Mohon tunggu...
Ang Smarandana
Ang Smarandana Mohon Tunggu... -

Ang Smarandana

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lukisan Pagi

10 Juli 2012   05:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:07 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Matahari selalu meyakinkan kita
bahwa untuk setiap malam gulita dan panjang
pasti menyimpan titik terang di ujungnya.
Pagi yang berbeda dari satu waktu ke lain waktu
tetapi ada rasa syukur yang sama, ialah kehangatan
genggaman tanganmu pada celah jemariku
menautkan rindu pada satu kecupan.

Gerimis kadang datang
tetapi itu akan membahagiakan ladang bunga
saat kugunting pelangi untuk pita rambutmu
dan bidadari tak dapat turun ke bumi karenanya.
Kamulah pemandangan indahnya
sedang senyumanmu lebih abadi dari pagi.

Di rebak rambutmu, kucium semerbak melati
tiap kali kusibak helainya, aku menemukan wajahmu
manja berbisik pada angin. Akulah bidadari itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun