Mohon tunggu...
Anggun ArtikaPrisa
Anggun ArtikaPrisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa strata 1

Haloo, salam kenal semuaa Saya remaja berusia 19 tahun. Saya mahasiswa S1 Pendidikan IPS di Universitas Pendidikan Indonesia. Saya aktif mengikuti organisasi ataupun volunteer di kampus dan mengeksplorasi berbagai hal di kampus . Saya memiliki kemampuan berbicara di publik. Saya juga memiliki sifat mudah beradaptasi,disiplin,dan suka belajar hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bersatu Dalam Keberagaman: Mewujudkan Budaya Budaya Indonesia Yang Lestari dan Beradhikari

4 Januari 2025   15:30 Diperbarui: 4 Januari 2025   09:39 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia bangsa yang lahir dengan beribu keindahan dan keberagamannya. Berdasarkan data  dan informasi dari geospasial produk Badan Informasi Geospasial (BIG) yaitu peta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau 13.466, luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Negara Indonesia juga memiliki posisi yang strategis dimana mempunyai kekayaan sumber daya alam (SDA) yang melimpah dengan kesuburunnya,indah dam nyaman hawanya. Dari sabang sampai merauke terdapat banyak sekali keanekaragaman budaya, suku, dan hayati di setiap daerahnya. Perbedaan itulah yang membuat masyarakat Indonesia dikenal dengan Masyarakat Multikultural.  Dengan berbagai kondisi sosial budayanya maka negara bangsa (nation-state) indonesia terdiri atas sejunlah besar kelompok-kelompok etnis, budaya,agama dan lain-lain.

Hefner mengilustrasikan Indonesia sebagaimana Singapura dan Malaysia yang memiliki warisan dan tantangan pluraslisme budaya (cultural pluralism) secara lebih mencolok,sehingga dipandang sebagai lokus klasik bagi bentukan baru masyarakat majemuk (plural society). Subakir, H. A., & Dodi, L. (2020).

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasikun (2007: 33) dalam Apandie, C., & Rahmelia, S. (2019, bahwa kemajemukan masyarakat Indonesia paling tidak dapat dilihat dari dua ciri yang unik,

1. Secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan.

2. Secara vertikal ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Pluralitas dan heterogenitas yang tercermin pada masyarakat Indonesia diikat dalam prinsip persatuan dan kesatuan bangsa yang dikenal dengan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika", yang mengandung makna walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Hal ini merupakan sebuah keunikan tersendiri bagi bangsa Indonesia yang bersatu dalam suatu kekuatan dan kerukunan beragama, berbangsa dan bernegara yang harus diinsafi secara sadar.

Namun, dari kemajemukan tersebut terkadang membawa berbagai persoalan dan potensi konflik yang berujung pada perpecahan. Namun, hal ini bisa kita minimalisir dengan peningkatan kualitas diri dan kesadaran dalam berbangsa dan bernegara.

Dalam setiap langkah dan proses keberjalannanya ketika ingin bersatu dalam keberagaman ini harus didasari atas dasar semangat toleransi dan saling menghargai. Dimana ketika berada di lingkup ataupun suatu wilayah yang memiliki perbedaan, hal ini dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai lokal yang beragam ke dalam kerangka budaya nasional, sehingga mampu dan dapat menciptakan suatu masyarakat yang tidak hanya dinamis, tetapi juga mampu menghadapi tantangan zaman.

Keanekaragaman budaya di Indonesia seperti halnya di Bali. Sebagai daerah yang kaya akan seni dan budaya, kesenian dan kebudayaan yang berkembang di daerah Bali banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai luhur agama Hindu. Hal ini disebabkan oleh adanya keinginan umat Hindu di Bali untuk memvisualisasikan nilai-nilai ajaran agama Hindu.

Bentuk partisipasi umat Muslim dalam Perayaan Ogoh-ogoh Umat Hindu adalah umat yang sudah terbiasa hidup di daerah multikultural, ditengah masyarakat yang heterogen membuatnya dewasa dalam membedakan antara tradisi, budaya dan agama. Sehingga mampu dengan jernih memisahkan mana adat dan kapan saatnya melaksanakan ritual keagamaan

Sikap saling menghargai satu sama lain dalam persoalan peribadatan tidak hanya umat Hindu yang merasakan, tetapi umat Islam juga merasakan hal yang sama ketika menjalani sebuah ritual adat ataupun acara budaya, maka umat Hindu di Mataram turut memberi dukungan fisik maupun non fisik. Dalam hal ini dapat diambil contoh seperti ritual keagamaan Puasa di bulan Ramadhan dan ketika Idul Fitri. Ketika umat muslim disekitar perumahan atau lingkungan melaksanakan ibadah puasa maka para pedangang dari kalangan umat Hindu ikut menutup tempat dagangannya, guna menghormati dan menghargai kaum muslim yang sedang berpuasa, dan apabila Idul Fitri telah tiba maka kaum umat Hindu ikut bersilaturrahmi saling bermaafan ke rumah-rumah para kaum muslim. Ini menggambarkan budaya yang baik dari kedua agama yang bermukim di Pulau Lombok, Mataram. Noak, P. A., & Erawan, I. K. P. (2019).

Dari hal tersebut perbedaan bukan menjadi penghalang dalam berkehidupan sosial,diperlukannya toleransi,komiten dan kerja sama untuk mewujudkan budaya Indonesia yang lestari dan beradhikari yang dapat menjadi teladan di mata dunia dan mampu menjaga harmoni di tengah multikultural keberagaman di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun