Mohon tunggu...
ANGGUN SISKA PRATIWI
ANGGUN SISKA PRATIWI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pemanfaatan Whiteboard Video Scribe dalam Pengenalan Aksara Jawa di SD

2 November 2024   15:14 Diperbarui: 2 November 2024   16:01 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aksara Jawa merupakan salah satu warisan budaya yang penting untuk dilestarikan. Namun, minat siswa terhadap pembelajaran aksara Jawa cenderung menurun. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah penggunaan media pembelajaran yang inovatif seperti whiteboard video scribe. Media ini memungkinkan penyajian materi secara visual dan dinamis, sehingga dapat menarik perhatian siswa dan memudahkan pemahaman mereka.

Teori kognitif menjelaskan bagaimana proses mental seperti berpikir, mengingat, dan belajar terjadi, dengan penekanan pada pemahaman dan pengolahan informasi. Tokoh utama dalam teori ini adalah Jean Piaget dan Lev Vygotsky. Contoh aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan teori kognitif meliputi eksperimen sederhana, permainan edukatif, dan proyek kelompok, yang semuanya dirancang untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Dengan memahami dan menerapkan teori kognitif, guru dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir yang lebih dalam dan mempersiapkan mereka untuk belajar sepanjang hayat.

Pembelajaran aksara Jawa di sekolah dasar sering kali menghadapi tantangan, seperti kurangnya minat siswa dan keterbatasan media pembelajaran yang menarik. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam metode pengajaran untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Whiteboard video scribe adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk tujuan ini. Media ini memungkinkan penyajian materi secara visual dengan animasi yang menarik, sehingga dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa.

Penggunaan media pembelajaran berbasis video interaktif dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap aksara Jawa. Penelitian ini menunjukkan bahwa video pembelajaran yang dikembangkan memperoleh respon positif dari peserta didik sebesar 83%. Hal ini menunjukkan bahwa media pembelajaran yang menarik dan interaktif dapat meningkatkan minat belajar siswa. (Tunari, 2024). Penelitian lain oleh Nugroho (2022) menunjukkan bahwa penggunaan teknologi dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Dalam penelitiannya, Nugroho menemukan bahwa siswa yang belajar menggunakan media berbasis teknologi menunjukkan peningkatan hasil belajar sebesar 20% dibandingkan dengan siswa yang belajar menggunakan metode konvensional.

Pengenalan aksara Jawa merupakan langkah penting dalam melestarikan budaya dan sejarah Indonesia. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa peraturan ini bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan bahasa, sastra, dan aksara Jawa didalamnya diatur kewajiban pemerintah daerah untuk melakukan pembinaan, pelindungan, dan pengembangan aksara Jawa melalui pendidikan formal dan nonformal.

Aksara Jawa, yang juga dikenal sebagai Hanacaraka, memiliki sejarah panjang dan digunakan dalam berbagai naskah kuno. Aksara ini pertama kali muncul pada abad ke-4 Masehi dan telah digunakan dalam berbagai konteks, mulai dari prasasti, manuskrip, hingga dokumen resmi kerajaan. Dalam kehidupan sehari-hari, aksara Jawa masih digunakan di beberapa daerah untuk menulis nama jalan, dokumen budaya, dan acara adat. Misalnya, di Yogyakarta dan Surakarta, aksara Jawa sering terlihat pada papan nama jalan dan bangunan bersejarah.

Penelitian oleh Arasyi Sekar Kinanti dan Sulistyowati (2022) membahas struktur dan fungsi aksara Jawa dalam konteks pendidikan dasar. Aksara Jawa terdiri dari aksara dasar, pasangan, sandhangan, dan angka. Setiap komponen memiliki fungsi spesifik dalam membentuk kata dan kalimat. Penelitian ini menekankan pentingnya pemahaman mendalam tentang struktur aksara Jawa untuk meningkatkan keterampilan literasi siswa.

Rissafitri Sariyanti, Sumarwati, dan Dewi Pangestu Said (2024) meneliti kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari aksara Jawa. Kesulitan utama yang ditemukan adalah dalam membedakan bentuk aksara yang mirip, mengingat sandhangan, dan menulis aksara dengan benar. Faktor-faktor ini mempengaruhi kemampuan siswa dalam membaca dan menulis aksara Jawa secara efektif. Yovita Febriana Avianto dan Tan Arie Setiawan Prasida (2020) menunjukkan bahwa penggunaan teknologi seperti aplikasi pembelajaran dan media digital dapat membantu siswa dalam mempelajari aksara Jawa. Teknologi ini menyediakan cara interaktif dan menarik untuk belajar, yang dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa.

Bentuk dasar aksara Jawa, yang disebut aksara nglegena, terdiri dari 20 huruf dasar yang masing-masing memiliki bentuk unik. Huruf-huruf ini meliputi “ha”, “na”, “ca”, “ra”, “ka”, “da”, “ta”, “sa”, “wa”, “la”, “pa”, “dha”, “ja”, “ya”, “nya”, “ma”, “ga”, “ba”, “tha”, dan “nga”. Setiap huruf memiliki bentuk yang khas dan cara penulisan yang berbeda. Misalnya, huruf “ha” berbentuk seperti angka 3 terbalik, sedangkan huruf “na” menyerupai huruf “n” dengan tambahan garis di atasnya. Untuk membantu siswa memahami dan mengingat aksara ini, kita bisa menggunakan VideoScribe.

VideoScribe ini kita dapat membuat video interaktif yang menampilkan animasi tangan menulis setiap aksara, disertai dengan narasi yang menjelaskan cara penulisan dan contoh penggunaannya dalam kata dan kalimat sederhana. Misalnya, kita bisa menunjukkan cara menulis kata “hanacaraka” yang terdiri dari huruf “ha”, “na”, “ca”, “ra”, dan “ka”. Selain itu, kita bisa menambahkan contoh kalimat sederhana seperti “aku maca buku” yang berarti “saya membaca buku”. Musik latar yang menarik juga dapat ditambahkan untuk membuat video lebih menyenangkan dan menarik perhatian siswa.

Melalui pendekatan ini, siswa diharapkan dapat lebih mudah mengenali dan mengingat aksara Jawa, serta termotivasi untuk belajar lebih lanjut tentang budaya mereka. Selain itu, penggunaan teknologi seperti VideoScribe dapat membuat proses belajar menjadi lebih interaktif dan menyenangkan, sehingga siswa tidak merasa bosan. Dengan demikian, pengenalan aksara Jawa tidak hanya membantu melestarikan budaya, tetapi juga meningkatkan minat belajar siswa terhadap sejarah dan bahasa daerah mereka.

Penggunaan whiteboard videoscribe dalam pembelajaran aksara Jawa menawarkan berbagai manfaat yang signifikan dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Pertama, whiteboard videoscribe memungkinkan penyajian materi dengan visualisasi yang dinamis dan menarik. Visualisasi ini tidak hanya membuat materi lebih menarik, tetapi juga membantu siswa untuk lebih mudah memahami dan mengingat bentuk serta cara penulisan aksara Jawa. Dengan animasi yang interaktif, siswa dapat melihat proses penulisan aksara secara bertahap, yang membantu mereka memahami setiap langkah dengan lebih jelas.

Kedua, whiteboard videoscribe memungkinkan penyajian materi secara bertahap dan sistematis. Guru dapat merancang video yang menyajikan materi dalam urutan yang logis dan mudah diikuti, sehingga siswa dapat belajar dengan lebih terstruktur. Penyajian yang sistematis ini sangat penting dalam pembelajaran aksara Jawa, karena setiap aksara memiliki bentuk dan aturan penulisan yang spesifik. Dengan whiteboard videoscribe, guru dapat memastikan bahwa setiap langkah dalam proses pembelajaran disampaikan dengan jelas dan terperinci.

Selain itu, whiteboard videoscribe memberikan fleksibilitas bagi guru untuk menyesuaikan dan memperbarui konten video sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Guru dapat dengan mudah menambahkan atau mengubah konten video untuk mencerminkan perkembangan terbaru dalam kurikulum atau untuk menanggapi umpan balik dari siswa. Fleksibilitas ini memastikan bahwa materi pembelajaran selalu relevan dan up-to-date, yang sangat penting dalam menjaga minat dan motivasi siswa.

Dewi Ratnasari (2023) menyoroti peran aksara Jawa dalam pembentukan karakter siswa. Pembelajaran aksara Jawa tidak hanya meningkatkan keterampilan literasi, tetapi juga menanamkan nilai-nilai budaya dan moral. Siswa yang belajar aksara Jawa cenderung memiliki rasa bangga terhadap budaya lokal dan menunjukkan sikap disiplin serta tanggung jawab yang lebih tinggi. Budi Santoso dan Rina Wulandari (2021) membahas integrasi aksara Jawa dalam kurikulum sekolah dasar. Penelitian ini menemukan bahwa integrasi aksara Jawa dalam berbagai mata pelajaran, seperti Bahasa Indonesia dan Seni Budaya, dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap aksara Jawa dan memperkaya pengalaman belajar mereka.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah Pembelajaran aksara Jawa di sekolah dasar memiliki peran yang sangat penting dalam melestarikan budaya lokal dan meningkatkan keterampilan literasi siswa. Berbagai metode dan media pembelajaran telah dikembangkan untuk memfasilitasi proses belajar mengajar aksara Jawa, masing-masing dengan keunggulan dan tantangannya sendiri. Penggunaan multimedia telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Multimedia ini tidak hanya menarik perhatian siswa tetapi juga memudahkan mereka dalam memahami bentuk dan cara penulisan aksara Jawa melalui animasi dan interaksi yang menarik. Secara keseluruhan, pembelajaran aksara Jawa di sekolah dasar memerlukan pendekatan yang inovatif dan interaktif untuk menarik minat siswa dan meningkatkan keterampilan literasi mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun