Historiografi yang mencakup topik sejarah industri dan barang publik adalah topik yang secara ekstensif di pertimbangkan dan diteliti oleh sejarawan. Bukan hal baru jika isu industri dan kesejahteraan memang menjadi fenomenan yang sangat melekat dengan aspek sejarah negara ini. Selain topik tentang pertanian, kehidupan laut, perkebunan dan perdangan di Indonesia, topik tentang sejarah industri, dalam hal ini pabrik the memiliki perananya sendiri dalam sosial ekonomi. Indonesia memiliki sejarah yang sangat menarik untuk membahas mengenai sejarah industri. Hal ini di sebabkan oleh validasi aspek yang termasuk dalam ketersediaan sumber daya manusia dan keterampilan yang berkonstribusi pada semua proses serta penempatannya dalam pabrik, dinamika, serta kesejahteraan sosial yang menyertai perkembangan pabrik teh khususnya di Slawi Kabupaten Tegal.
Teh memiliki banyak versi dalam sejarah, terutama tentang asal mula penemuannya. Teh di ketahui berasal dari tanah Tiongkok, dari negara Tiongkok itulah akhirnya menyebar ke seluruh dunia termasuk juga ke Indonesia.
Di Slawi ini mengembangkan beberapa pabrik teh besar yang menjadi ikonik wilayah Slawi. Pabrik "Teh Poci" adalah salah stau dari empat pabrik teh besar yang ada di wilayah Slawi Kabupaten Tegal. Tiga Pabrik teh lainnya yaitu "2 Tang", "Tong Tji", dan "Gopek". Keempat pabrik teh ini berdiri pada waktu yang hampir bersamaan yaitu berdiri pada tahun 1940-an dan masih mendominasi pasar teh domestik. Keunikan pabrik teh yang terletak di Kabupaten Tegal ini adalah Tegal bukanlah dataran tinggi dan hanya ada sedikit perkebunan teh di wilayah Kabupaten Tegal khusunya di Desa Bumijawa. Situasi ekonomi, sosial, dan politik rakyat Indonesia khusunya di Tegal akibat pemerintah penduudkan Jepang dan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia juga turut serta dalam memmbentuk dinamika pabrik teh di slawi.
Slawi merupakan sebuah kecamatan dari Kabupaten tegal yang juga merupakan Ibu Kota dari Kabupaten Tegal. Slawi terkenal dengan produksi teh dan budaya moci (minum teko). Meskipun terkenal dengan teh nya, tetapi slawi bukanlah dataran tinggi yang dingin, dimana banyak mempunyai perkebunan teh berlimpah. Slawi terletak di dekat pantura, sehingga suhunya tinggi, dan wilayahnya bercirikan medan yang landai dengan sedikit pasang surut. Wilayah slawi merupakan nenk moyang dari produsen teh utama di Indonesia, diantaranya adalah sosro. Industri pengolahan teh sendiri mulai muncul di Kabupaten Tegal pada tahun 1948 ketika perusahaan teh gopek mulai pindah Pekalongan ke Slawi.
Pada masa kependudukan Jepang tahun (1942-1945), pemerintahan Tegal diserahkan kepada pemerintahan Kota Tegal. Pada saat itu, bapak M. besar Martokusumo diangkat menjadi kepala kota Tegal. Sebelumnya, ia adalah seorang pengacara dan kejaksaan sebelum jabatanya diganti menjadi sebagai Kepala Kota Tegal. Pada masa pemerintahan Jepang, situasi perekonomian di Indonesia sangat buruk. Bahaya kelaparan selalu ada, sulitnya mencari bahan untuk membuat makanan membuat orang mencari bahan alternatif karena bahan makanan yang dihasilkan dari sawah seperti beras harus disumbangkan unutk keperluan perang. Pemerintah militer Jepang menerapkan kebijakan mengerahkan sumber daya ekonomi untuk mendukung kemajuan tentara Jepang selama Perang Pasifik. Pada periode sebelumnya, bahkan kemakmuran masyarakat telah menurun tajam. Pembagian Jepang atas wilayah Indonesia menjadi tiga distrik administratif yang menyebabkan hancurnya jaringan transportasi ekonomi yang ada.
Pabrik teh yang ada di Slawi pertama kali didirikan pada tahun 1955 yaitu Pabrik Teh Dua Tang Slawi yang merupakan industri rumahan yang mengolah teh wangi tradisional. Industri pondok yang memperkerjakan 15 pekerja untuk memproduksi the wangi. Industri rumah tangga yang tergolong industri kecil, saat ini sedang mengalami perubahan yang sangat menarik, menambah pekerja menjadi lebih dari 600. Dengan demikian, pabrik the ini telah mengalami perubahan status dari industri kecil menjadi industri besar.
Pabrik teh ini disamping memiliki buruh yang relatif besar, juga dengan semakin berkembanganya permintaan pasar akan the wangi, terjadi peningkatan dalam teknologi pengolahan teh walaupun masih sangat terbatas. Sebagai contoh, proses pengeringan teh yang pertama kali menggunakan "Pakan-Cubung" menggunakan pengering the "Rebitroll dan Bellong", otomatis di setel ke suhu untuk menghasilkan produk teh yang di harapkan.
Meski telah ad aperbaikan di bidang teknis, pabrik the ini masih menggunakan tenaga kerja. Peran SDM di pasar yang besar masih sangat dominan dalam kaitannya dengan produksi teh yang di butuhkan pasar. Di sisi lain, dari perspektif kepemilikan perusahaan dari pabrikpabrik ini adalah milik keluarga, dengan pengaruh yang signifikan terhadap manajemen peoduksi dan para pekerja atau karyawan yang bekerja di sana.
Dilihat dari struktur pekerja atau karyawan yang bekerja di pabrik teh ini, pekerja perempuan sangat dominan dibandingkan dengan pekerja laki-laki. Demikian pula, ada hubungan kerja terutanma melibatkan pekerja borongan, tetapi pekerja bulanan dan pekerja harian relatif kecil. Konfigurasi pekerja pabrik seperti ini sangat aman dan menguntungkan bagi perusahaan. Oleh karena itu, pabrik teh ini masih bisa bertahan namun hanya saja yang menggunakan teknologi canggih masih sangat terbatas.
Sesuai dengan sumber kekayaan utama yang menjadi kunci adalah tenaga kerja, maka di dalam pengelolaan pabrik teh ini rekruitmen tenaga kerja menjadi sesuatu hal yang sangat penting. 90% dari tenaga kerja yang ada di pabrik teh ini terdiri atas penduudk pada bebrapa dusun yang ada di Slawi.
DAFTAR PUSTAKA