"Tuan, bolehkah saya bertanya?"
Rupanya gadis kecil itu sudah duduk di hadapanku. Aku mengangguk.
"Mengapa tuan begitu suka dengan lagu Koibitoyo? Apakah tuan mempunyai kenangan khusus dengan lagu itu?"
Wah! Aku tidak menyangka dia menanyakan itu. Aku garuk-garuk kepala karena memang aku tidak mampu menjawab. Aku bukan orang Jepang. Aku baru beberapa bulan tinggal di Hiroshima ini. Aku hanya tahu dua lagu berbahasa Jepang; Kokoronotomo dan Koibitoyo. Jadi tadi itu ya sekedar saja aku menyebutkan mungkin karena aku ingin menahannya lebih lama.
Alasan terakhir itu yang aku katakan. Dia tertawa. Mungkin juga memang pantas aku ditertawakan untuk hal ini. Toh, tidak tahu mengapa aku merasa sangat senang bisa berbincang dengan gadis ini.
"Maaf tuan, aku belum memperkenalkan diri. Aku Nana. Tuan ini siapa?"
"Aku Donny, dari Indonesia."
Nana-chan. Sebuah nama yang kucatat saat itu.
"Wow! Tuan dari Indonesia ya? Saya ingin ke sana. Katanya Indonesia itu negeri yang menakjubkan. Udaranya hangat dan banyak pantai-pantai yang indah."
Pertemuan itu adalah awal dari pertemuan-pertemuan kami selanjutnya. Kami sering berbincang di kedai Okonomiyaki yang sama. Nana-chan bercerita banyak tentang cita-citanya, tentang karirnya yang sedikit demi sedikit naik. Mulai dari pemusik jalanan, hingga akhirnya masuk rekaman. Seringkali aku juga diajak untuk menemaninya rekaman. terkadang juga kalau dia konser, aku menyempatkan diri untuk datang. Hingga empat tahun berjalan, akhirnya aku harus kembali ke tanah air setelah studiku selesai.
Di kedai Okonomiyaki itu kami mengadakan perpisahan. Nana-chan sudah menjadi seorang artis yang sukses. Aku juga sudah menyandang gelar sarjana. Kami berjanji agar selalu saling mengingat bahwa kami adalah sahabat. Ya! Meski aku mengakui ada perasaan lebih dari sekedar sahabat, tetapi aku menghormati pendapatnya bahwa lebih baik kami bersahabat agar tidak ada yang terluka bila ada perpisahan.