Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Hyper-Independence: Ketika Perempuan Merasa Tidak Lagi Membutuhkan Laki-Laki

11 Desember 2024   08:15 Diperbarui: 11 Desember 2024   16:26 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barangkali, di era modern saat ini, kita sudah tidak mengherankan bahwa banyak sekali perempuan-perempuan yang independen mulai bermunculan, tentu dengan pencapaian yang mereka perjuangan sendiri, yang mana mereka mampu menghidupi dan mengusahakan dirinya sendiri untuk mendapatkan apapun dalam kehidupan ini secara layak dan pantas sehingga dari hal ini muncul fenomena adanya perempuan yang bahkan hyper-independence sehingga perempuan-perempuan ini merasa tidak lagi membutuhkan laki-laki, yang mana pemikiran ini mungkin berakar dari pengalaman hidup, perkembangan sosial dan perubahan nilai-nilai modern. 

Banyak perempuan yang akhirnya mengembangkan pemikiran dan sikap ini mungkin sebagai bentuk dari respons berkaitan dengan pengalaman negatif, seperti trauma dari hubungan yang tidak sehat atau kekecewaan terhadap peran laki-laki. Sehingga, dibalik dari kemandirian seorang perempuan untuk juga mencapai ekonomi dan karier yang stabil, akhirnya banyak perempuan merasa mampu memenuhi kebutuhan hidup tanpa bergantung pada pasangannya. Tanpa kita sadari memang ada banyak sekali pergeseran nilai sosial yang juga turut mempengaruhi, dimana perempuan tidak lagi mendefinisikan dirinya melalui hubungan dengan laki-laki melainkan melalui pencapaian pribadi sehingga seringkali sikap ini dipahami sebagai penolakan total terhadap laki-laki.

Padahal, sikap perempuan untuk bisa mandiri adalah bagian dari kemampuan manusia untuk tidak bergantung terhadap orang lain, meskipun begitu, sebenarnya perempuan adalah tetap manusia yang sama sebagai makhluk sosial, yang juga membutuhkan hubungan emosional yang sehat dan baik dari keluarga, teman ataupun pasangan sehingga hal ini menjadi tantangan kita sebagai perempuan yang independen, untuk bisa menyeimbangankan antara kemandirian dan kemampuan untuk berbagi hidup dengan orang lain tanpa merasa kehilangan identitas sebagai seorang perempuan. 

Tentu ini sebenarnya sulit bagi seorang perempuan yang hyper-independence yakni untuk bisa menyeimbangkan antara kemandirian dengan perasaan bahwa sebagai perempuan kita adalah makhluk sosial, yang juga membutuhkan bantuan dari orang lain, yang mana banyak perempuan hyper-Independence itu sulit untuk membuka diri dan menerima bantuan dari orang lain karena seringkali memang mereka sudah terbiasa untuk mengandalkan diri sendiri sehingga dengan kata lain bahwa meminta tolong adalah tanda kelemahan atau ketergantungan dari seorang perempuan yang terbiasa independen.

Sehingga, hal itu membuat mereka terbiasa untuk menyelesaikan semuanya sendirian bahkan sampai sesulit apapun hal yang sedang dihadapi, mereka akan selalu mengandalkan diri mereka sendiri. Mungkin, pola pikir mereka terbiasa untuk mengandalkan diri sendiri ini muncul karena itu menjadi bentuk perlindungan emosional dari hasil pengalaman hidup yang mengharuskan mereka selalu kuat dan terbiasa menyelesaikan semuanya sendirian namun memang sikap ini juga menjadikan perempuan yang hyper-independence itu terisolasi atau menutup peluang dalam membangun hubungan yang saling mendukung termasuk dalam menemukan pasangan.

Barangkali, disini alangkah baiknya sebagai perempuan kita tidak lagi menganggap bahwa menerima bantuan itu sebagai tanda kelemahan melainkan sebagai bentuk kebijaksanaan dan kolaborasi untuk menyeimbangkan antara kemandirian dengan kemampuan untuk berbagi beban dengan orang lain, yang mana kita sebagai perempuan tetap bisa mempertahankan kemandirian tanpa kehilangan kemampuan dan merasa bahwa ketika meminta tolong kita menganggap diri sendiri sebagai beban bagi orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun