Mohon tunggu...
Ki Suki
Ki Suki Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seorang yang suka menulis dan menggambar.

Hidup ini selalu indah saat kita bisa melihatnya dari sudut yang tepat, sayangnya seperti melihat sebuah kubus kita hanya mampu melihat paling banyak tiga sisi dari enam sisi yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[KCV] Okonomiyaki

14 Februari 2012   16:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:39 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(107) Ki Suki + Neng Ravenalia

Musim dingin akan segera berlalu. Salju mulai perlahan menghilang. Hanya udara dingin yang bertahan. Ini membuat aku harus menahan dingin, untuk sebuah janji. Ya! Aku berjanji untuk menemui Nana-chan di sebuah kedai Okonomiyaki di pinggiran kota Hiroshima. Sebuah kedai tempat kami bertemu pertama kalinya.

Ya! Aku ingat kembali saat itu. Tujuh tahun yang lalu. Aku sedang duduk di kedai Okonomiyaki yang sangat sederhana. Jauh dari kesan kedai-kedai Okonomiyaki yang banyak bertebaran di Hiroshima. Letaknya juga di pinggiran kota. Aroma okonomiyaki dan angin yang datang dari persawahan membuat selera makan menjadi bertambah.

Waktu itu datanglah seorang gadis kecil sambil membawa gitar. Rupanya dia pemusik jalanan, kalau tidak mau dikatakan pengamen. Dia memainkan beberapa lagu dengan gitarnya. Aku tertarik untuk memperhatikannya. Bukan hanya karena suaranya yang setengah serak dan rendah, tetapi pada sosoknya yang mungil dan penampilannya yang meski sederhana tetapi begitu rapi dan tidak seperti pengamen desa lainnya.

Ketika dia mendatangi mejaku, aku berkata, "Bisakah memainkan sebuah lagu lagi untukku?"

Dia mengangguk.

"Koibitoyo." Aku meminta dia memainkan sebuah lagu lama yang dinyanyikan oleh Mayumi Itsuwa. Dia tersenyum. Senyumnya tak bisa kumengerti.

Setelah dia menyanyi, aku memberi uang. Sayangnya dia menolak.

"Tadi anda sudah memberiku uang. Itu sudah cukup."

Wow! Ada juga orang yang menolak karena dia hanya menerima apa yang dibutuhkan. Aku terkesima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun