Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Writer

💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dianggap Egois Karena Self-Love: Mengatasi Stigma yang Salah

17 Desember 2024   19:44 Diperbarui: 17 Desember 2024   19:48 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbedaan perspektif terkait dengan egoisme dan mencintai diri sendiri (self-love) dalam bentuk menghormati dan menyayangi diri sendiri memang kerap kali disalahartikan, yang mana banyak orang mungkin masih tidak memahami esensi sebenarnya dari perbedaan self-love dan egois itu sendiri. Mungkin ini juga salah satunya berawal dari sebuah "keanehan" bahwa orang-orang yang menerapkan self love dianggap sebagai seseorang yang bersikap "melawan arus."

Karena, yang kita tahu bahwa banyak orang akan justru menerapkan budaya kolektif, yang mana lebih mengutamakan kepentingan bersama sehingga ketika ada orang-orang yang memprioritaskan diri sendiri itu dianggap seseorang yang egois dalam artian, banyak orang menganggap bahwa self-love itu bagian dari bentuk mengabaikan orang lain, yang mana justru itu adalah bentuk bagaimana seseorang memastikan bahwa ia telah bersikap adil terhadap dirinya sendiri, sebelum ia memperioritaskan orang lain dalam bentuk apapun.

Kemudian, karena ketika mayoritas orang-orang menganggap bahwa sesuatu hal yang terjadi dalam diri kita atau masalah yang terjadi dalam diri kita itu adalah hal yang sepele kemudian kita bersikap tegas terhadap apa yang tidak kita terima dari perlakuan orang lain, mungkin banyak orang akan berpikir bahwa bertindak berbeda dari mayoritas yang ada, dengan mungkin memaafkan perlakuan orang lain justru membuat orang-orang yang menerapkan self-love itu merasa tidak nyaman karena seseorang yang tegas dan menerapkan self-love terhadap dirinya sendiri itu tidak akan peduli dengan pandangan orang lain.

Bahkan, sekalipun itu adalah pandangan negatif terkait bagaimana seseorang tersebut menganggap bahwa perubahan dirinya untuk menerapkan self-love terhadap sesuatu yang terjadi itu sebagai ancaman dari norma yang sudah ada, sehingga banyak pemahaman keliru bahwa mencintai diri sendiri itu adalah sebagai bentuk menempatkan diri sendiri di atas orang lain, yang mana sebenarnya, self-love itu adalah bukan tentang egoisme yang dikatakan banyak orang, yang mana itu adalah bentuk bagaimana seseorang membangun batasan yang sehat dan tidak akan membiarkan orang lain merugikan dirinya.

Bahkan, mungkin ini dianggap kekeliruan oleh banyak orang sebagai tindakan memanjakan diri sendiri atau mengabaikan kritik sehingga banyak orang menganggap bahwa orang-orang yang menerapkan self-love dengan melihat refleksi, penerimaan dan pengembangan diri itu, seringkali juga melibatkan keputusan sulit untuk berkata "tidak" yang mana karena ketegasan yang harus diterapkan dan karena hal itu sebenarnya memang sudah tidak sejalan dengan nilai dan kebutuhan dirinya sebagai seseorang yang menerapkan self-love.

Sehingga, kadang-kadang orang-orang yang mengkritik, sebenarnya adalah orang-orang yang belum bisa memproyeksikan rasa kurang percaya dirinya terhadap kebutuhan yang diterima oleh orang lain sehingga ketika melihat orang lain tegas dan menghormati diri sendiri mereka merasa terintimidasi dan tidak cukup baik sebagai seorang manusia karena mungkin orang-orang yang menerapkan self-love adalah orang-orang yang dilihat sebagai orang-orang yang berbahaya karena ketegasan yang ia miliki bila orang lain tidak memperlakukan dirinya selayaknya manusia.

Jadi, bagaimana sih, kita akhirnya menyikapi hal ini, ketika orang lain menganggap kita egois bukan justru ini adalah menerapkan self-love?

Sebenarnya, tidak perlu dipusingkan terkait dengan perbedaan perspektif dalam hal ini sehingga yang perlu kita tegaskan kepada diri sendiri adalah bahwa memang sikap kita memperlakukan diri kita sendiri itu adalah bentuk bagaimana kita self-love bukan egois. Jadi, tetaplah menjadi seseorang dan pribadi yang tenang dan konsisten dalam menghormati dan menghargai diri sendiri, yang mana itu akan menjadi bagian dari kita menjaga kesehatan mental dan emosional karena dengan menerapkan self-love terhadap diri kita pribadi dapat menetapkan batasan yang tegas kepada orang lain untuk tidak semena-mena dalam bersikap.

Barangkali, dengan menjaga jarak untuk tidak terlalu dekat, yang berarti bukan memutuskan hubungan dengan orang yang tersebut apabila memang kesalahannya tidak fatal dan kita juga tetap masih bisa untuk memastikan hubungan tersebut tetap sehat dan saling menghormati namun hanya saja intensitas kita untuk berelasi dengan orang tersebut jadi tidak dekat, sehingga dengan bertindak seperti ini, bentuk kita self-love tetap melibatkan empati terhadap orang lain sehingga kita menunjukkan bahwa keputusan tersebut tidak mengurangi kepedulian terhadap mereka sehingga perspektif egois itu dapat berubah terkait pandangan bahwa yang kita terapkan adalah self-love bukan egois.

Oleh karena itu, yang perlu kita garis bawahi adalah memang self-love itu bukan berarti kita mengabaikan orang lain atau mengabaikan kebutuhan orang lain, yang mana mungkin nantinya pandangan orang terhadap kita itu dianggap egois akan tetapi diri kita bisa memastikan bahwa kita juga telah memberikan diri sendiri yang terbaik, bukan semata-mata kita memprioritaskan orang lain untuk mendapatkan yang terbaik.

Tapi, diri kita tidak kita pedulikan sama sekali sehingga makna self-love dalam perjalanan dan proses kehidupan ini memang butuh keberanian, yang mana mungkin orang lain tidak akan selalu setuju tetapi dengan kita menghormati diri sendiri akan memberikan kekuatan untuk diri kita dalam menghadapi segala pandangan negatif terkait orang lain yang mengatakan bahwa kita egois namun dengan penerapan self-love yang kita terapkan dengan konsisten dan tenang akan mematahkan argumen bahwa yang kita terapkan adalah self-love bukan egoisme diri sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun