Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Duel Perspektif: Kemandirian Perempuan vs Kemapanan Laki-Laki

6 Desember 2024   21:00 Diperbarui: 6 Desember 2024   21:04 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Beberapa waktu yang lalu, mungkin jagat sosial media dihebohkan dengan statement terkait perempuan independen dan perempuan mapan serta laki-laki independen dan laki-laki mapan sehingga menimbulkan pro dan kontra yang bahkan banyak orang ikut menyuarakan perbedaan yang cukup keras terkait persoalan dua hal yang tidak bisa disamakan. Tapi yang menarik dari statement itu justru membuat kita jadi lebih kritis soal perbedaan antara independen dan mapan yang walaupun sebenarnya beban dan tuntutannya pasti jauh berbeda antara perempuan dan laki-laki.

Menurut saya, statement itu timbul karena mungkin yang banyak kita lihat hari ini adalah bahwa laki-laki itu ketika sudah waktunya masuk usia yang beranjak dewasa jadi punya beban dan tuntutannya jauh lebih banyak dan besar daripada perempuan karena memang kodratnya laki-laki adalah menafkahi juga karena katanya laki-laki itu hanya akan dilihat dari seberapa banyak pemberiannya terhadap orang-orang di sekelilingnya. Sehingga, dari statement yang timbul menjadikan laki-laki seperti direndahkan marwah dan harga dirinya karena walaupun sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri itu ternyata juga tidak cukup karena laki-laki harus berusaha lebih keras lagi untuk masuk kategori seseorang yang mapan.

Yang buat semakin heboh dan semakin banyak yang ikut menyuarakan pendapat adalah bahwa ternyata di dunia ini, faktanya ada standar-standar yang sangat memberatkan laki-laki karena akhirnya saya melihat bahwa hal-hal seperti ini akan membuat kepala sangat bercabang untuk memikirkan banyak hal dengan beban dan tuntutan yang tidak main-main. Jadi, untuk laki-laki, mereka sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri bahkan mereka juga menyisihkan uang dari hasil kerja kerasnya untuk keluarganya misalnya itu adalah orang-orang yang cukup bisa diacungi jempol. Apalagi, di umur-umur mereka yang baru selesai mengenyam pendidikan tinggi misalkan, kalau di cari sisi mapannya tentu tidak akan bisa. 

Sehingga jadinya, seperti tidak adil kalau kita sebagai perempuan terlalu mengecam dan mengerdilkan banyak laki-laki karena mereka belum mapan. Justru, mereka sudah berusaha keras untuk mau bekerja setiap hari itu saja, saya melihat sebagai perempuan cukup terinspirasi dan kagum karena jujur saya rasa bekerja setiap hari itu rasanya memang lelah sekali. Walaupun, statement yang timbul tersebut sangat menjatuhkan harga diri laki-laki saya tidak ingin ikut menghujat dan menyerang kehidupan personal seseorang yang berstatement demikian, hanya saja barangkali pelajarannya buat kita sebagai perempuan pun harus berpikir lebih bijak bahwa soal mapan kalau kita paksakan di usia-usia yang masih 25-an ke atas, saya rasa akan sangat jauh dari realita yang ada. 

Walaupun, nantinya di posisi kita yang mungkin sebagai perempuan kita sudah bekerja dan terbilang sudah mapan di usia kita yang mungkin sebelum 30-an tahun tapi jangan sampai apa yang sudah kita bangun terkait hal itu menjadikan kita merasa lebih tinggi kemudian merasa bahwa kita tidak butuh laki-laki karena menurut saya sebagai perempuan kita pun tetap butuh laki-laki karena di sini kan pada akhirnya banyak perempuan yang merasa bahwa ketika sudah independen dan mapan jadinya mereka merasa tidak butuh laki-laki. 

Di satu sisi mungkin ada hal-hal yang membentuk pola pikir itu namun di sisi lain sebagai perempuan kita tidak boleh terlalu keras berlagak kuat dan tidak butuh laki-laki karena pada akhirnya tetap saja kita hidup berdampingan antara perempuan dan laki-laki, dan kita juga diciptakan karena memang saling membutuhkan antara perempuan dan laki-laki, yang nantinya akan juga hidup berpasang-pasangan. Sehingga, banyak peran-peran yang dibutuhkan antara laki-laki dan perempuan, yang mana peran itu dibutuhkan antara satu sama lain atas dasar memang hanya dimiliki oleh laki-laki dan hanya dimiliki oleh perempuan. 

Walaupun, sebagai perempuan barangkali kita merasa sangat mandiri, yang memang apa-apa sendiri, dengan segala upaya memperjuangkan diri sendiri untuk memiliki kehidupan yang enak, walaupun demikian, kita tetap butuh laki-laki karena ada banyak peran yang tidak bisa kita lakukan sebagai perempuan untuk keluar dari kodrat sehingga walaupun di pekerjaan, kita seorang pemimpin atau leader tapi sebagai konteks lain mungkin sebagai pasangan, kita tidak boleh menjadi pemimpin karena tetap laki-laki yang harus kita dulukan untuk kita patuhi dan taati aturan dan perintahnya selagi itu positif dan baik, sehingga sebagai perempuan kita harus lebih belajar dan bijak menghormati satu sama lain.

Kehidupan masa depan itu, bila kita perjuangkan dan usahakan dengan saling mendukung antara satu sama lain, soal mapan pelan-pelan pasti tercapai, sehingga fokusnya adalah antara laki-laki dan perempuan harus lebih banyak mendidik diri masing-masing dan tidak keluar dari kodrat yang seharusnya. Walaupun, kehidupan akan memaksa kita lebih dewasa, percayalah bahwa sebagai seseorang yang tidak lagi seperti anak kecil, pikiran kita memang harus terbuka sebagai manusia agar selalu fokus pada masa depan dan berinvestasi kepada diri sendiri sebanyak-banyaknya, sehingga baik laki-laki ataupun perempuan tidak bisa dibandingkan dengan objek yang sama karena menyoal kesetaraan pasti ada beban dan tuntutan yang berbeda jadi bukan waktunya kita saling menghakimi dan merendahkan satu sama lain.

Oleh karena itu, barangkali tulisan kali ini hanya perspektif saya dengan maksud bahwa walaupun kita berbeda opini dan pendapat namun kita tetap harus menghormati dan menghargai setiap orang dan jangan sampai kita mengecilkan orang lain yang mungkin hidupnya belum seperti kita. Pesan saya untuk laki-laki, terima kasih sudah mau berusaha keras dan memperjuangkan banyak hal walaupun saat ini kamu belum mapan, tetap saja itu adalah hal yang sangat bernilai untuk diri kamu sendiri, karena kamu mau memperjuangkan dan mempertanggungjawabkan diri kamu dengan sangat baik, semoga dengan kerja keras kamu, pelan-pelan semuanya akan kamu capai dan tetap semangat ya, menjadi kebanggaan orang-orang yang ada di sekeliling kamu.

Lalu pesan saya, untuk semua perempuan, pahami dan sadarilah bahwa mau seindependen dan semapan apapun diri kita nantinya, kita tetap butuh peran dari seorang laki-laki yang mungkin suatu hari nanti akan menjadi pasangan kita. Sehingga, sebagai perempuan kita harus lebih banyak belajar menghormati pasangan kita yang mungkin nanti butuh dukungan kita sebagai pasangannya, karena saya yakin semua itu bisa diusahakan dan diperjuangkan apapun tujuannya selagi itu adalah hal yang baik, pelan-pelan pasti semuanya tercapai. Jadi, sekarang tetap fokus sama semua yang kamu lakukan sebagai perempuan untuk paham bahwa, ada batas-batas dan kodrat yang tidak bisa kita ambil perannya karena itu adalah peran laki-laki sehingga belajarlah untuk menjadi perempuan yang tenang dan meneduhkan, karena sebagaimana sebaiknya perempuan adalah menjadi pribadi yang lembut, berkelas dan elegan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun