Pendidikan memainkan peran penting dalam perkembangan sebuah bangsa. Pendidikan membawa benefit berupa pengetahuan dan informasi yang dapat membuka jalan bagi pemahaman lebih mendalam tentang dunia kita. Hal ini berkontribusi pada peningkatan pemahaman yang lebih mendalam tentang berbagai dimensi kehidupan. Namun, di tengah maraknya arus modernisasi, muncul kekhawatiran mengenai keberlanjutan pendidikan dalam hal kearifan lokal. Modernisasi, dalam konteks ilmu sosial, mengacu pada proses perubahan dari kondisi yang kurang berkembang menuju ke arah yang lebih maju dan adaptif. Sementara itu, kearifan lokal adalah elemen integral dari budaya masyarakat yang saling terkait dengan bahasa serta identitas kolektif mereka. Kearifan lokal memiliki nilai-nilai unik, seperti kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, religiusitas, disiplin, serta toleransi yang kuat. Nilai-nilai ini dapat membantu seseorang dalam menghadapi tantangan pendidikan di era Society 5.0. Â
Society 5.0 adalah konsep masyarakat yang mengedepankan kesejahteraan manusia dengan pemanfaatan teknologi canggih sebagai fondasinya. Namun, teknologi juga menjadi faktor yang mempengaruhi bagaimana pendidikan diberikan dan diterima oleh seseorang. Maka dari itu, nilai-nilai yang terkandung dalam kearifan lokal dapat digunakan sebagai senjata dalam menghadapi tantangan pendidikan di era modernisasi. Â
Society 5.0 adalah suatu konsep yang mencerminkan tahap evolusi masyarakat berdasarkan peran teknologi. Kita telah menyaksikan beberapa era telah berlalu sebelumnya, sama halnya dengan seperti Society 1.0 yang berfokus pada pertanian, Society 2.0 yang ditandai oleh revolusi industri, Society 3.0 dengan internet, dan Society 4.0 yang mengorganisasikan sebuah kecerdasan buatan dan teknologi canggih.Â
Society 5.0 adalah contoh masa depan yang di mana teknologi akan digunakan sebagai salah satu solusi bagi masalah sosial, meningkatkan kualitas hidup kita, dan membawa dampak positif pada masyarakat secara keseluruhan. Bagi generasi muda, ini merupakan sebuah tantangan sekaligus peluang untuk berperan aktif dalam mengarahkan perjalanan masa depan ini.
Eksistensi pendidikan di tengah arus modernisasi tidak hanya membawa dampak negatif, tetapi juga positif. Beberapa alasan mengapa pendidikan berbasis kearifan lokal perlu terus dipertahankan adalah pengembangan karakter, penguatan identitas budaya yang ada, dan pelestarian lingkungan. Namun, tantangan yang muncul bisa sangat besar, terutama jika minat generasi muda tidak sejalan dengan upaya-upaya pelestarian ini. Selain itu, masih terdapat masalah kurangnya sumber daya, terutama di daerah terpencil yang sulit dijangkau. Kurangnya dukungan dari pemerintah juga menjadi hambatan yang signifikan. Â
Setiap tantangan pasti memiliki solusi yang dapat ditemukan jika kita terus berupaya. Jika upaya-upaya sebelumnya belum efektif, maka kita bisa mengembangkan kerja sama dengan masyarakat, membangun kembali semangat gotong royong, serta menghidupkan kembali karang taruna untuk mengembangkan program-program pendidikan berbasis kearifan lokal. Teknologi juga dapat dimanfaatkan dengan bijak, meskipun kita harus berhati-hati untuk tidak terlalu bergantung pada AI. Selain itu, peningkatan kapasitas guru melalui jaminan kesejahteraan yang sepadan juga perlu diperhatikan.Â
Upah guru yang rendah di Indonesia menyebabkan banyak dari mereka beralih ke profesi lain yang tidak linier dengan studi mereka. Padahal, kebutuhan akan sumber daya manusia di bidang pendidikan, terutama di daerah-daerah terpencil, masih sangat tinggi. Meskipun tantangan yang dihadapi cukup besar, pendidikan berbasis kearifan lokal memiliki peran penting dalam membentuk generasi muda yang memahami akar budaya mereka, menghargai lingkungan, dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masyarakat. UNESCO mengartikan pendidikan dalam spektrum yang lebih luas, mencakup: belajar bagaimana caranya berpikir, bagaimana caranya melakukan, bagaimana itu bisa terjadi, bagaimana caranya belajar, dan bagaimana caranya hidup bersama. Â
Bayangkan bagaimana jika generasi muda tumbuh dengan pemahaman yang kuat tentang budaya mereka, memiliki rasa hormat terhadap lingkungan, dan berkomitmen terhadap tanggung jawab sosial. Ini bukanlah mimpi yang mustahil untuk diwujudkan. Maka, mari kita upayakan pendidikan berbasis kearifan lokal yang memiliki potensi besar untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, baik di daerah terpencil maupun tidak. Pendidikan berbasis kearifan lokal dapat terus eksis dan relevan, memperkaya pendidikan modern dengan nilai-nilai yang berakar pada tradisi dan budaya lokal. Dengan cara ini, kita tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga membekali generasi muda dengan identitas yang kuat di tengah tantangan global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H