Mohon tunggu...
Anggun Selvyana
Anggun Selvyana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyanyi/Optimis/Humaniora

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menelisik Program Pojok Baca di KRL: Langkah Konkrit atau Sekedar Gimmick Program Literasi?

19 April 2024   09:33 Diperbarui: 19 April 2024   09:54 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Haryo Brono, Artikel Koran Jakarta (2024)

Sumber : Foto Akun Instagram @ussfeeds
Sumber : Foto Akun Instagram @ussfeeds

Baru-baru ini, toko buku legendaris Indonesia, Gramedia bekerja sama dengan KAI Commuter meluncurkan program pojok literasi. Program pojok literasi sendiri adalah sebuah program yang diluncurkan oleh KAI Commuter, Gramedia, dan Popomangun dalam mendukung minat baca masyarakat Indonesia, dengan menyediakan layanan pojok baca secara gratis kepada para pengguna Commuter Line. Melalui postingan Akun Instagram @ussfeeds dengan jumlah komentar sebanyak 1.994k, program ini disambut baik oleh masyarakat.

  • Mengetahui Literasi Masyarakat Indonesia

Jika melihat dari keseharian masyarakat Indonesia saat ini sangat aktif dengan handphone dan berselancar di dunia maya, sehingga hal tersebut menjadi salah satu penyebab literasi masyarakat Indonesia dinilai sangat rendah. Kurangnya kemauan untuk membaca karena merasa hanya dengan ponsel pintar saja dapat mengakses seluruh pengetahuan dan informasi. Cara lain untuk meningkatkan pengetahuan dan informasi yang lebih kaya adalah dengan membaca buku.

  • Rendahnya Angka Literasi Masyarakat Indonesia

Fakta pertama, UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.

Melihat data minat baca yang sangat rendah, pemerintah telah menargetkan pada tahun 2024 sebesar 71,4. Dalam mencapai target tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Didik Suhardi menjelaskan bahwa pemerintah telah menyusun Peta Jalan Pembudayaan Literasi. Strategi peningkatan literasi dalam peta jalan tersebut dilaksanakan melalui pembudayaan literasi keluarga, satuan pendidikan, dan pembudayaan literasi Masyarakat.

Sumber : Evita Devega, Artikel Sorotan Media (2017), Data Pisa Tahun 2019, dan Data Perpusnas tahun 2022

  • Akankah Strategi Program Pojok Baca di Stasiun ini berjalan?

Stasiun merupakan salah satu tempat yang cukup strategis untuk mendukung program ini. Dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penumpang kereta api mencapai 19,44 juta orang pada Maret 2022. Melihat angka pengguna KAI yang cukup banyak akan memudahkan program ini agar tepat sasaran baik dari kalangan muda sampai tua. Penumpang juga dapat mengisi waktu luang apabila menunggu kedatangan kereta dengan melihat rak buku dan kemudian membaca bahkan membawa buku tersebut untuk dibaca di dalam kereta selama perjalanan. Penumpang KAI dapat meminjam buku di stasiun keberangkatan dan mengembalikannya pada rak buku yang tersedia di stasiun tujuan akhir. Strategi kolaborasi yang seharusnya berjalan dan meluas tersedia pada stasiun di Jabodetabek sehingga program ini dapat berjalan dengan lancar dan terus berkembang. Dengan strategi ini akan mendukung target pemerintah untuk mencapai angka 71,4 pada tahun 2024.

Sumber : Monavia Ayu Rizaty, Artikel Katadata (2022)

Sumber : Haryo Brono, Artikel Koran Jakarta (2024)
Sumber : Haryo Brono, Artikel Koran Jakarta (2024)

Potret penumpang Commuter Line tujuan Stasiun Bogor yang turut menikmati program Literasi PT KAI di Stasiun Jakarta Kota - (23 Februari 2024).

  • Rencana Jangka Panjang 

Dalam proses perkembangannya, program ini tidak menutup kemungkinan akan mengalami masalah atau kontra dari beberapa pihak. Untuk itu kita perlu memahami beberapa kemungkinan hal tidak terduga seperti kontra dari beberapa orang atas terciptanya program ini yang dianggap tidak akan tercapai dalam upaya peningkatan literasi. Bahkan tantangan lain yang kemungkinan terjadi adalah buku yang akan menjadi "pajangan/hiasan" saja karena tidak ada yang melirik. Maka dari itu, program ini harus dibantu dengan membentuk strategi marketing pengenalan program melalui review dari Selebgram yang memiliki citra positif tentang edukasi khususnya program membaca di mata publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun