Mohon tunggu...
Anggun Susasmi
Anggun Susasmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Makan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Maen Jaran, Tradisi Kebudayaan Pacuan Kuda Khas Sumbawa

11 November 2023   12:12 Diperbarui: 11 November 2023   13:42 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maen Jaran atau pacuan kuda merupakan tradisi perwujudan Budaya di Pulau Sumbawa. Sejak dahulu tradisi ini dilaksanakan secara turun-temurun dan sudah menjadi bagian dari hiburan yang sangat digemari oleh masyarakat Sumbawa, selain menjadi atraksi hiburan, maen jaran juga dapat menguntungkan masyarakat Sumbawa, sebab dengan adanya perlombaan itu menjadi ajang peningkatan harga jual kuda. Sehingga masyarakat Sumbawa berlomba-lomba dalam merawat dan meningkatkan kualitas kudanya demi mencapai kuda terbaik. Kuda sumbawa adalah kuda lokal asli Indonesia yang merupakan persilangan kuda lokal (Sandalwood pony) dengan bangsa kuda arab atau Thotoughbred. Masyarakat Sumbawa lebih mengenalnya dengan sebutan kuda liar Sumbawa. Main jaran di Pulau Sumbawa ini biasanya diadakan saat mulai musim tanam padi dan sebagai simbol status sosial terhadap kebudayaan bagi Masyarakat Sumbawa. Maen jaran hingga saat ini masih eksis di beberapa Desa yang ada di Pulau Sumbawa, diantaranya; di Brang Kolong, Desa Maronge, Desa Moyo Hulu, Desa Senampar, Desa Poto, Desa Lengas, Desa Batu Bangka, Desa Utan hingga desa Alas. Bahkan baru-baru ini telah hadir arena Pacuan Kuda di Desa Penyaring sebagai event budaya khas Sumbawa.

Ciri khas yang lebih menarik pada pacuan kuda Sumbawa adalah adanya Lawas (pantun khas Sumbawa) atau yang biasa disebut dengan ngumang merupakan bentuk pengutaraan kemenangan sebagai pemikat wanita dan penonton pacuan kuda, kemudian pengumang merayu-rayu dengan lawas yang dikuasainya saat pacuan kuda berlangsung. Sejarah perkembangan permainan ini bermula pada saat zaman kolonial Belanda, hingga saat ini masih dipertahankan oleh masyarakat Sumbawa.

Permainan Maen Jaran pada zaman kolonial Belanda dengan sekarang, mengalami sedikit perubahan dari segi aturan, yang dimana permainan pada saat itu bebas, bagi siapa saja yang mempunyai kuda yang besar dan siap untuk diadu kecepatannya boleh mengikuti perlombaan, begitu pun arena yang digunakan di tanah lapang yang tidak dibuatkan arena khusus. Atribut-atribut atau perkakas yang digunakan oleh kuda maupun para joki sangat sederhana, karena pada saat itu keselamatan kuda maupun joki belum terlalu diperhatikan.

images-1-654f139bee794a67c8462f22.jpeg
images-1-654f139bee794a67c8462f22.jpeg
Seiring perkembangan zaman, hingga saat ini disebut dengan zaman milenial, main jaran pun ikut berkembang. Hal ini dapat dilihat dari beragam atribut atau pernak-pernik yang digunakan oleh kuda-kuda pacu serta perlengkapan para joki sekarang lebih mengutamakan keselamatan.

Adapun atribut yang dikenakan pada kuda pacu, diantaranya:

  • Jombe adalah atribut yang terbuat dari tali (benang woll) yang ditempelkan berbagai macam pernak pernik kemudian dipasang di muka dan leher kuda.
  • Tali kancing merupakan tali yang diikat dan dipasang di dalam mulut kuda yang digunakan sebagai pengendali kuda saat pelepasan.
  • Kili merupakan kawat yang dibuat berbentuk angka delapan sebagai penyambung tali pengendali dengan rantai yang dipasang di mulut kuda.
  • Lapek merupakan alas tempat duduk joki yang diletakkan pada punggung kuda dan terbuat dari alang-alang atau daun pisang kering.

Namun biasanya masyarakat Sumbawa jarang yang menggunakan point nomor 3 dan 4 karena dapat menambah beban kuda dan menjadi faktor penghambat larinya kuda. Masyarakat Sumbawa menggunakan joki-joki cilik sehingga akselerasi/kecepatan kuda bisa maksimal.

Barikut atribut yang digunakan oleh para joki pacuan kuda Sumbawa, diantaranya:

  • Helem digunakan sebagai pelindung kepala dan berfungsi untuk mengurangi cidera dari joki apabila terjatuh.
  • Baju kaos berlengan panjang dan celana panjang.
  • Ketopong digunakn sebagai sarung kepala digunakan sebelum memakai helem.
  • Cambuk biasanya terbuat dari kayu rotan.
  • Baju ban (baju rompi) yang memiliki nomor punggung sebagai nomor urut kuda.

Selain perkembangan atribut yang digunakan oleh para joki. Peraturan maen jaran pun mengalami perubahan. Zaman dahulu peraturan maen jaran tidak terlau ketat, namun sekarang peraturan-peraturan tersebut sangat ketat. Dari arena pacuan sampai aturan mainnya sangat diperhatikan.

download-2-654f13baedff766b8c728e82.jpeg
download-2-654f13baedff766b8c728e82.jpeg
Aturan-aturan yang diterapkan dalam permainan/olahraga maen jaran atau pacuan kuda Sumbawa. Mulai dari kuda, kuda yang digunakan harus disesuaikan dengan kelasnya masing-masing.

Berikut beberapa klasifikasi kuda pacu dalam maen jaran Sumbawa. 

1. Teka saru yaitu kelas untuk kuda pemula dan baru pertama kali melakukan perlombaan.

2.Teka pas untuk kelas yang telah mengikuti perlombaan sebanyak 2-3 kali.

3. Teka A untuk kuda sudah berpengalaman yang tingginya 117 cm sampai dengan 120 cm.

4. Teka B untuk kuda yang memiliki tinggi 121 cm ke atas.

5. Kelas OA untuk kuda yang sudah berpengalaman dan telah nyepo (giginya telah copot sebanyak 4 buah) dan tingginya 126 cm.

6. Kelas OB untuk kelas di atas OA yang memiliki tinggi 127 cm sampai dengan 129 cm.

7. Harapan untuk kuda yang memiliki tinggi 129 cm ke atas dan telah nyepo (giginya telah copot sebanyak 4 buah).

8. Tunas untuk kuda yang memiliki tinggi 129 cm ke atas dan gigi taringnya telah tumbuh.

9. Kelas dewasa.

images-2-654f13ccedff76742413c6b2.jpeg
images-2-654f13ccedff76742413c6b2.jpeg
Adapun teknik yang harus diikuti oleh para pemain dalam mengikuti maen jaran. Sebelum kuda tampil dalam pertandingan harus melakukan registrasi terlebih dahulu dan sekaligus mengambil nomor ban (kotak pelepasan). Para joki mengiringi kudanya menuju panitia yang bertugas memeriksa kuda dan kesiapan joki untuk menjaga adanya kecurangan dalam perlombaan. Kuda dan joki yang telah mengalami pemeriksaan langsung menuju kotak pelepasan sesuai dengan nomor urut ban (kotak pelepasan) yang didapat dari registrasi. Kuda dan joki bersiap untuk berlari sekencangnya setelah mendengar suara peluit dari juri garis atau saat pintu start dibuka. Seperti halnya main bola, main jaran juga menggunakan sistem gugur dalam menentukan sang juara. Pada babak pertama dinamakan babak guger (gugur) pada babak ini kuda berusaha untuk menuju babak penentu hingga sampai babak final.

Sebagai permainan yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Sumbawa, ternyata maen jaran mengandung nilai-nilai filosofis. Nilai-nilai tersebut antara lain kerja keras dan sportivitas yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kerja keras tercermin pada semangat joki dan kuda untuk berlari sekencang-kencangnya. Tanpa semangat dan kerja keras tentu saja mustahil kuda pacu bisa tangkas dan berlari kencang. Sementara itu, nilai sportivitas tercermin pada sikap para joki yang tidak berbuat curang selama permainan dan mau mengakui kekalahan berlandaskan jiwa kesatria. Selain itu main jaran atau pacuan kuda ala masyarakat Sumbawa ini digunakan sebagai alat untuk memperoleh kehormatan dan kebanggaan dwngan berbagai pemberian semangat dan dukungan melalui pemberian hadiah-hadiah yang bernilai tinggi dan juga dapat meningkatkan nilai jual kuda pacu bagi yang juara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun