Bagi warga Lamongan dan sekitarnya di Jawa Timur, nama Gunung Pegat sudah bukan hal asing lagi.
Meski gunung ini berbeda dengan gunung lainnya dan tingginya hanya sekitar 60 meter di atas permukaan laut, namun menyimpan banyak mitos yang diyakini penduduk setempat.
Mitos tentang pasangan yang menjelajah, merencanakan, dan merencanakan pernikahan saat berpapasan di pegunungan.
Nama gunung tidak lepas dari kata Jawa "Pegat".
Pegat berarti "perceraian" dalam bahasa Indonesia.
Menurut cerita rakyat, orang yang ingin menikah dan mengatasi kesulitan kemudian mengalami badai dan berakhir dengan perceraian, atau "pegatan".
Kecuali jika Anda melepaskan ayam hidup terlebih dahulu sebelum melewati jalan melintasi pegunungan.
Tak hanya warga sekitar, warga Lamongan lainnya dan warga sekitar Lamongan seperti Tuban, Bojonegoro, dan Jomban juga mempercayai mitos tersebut.
Bahkan, banyak pasangan yang berencana menikah bersiap melepaskan satu atau lebih ekor ayam saat harus melintasi gunung ini.
Ibu Mba Poyo mengatakan, tidak ada aturan khusus mengenai ukuran ayam yang perlu dilepasliarkan.
Besar atau kecil yang penting ayam anda masih hidup dan siap dilepasliarkan.
Saat ditanya sudah berapa lama mitos tersebut beredar, ia mengaku belum mengetahui secara pasti.
Sebab mitos tersebut sudah ada sejak ia masih kecil.
Dia mengatakan orang-orang tua sudah menyebutkan mitos ini.
Hal serupa dibenarkan oleh Pak Oki, warga Desa Babat Tritungal, bahwa beberapa tetangganya yang akan menikah melepaskan ayam hidup saat hendak melewati jalan di Gunung Pegat, Lamongan.
Lebih baik sepasang suami istri kehilangan seekor ayam daripada kehilangan anggota keluarga atau pernikahan mereka berakhir karena perceraian atau perpisahan.
Mitos ayam gratis ini juga diakui oleh warga sekitar jalan Gunung Pegat.
Selama bulan-bulan festival, banyak rombongan pengantin melepaskan ayam sebelum melintasi jalan tersebut.
Kalau tidak punya, ada rombongan yang mencari jalan alternatif agar tidak melewati kawasan Gunung Pegat.
Misalnya dengan berbelok jauh ke luar Bojonegoro atau Lamongan.
Tidak ada ritual khusus saat pelepasliaran ayam di Gunung Pegat.
Ayam tersebut dilepas begitu saja di pinggir jalan untuk menghindari tabrakan dengan mobil yang sedang melaju.
Mitologi gunung memang sangat kuat, namun semuanya dapat ditelusuri kembali ke masing-masing individu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H