunik juga sangat sabar. Beliau selalu berusaha menjawab setiap pertanyaan dengan sebaik-baiknya. Bahkan beliau tetap tidak marah saat ada anak yang bertanya berulang-ulang. Malah teman-temannya yang gemes, karena yang lain juga ingin bertanya. Selama Bu Nunik mengajar, selalu saja banyak pertanyaan. 

Akhirnya nilai Matematika di kelas kami naik di akhir semester 2. Rata-rata nilai kelas kami 6 di balik atau 9 gak pakai koma tapi pakai titik koma. Banyak yang nilainya 10. Itupun tidak berarti tingkat kesulitan soalnya yang rendah, tetapi karena kami memang sangat senang mengerjakan.

Dan itu sudah 15 tahun yang lalu! Saat kami reuni tahun ini, kami bertemu lagi dengan Bu Nunik. Bu Nunik tetap seperti yang dulu, menganggap kami menjadi anak-anaknya, meskipun saat ini kami sudah menjadi orang. Bahkan ada di antara kami yang pernah kuliah di Matematika. Kamipun tetap menganggap bahwa guru Matematika kami ya Bu Nunik. 

 

-------
Selamat Hari Pahlawan

*) Sumber Gambar: Dok. Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun