Mohon tunggu...
Anggia Olga
Anggia Olga Mohon Tunggu... -

8 September 1991 -- Mahasiswa Broadcast UI -- Seorang yg menyukai tantangan & hal baru -- Petualang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Polisi dan Sopir Angkot

5 Oktober 2010   16:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:41 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam hari ini, seperti biasanya aku pulang dengan angkot 04 dari Pasar Minggu lalu berhenti di ITC Depok dan naik 04 biru. Namun ternyata ada yang tidak biasa. Di tempat pangkalan dimana aku biasa menaiki 04 tersebut sepi akan angkot yang mengetem di pinggir jalan. Setelah aku lihat sekeliling, ternyata ada sosok lelaki gendut, gagah, berwajah seram, membawa pentungan (entah apa namanya) yang menyala berwarna merah, dengan rompi hijau, dan ditambah pluit yang selalu ditiupnya. Ya. Ternyata ada polisi yang mengawasi mereka.

Oke, setelah itu aku jalan agak ke depan menjauhi tempat dimana polisi itu berdiri. Ketika aku sedang berjalan, aku melihat sesuatu yang membuat pandanganku teralihkan. Di sampingku persis terdapat angkot kecil biru 03 yang sedang berusaha merauk penumpang sebanyak-banyaknya (ngetem), ya hanya sebentar, kisaran 7 detik. Lalu dari belakang, polisi itu berjalan ke arah angkot 03 itu dengan pluitnya yang nyaring, dengan membawa pentungan seakan-akan ingin memukul. Yap! Benar saja, pentungan itu dipukul ke arah angkot tersebut. Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Polisi itu berteriak kencang di samping telinga si supir seakan ingin dimakan, dan….. Ia merampas kunci mobil-angkot tersebut. Dan… melemparnya sejauh mungkin. Entah beruntung atau sial, kunci yang dilemparkan si polisi itu mengarah kepadaku. Tepat berada di depanku. Aku melihat jelas kemana kunci itu jatuh. Ya,sangat melihat jelas. Kunci itu jatuh di lubang kecil antar selokan. Kau tahu apa artinya? Kunci itu tidak akan bisa diambil apabila bata-bata selokan tersebut tidak dibongkar. Naas aku melihatnya……….

Dengan wajah agak mengeram, si supir keluar dari mobil-angkotnya dan mengarah kepadaku untuk mencari-cari kuncinya. Ia kebingungan dan tak menemukan. Dengan kasihan dan tak bisa berkata apa-apa lagi, aku berkata, “Pak, maaf. Saya tadi lihat kuncinya jatuh ke situ” Bapak itu diam. Lemas. Tak tahu harus berbuat apa. Ia rogoh-rogoh lubang itu, namun hasilnya nol besar. Kunci itu positif hilang dan tidak bisa diambil.

Aku menyaksikan dengan mataku sendiri. Betapa kasihannya bapak itu. Aku tak tahu apa yang terjadi. Penumpang yang sudah ia kumpulkan, satu demi satu keluar menuju angkot lain. Sementara bapak itu masih terkapar di jalan karena perlakuan polisi yang semena-mena itu.

Sabar bapak supir angkot :')

-aos

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun