Mohon tunggu...
Anggun Rahayu
Anggun Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha

Saya senang membaca buku dan olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Implementasi Tri Hita Karana dalam Ajaran Islam?

24 Juni 2024   22:57 Diperbarui: 26 Juni 2024   10:24 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tri hita karana merupakan filsafat hidup dari Tradisi Budaya Hindu Bali. Dalam bahasa Sanskerta, "Tri" berarti tiga, "Hita" berarti kebahagiaan atau kesejahteraan, dan "Karana" berarti penyebab. Tri hita karana secara harfiah dapat diartikan sebagai "tiga penyebab kebahagian". 3 aspek penting dalam tri hita karana antara lain hubungan manusia dengan tuhan (parhyangan), hubungan manusia dengan manusia (pawongan), dan hubungan manusia dengan lingkungan (palemahan). Tri hita karana memiliki arti tiga penyebab kebahagian dan sumber keharmonisan dari perpaduan ketigannya. Meskipun filsafat ini berasal dari tradisi budaya Hindu Bali, namun implementasi tri hita karana ini dapat diterapkan pada ajaran agama lain, termasuk pada ajaran agama Islam. Pada ajaran islam juga menekankan pentingnya kerharmonisan serta keseimbangan dalam hidup.

Implementasi 3 aspek penting tri hita karana dalam ajaran islam:

1. Hubungan manusia dengan tuhan (Parhyangan):

Parahyangan adalah istilah dari hubungan manusia dengan tuhan yang termasuk dalam 3 aspek penting tri hita karana, sedangkan dalam Islam hubungan manusia dengan Allah swt (Tuhan) disebut dengan "Hablum Minallah". Dalam ajaran Islam, hubungan manusia dengan Allah swt (Tuhan) merupakan hal yang terpenting dibandingan dengan aspek kehidupan yang lainnya. Hal ini sesuai dengan konsep tauhid, dimana umat islam meyakini bahwa Allah swt adalah satu-satunya tuhan yang harus disembah. Kedudukan orang yang beribadah (penyembah) dan yang disembah ini telah tertulis dalam surat Az-Zariyat ayat 56. Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama diciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah swt, dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangannya. Implementasi parahyangan dalam ajaran islam, yaitu:

1). Ibadah: Dengan melaksanakan sholat 5 waktu, puasa, zakat, haji dan berbagai amalan lainnya. Tujuan ibadah sendiri untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

2). Doa: Dengan berdoa, berzikir, tafakur (merenung), dan memperdalam pengetahuan tentang allah dan agama islam melalui Al-Qur'an dan hadis.

3). Ketaatan dan ketakwaan: Dengan menjauhi segala bentuk larangan dan menaati segala perintah dari Allah swt.

2. Hubungan manusia dengan manusia (Pawongan):

Dalam islam, hubungan antar manusia disebut dengan "Hablum Minannas". Dalam islam, ada beberapa istilah hubungan antar manusia atau biasa di sebut dengan persaudaraan. Dalam bahasa Arab persaudaraan disebut "Ukhuwah", atau persaudaraan sesama muslim "Ukhuwah Islamiyah", hal ini tertulis pada surat Al-Hujurat ayat 9 dan 10. Persaudaraan antar keturunan "Ukhuwah an nahab", hal ini tertulis pada surat An-Nisa, Al-Mai'dah, Al-A'raf, Persaudaraan sebangsa dan setanah air "Ukhwah qaumyah wa wathanyah", hal ini tertulis pada QS. Al-A'raf: 65, 73, 85. Implementasi pawongan dalam ajaran agama islam, yaitu:

1). Silaturahmi: Silaturahim Berasal dari kata "shilat ar-rahim", yang berarti "menyambung tali kasih sayang". Maknanya lebih spesifik pada hubungan kekeluargaan atau mereka yang memiliki hubungan darah (satu rahim). Contohnya, mengunjungi orang tua, kakek-nenek, saudara kandung, paman-bibi, dan sepupu.

2). Zakat dan Sedekah: Memberikan sebagian hartanya kepada yang membutuhkan untuk mengurangi kesenjangan sosial. Peran zakat dan sedekah adalah untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Ada 3 katagori penerima zakat dan sedekah yaitu, fakir (mereka yang tidak memiliki harta atau pekerjaan sehingga tidak mampu menyediakan makanan, pakaian, dan tempat tinggal), miskin (seseorang yang memiliki harta tapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari), dan amil (mereka yang tugasnya menerima dan menyalurkan zakat dan sedekah tersebut).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun