Mohon tunggu...
Anggun Aprillia Wardhanie
Anggun Aprillia Wardhanie Mohon Tunggu... -

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasamu Bahasaku Bahasa Kita

18 September 2012   07:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:18 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Masih ingatkah Anda pada isi sumpah pemuda yang dikumandangkan pada tanggal 28 Oktober 1928 dahulu? Jika lupa, beginilah bunyi sumpah pemuda dengan ejaan yang disempurnakan:

Pertama

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

Kedua

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga

Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Sadarkah Anda, bahkan sejak sebelum kemerdekaan pun telah jelas terpampang bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa komunikasi utama di negeri ini. Dulu rakyat Indonesia amatlah bangga dan senang menggunakan bahasa Indonesia setelah bertahun-tahun perjuangan yang dihadapi untuk meraihnya. Dari Sabang sampai Merauke pun hampir semua penduduknya bisa dan mengerti akan bahasa nasional ini. Seluruh media massa dan sarana komunikasi juga menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, seperti halnya sinetron di televisi, berita dan acara-acara lainnya yang menggunakan dialog dengan bahasa baku.

Namun, lihatlah sekarang bagaimana keberadaan bahasa Indonesia di kalangan masyarakat. Orang-orang hanya menggunakannya untuk hal-hal atau kepentingan yang formal saja seperti di kantor, urusan bisnis, dan acara-acara resmi lainnya. Keberadaan bahasa nasional ini seakan kehilangan eksistensinya, tak heran bila jati diri bangsa ini mulai memudar akibat kurangnya kecintaan terhadap nilai-nilai dan budaya bangsa yang tercerminkan dari bahasa Indonesia.

Tidak hanya itu saja, bahasa Indonesia kini dapat dibilang kalah populer dengan bahasa daerah masing-masing bahkan terkalahkan oleh bahasa gaul alias bahasa tidak baku yang amatlah tidak mencerminkan budaya bangsa. Bila kakek atau nenek kita merasa bangga dengan bahasa Indonesia, pemuda dan pemudi era sekarang justru akan tertawa terbahak-bahak jika mendengar ada teman mereka yang menggunakan bahasa baku dalam pergaulan sehari-hari. Penggunaan bahasa ini justru dianggap lucu dan terlalu formal, terutama di daerah-daerah yang jauh dari perkotaan. Nah, hal inilah yang mengakibatkan lemahnya pengetahuan anak bangsa tentang budaya luhur negara ini. Bahkan mirisnya lagi ada warga negara Indonesia yang terbata-bata bila berkomunikasi dengan bahasa persatuan negerinya sendiri.

Tak perlulah banyak-banyak memikirkan tentang segala persoalan rumit yang melanda negara kita ini, lihatlah dari hal yang kecil. Bila dalam komunikasi saja masih berantakan, terlebih masih ada warga yang buta huruf, lalu bagaimana negara ini bisa bersatu, maju dan jaya. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang beruntung perlulah mencari jalan keluar dan mengupayakan kembalinya citra bahasa Indonesia sebagai bahasa kebanggaan negara ini.

Beberapa hal dapat dilakukan untuk memperjuangkan bangkitnya kesadaran bangsa Indonesia akan bahasanya. Terutama dengan adanya momentum bulan bahasa setiap bulan Oktober, kita dapat menumbuhkan kecintaan dan greget terhadap bahasa Indonesia. Kegiatan atau program yang dapat dilakukan diantaranya mengadakan lomba menulis, berpuisi, berpidato, membuat makalah tentang bahasa Indonesia, dan lain sebagainya. Tidak lupa bagi anak-anak yang belum mendapat pendidikan dengan baik, perlu adanya sekolah sukarela untuk mereka. Kegiatan belajar tidak harus di ruangan, tapi juga dapat dilakukan di ruang bebas sesuai kemampuan sukarelawan. Dengan adanya kegiatan-kegiatan semacam ini, diharapkan generasi penerus bangsa dapat memahami, memaknai, dan mengerti arti penting sebuah bahasa persatuan bangsa. Maka dari itu, marilah kita buka mata hati dan tajamkan pikiran!

Bahasa Indonesia sangat penting bagi kelangsungan negeri tercinta kita ini. Bahasa merupakan jiwa bangsa yang menggambarakan seberapa pantas warga negara bisa dikatakan mencintai negaranya sendiri serta memiliki dedikasi yang tinggi untuknya. Bila dari hal-hal dasar seperti ini saja pendirian bangsa sudah goyah bahkan tidak ada pondasi yang kuat dalam hal komunikasi di dalam sendi-sendi kehidupan, lalu mau jadi apa Indonesia kedepan?

Bahasaku, bahasamu juga. Bahasamu, juga bahasaku. Bahasa Indonesia adalah harga mutlak milik kita. Jadi, bahasa Indonesia adalah bahasaku, bahasamu, bahasa kita. Marilah kita bangkitkan jiwa-jiwa bangsa yang tenggelam melalui upaya menumbuhkan dan menghidupkan jati diri dan budaya bangsa dengan berbahasa Indonesia yang baik, benar, dan penuh kesadaran. Jadikan ini maskot dan kebanggaan yang selalu kita pegang teguh. Lakukan dari sekarang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun