Mohon tunggu...
Anggun Mekarsari
Anggun Mekarsari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hallo!

Selamat Datang!

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Kumpul Keluarga, Menjadi Tradisi Saat Lebaran

11 Mei 2022   03:15 Diperbarui: 11 Mei 2022   03:17 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

Indonesia memiliki banyak sekali ragam budaya maupun tradisi. Hingga saat ini, budaya ataupun tradisi tersebut masih tetap dilestarikan dari generasi ke generasi. Kaya dengan berbagai suku, Indonesia mampu untuk tetap menjaga setiap kebiasaan atau tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu. 

Seperti yang kita ketahui, setiap daerah di Indonesia memiliki budaya tersendiri yang melekat menjadi ciri khas daerah tersebut. Melihat budaya yang ada di Indonesia, pasti banyak sekali perbedaan yang akan selalu kita jumpai. 

Lebaran menjadi salah satu ajang dimana setiap orang dari berbagai daerah akan saling bertemu, misalnya saat mudik ke kampung. Mudik menjadi salah satu tradisi yang sampai saat ini tetap dilaksanakan bahkan menjadi kegiatan wajib bagi sebagian keluarga di Indonesia. 

Dengan semakin banyak orang yang mudik ke kampung, akan semakin banyak juga pertemuan budaya diantara mereka. Kita akan menemukan banyak perbedaan pada setiap budaya yang dibawakan oleh setiap daerah hingga budaya yang ada di dalam suatu keluarga. 

Salah satu contohnya seperti perbedaan bahasa atau tingkah laku yang dibawakan oleh orang-orang yang berasal dari luar daerah tersebut. 

Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini mudik bukanlah hal yang penting saat lebaran tiba. Sudah banyak orang memanfaatkan smartphone sebagai media untuk bercengkrama dengan keluarga yang berjauhan dengan mereka.

Sudah menjadi tradisi wajib setiap keluarga untuk bercengkrama atau berkumpul saat Hari Raya Idul Fitri. Agenda kumpul keluarga tidak pernah terlewatkan bagi masyarakat Indonesia, terlebih jika keluarga tersebut memiliki ikatan keluarga besar. 

Biasanya, ketika keluarga besar saling bertemu akan banyak budaya yang dibawa oleh masing-masing keluarga ke dalam acara kumpul bersama tersebut. 

Selain budaya yang mereka bawa, juga ada budaya yang memang sudah turun-temurun dilestarikan oleh setiap keluarga, contohnya Halal Bihalal.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti Halal Bihalal adalah hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan. 

Halal Bihalal juga menjadi salah satu tradisi wajib yang ada saat lebaran. Setiap keluarga sudah pasti akan melakukan Halal Bihalal atau mungkin ada juga yang menggantinya dengan sungkeman, semua itu tergantung pada budaya yang ada pada keluarga tersebut. 

Sungkeman menjadi salah satu tradisi yang ada di keluarga saya saat lebaran tiba, tetapi hanya kami yang berada pada lingkup keluarga inti. Halal Bihalal sendiri biasanya akan kami lakukan di luar rumah, seperti dengan tetangga ataupun keluarga besar.

Saat berkumpul dengan keluarga besar banyak saudara yang saya temui, semua berkumpul menjadi satu. Dari agenda kumpul keluarga tersebut, biasanya kami akan saling bertukar cerita dan bercengkrama berbagi tawa. 

Ada sanak saudara yang jarang kita temui akan dapat kita lihat saat kumpul keluarga tersebut dan tentunya berbagi THR (Tunjangan Hari Raya) akan menjadi hal yang paling saya nantikan. 

Pada acara kumpul keluarga, biasanya saya akan menemukan banyak sekali perbedaan maupun persamaan budaya yang ada pada keluarga besar saya. Seperti tata cara sungkeman atau maaf-maafan yang ada di setiap keluarga di keluarga besar saya.

Saya bertanya kepada kedua orang sepupu saya mengenai tradisi sungkeman yang ada pada keluarga mereka. Ternyata, masing-masing dari keluarga mereka memiliki ciri khas sungkeman yang berbeda. 

“Biasanya kalo maaf-maafan gitu tuh paling cuma salim sama bapak, mama, kakak, terus cium pipi kanan kiri aja, ga sampe yang sungkeman berlutut gitu sih” pernyataan dari Nurhena, salah satu sepupu perempuan saya. 

Jika dilihat dari tradisi di keluarga Nurhena, kegiatan maaf-maafan di keluarganya bukan seperti sungkeman yang keluarga saya lakukan. 

Berdasarkan pernyataan Nurhena tersebut juga semakin meyakinkan saya bahwa dalam lingkup keluarga saja masih ada banyak perbedaan budaya di dalamnya.

Saya juga bertanya kepada sepupu saya yang lain mengenai tradisi sungkeman atau maaf-maafan yang ada di keluarganya. “Kalau dirumah sih, biasanya kalo udah abis pulang Sholat Ied semuanya pada kumpul dulu di ruang keluarga, terus abis itu Ibu sama Ayah duduk di kursi, nah anak-anaknya  berlutut sungkeman gitu satu-satu.” tutur Rismi, sepupu saya yang lainnya.

Sangat terlihat jelas perbedaan sungkeman yang ada pada kedua keluarga tersebut. Keluarga Nurhena memiliki perbedaan gaya maaf-maafan atau sungkeman dengan keluarga Rismi, begitu pula sebaliknya. 

Tentunya, masih banyak sekali perbedaan budaya yang ada pada setiap keluarga, untuk itu saya akan bertanya lebih lanjut mengenai kebiasaan keluarga mereka saat berlebaran di kampung halaman mereka.

Nurhena menuturkan bahwa saat berlebaran di kampung halaman, yaitu di Indramayu biasanya para keluarga di kampung akan melakukan tahlilan di kuburan anggota keluarga yang sudah meninggal.

Salah satu budaya tahlilan di kuburan ini hanya ada di beberapa daerah saja dan ini menjadi salah satu ciri khas budaya di kampung halamannya. 

Selanjutnya, untuk Rismi sendiri ia mengatakan bahwa kebiasaan atau tradisi yang ada di keluarganya saat pulang kampung adalah ikut melakukan halal bihalal bersama satu kampung di tengah-tengah desa atau pusat desa. Kampung Rismi berada di Solo, Sragen dan kebiasaan itu menjadi salah satu ciri khas kebudayaan berlebaran di daerah tersebut.

Pada intinya, semua kebudayaan atau tradisi yang berbeda pada setiap daerahnya harus dapat kita hargai. Setiap elemen yang berbeda pada setiap budaya yang dibawakan oleh berbagai daerah juga harus dapat kita terima dengan baik. 

Kalau di daerah kalian, apa sih budaya yang menjadi ciri khas paling unik jika masa-masa lebaran sudah tiba?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun