"Lalu bagaimana dengan anak murid Ki Gumelar?" Tanya Ki Bahuwirya yang lebih tertarik pada keselamatan seseorang.
"Ada beberapa yang selamat. Kemudian mereka aku suruh kembali ke Ki Gumelar saja. Aku juga menitip pesan pada mereka bahwa orang-orang yang membantai mereka itu bukan anak-anak murid Padepokan Muara Bengawan Solo. Semoga mereka bisa sampai ke guru mereka dan menceritakan semuanya. Ohya, selama ini aku mendengar anak-anak murid Padepokan Muara Bengawan Solo sering bertindak kejam dan sewenang-wenang pada siapapun. Tetapi dari kejadian itu, aku yakin ada kelompok lain yang bermain." Kata Ki Kendil melanjutkan.
"Lalu apakah kau tahu siapa pendeta-pendeta itu?" Tanya Ki Bahuwirya penasaran.
"Sebelumnya aku berhadapan dengan para pengemis-pengemis yang ilmunya kejam. Penampilan mereka seperti para pengemis Bambu Kuning, tetapi aku yakin mereka bukan pengemis Bambu Kuning. Pengemis Bambu Kuning selalu bersenjata tongkat bambu, tetapi mereka ada yang membawa golok, pedang, parang dan pisau terbang. Untung aku bisa mengalahkan mereka. Sayang, aku tidak bisa mengorek informasi dari mereka karena keburu mereka bunuh diri dengan menelan semacam pil."
Ki Bahuwirya terkejut mendengar ada obat untuk bunuh diri.
"Lalu, kemarin aku bertemu dengan seseorang yang berpakaian petani. Dia mengatakan agar aku lebih hati-hati karena akan ada banyak yang akan membunuhku karena aku tahu terlalu banyak. Aku tidak tahu siapa orang itu. Hanya saja dia berpesan agar aku menghindar kalau bertemu dengan para pendeta berbaju jingga. Katanya, mereka itu para pendekar kiriman yang ilmunya sangat tinggi, bahkan ada yang lebih tinggi dari Pendeta Seribu Dewa."
"Apakah orang itu Ki Banyu Aji sendiri?" Tanya Ki Bahuwirya setengah bergumam.
"Bukan. Orang itu bukan Ki Banyu Aji. Aku kenal sekali dengan suara daan perawakannya, bahkan dalam sekali lihat aku tidak bisa ditipu." Jawab Ki Kendil.
Ya! Ki Bahuwirya sangat yakin dengan perkataan Ki Kendil. Dia tahu kemampuan Dewa Tertawa dalam menyamar, mungkin saat ini tidak ada yang bisa menyamainya. Tetapi, siapa orang yang memberi pesan pada Ki Kendil itu? Apakah Manusia Dewa?
"Bagaimana perawakan orang itu?" Tanya Ki Bahuwirya penasaran.
"Orangnya biasa. Tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Usianya sekitar 20 purnama di atas kita. Kulitnya agak hitam. Suaranya agak serak."