Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i am anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here ✨

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Anteng-Anteng Adem Ayem

25 Oktober 2024   19:41 Diperbarui: 25 Oktober 2024   22:14 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini menyibukkan,

Lucunya, jadi bisa merasa bahwa ohhh...ini ternyata waktunya, 

Dulu waktu kecil maunya dibebaskan,

Sekarang, sudah dewasa ingin cepat-cepat pulang ke rumah,

***

Dulu waktu kecil selalu dimanja tapi sudah besar malu kalau terlalu dimanja,

Dewasa ini banyak tuntutan ya, 

Rasanya mau ngamuk terus sama orang-orang jahat, 

Mereka tahu tidak ya, hati kecil kita ini mungil sekali,

***

Tidak bisa dikasarin, tidak bisa dimarahin, tapi tiap hari dengar orang marah-marah,

Sekarang apa-apa sendirian tidak berani cerita,

Tidak lagi bergantung tapi cukup senang dengan kehidupan orang dewasa, 

Senang, karena sudah bisa menghidupi diri sendiri, 

***

Kadang-kadang memang membosankan tapi bersyukur, 

Kata Tuhan, aku masih layak hidup karena banyak yang senang sama aku,

Aku masih hidup karena tadi sore aku masih beli bolu-bolu lucu kesukaanku, 

Katanya, setiap aku ke sana mereka senang dapat uang dari aku,

***

Jadi, setiap kali rasanya ingin mengeluh, 

Aku jadinya tidak lagi mengeluh, 

Karena, ini kehidupan orang dewasa, orang-orang banyak hampir mati karena mati-matian untuk hidup,

Tapi, tetap aja ada ya, orang yang jahat, 

***

Sebenarnya, mereka itu kasihan, 

Tapi lebih kasihan diri aku sendirilah,

Tenang, besok aku masih bisa beli mochi yang imut-imut,

Di sekitaran tempat aku beli, banyak rasanya, enak sekali,

***

Dulu aku tidak kenal sama diriku sendiri, 

Sekarang, baru kenalan secara resmi, 

Aku tidak ingin apa-apa, hanya ingin menjadi manusia tenang, 

Biarkan orang mau berisik seperti apapun, 

Aku tidak peduli, 

***

Biarkan aku dengan kesenangan-kesenangan yang aku nikmati,

Aku tidak mau berdarah-darah walaupun lukanya kecil, 

Aku senang dengan hidupku yang sekarang, 

Damai dan semanis teh hijau murni,

****

Puisi ini menyampaikan bahwa barangkali memang kehidupan orang-orang dewasa itu selalu membuat kita ingin flashback menjadi sosok anak kecil yang hari ini baru kita rindukan. Ketika di rumah, kita selalu dimanja disayangi, dan ditenangkan tapi sekarang rasanya malu dan mencoba untuk sok-sok an kuat padahal saat ini gampang sekali sensitif dan gampang sekali nangis, yang sebenarnya kita dulu tidak seperti itu tapi sekarang rasanya semuanya tuh, buat kita bertanya-tanya, kenapa kehidupan ini begini, kenapa kehidupan ini begitu.

Sekarang, mau jungkir balik seperti apapun, rasanya lebih baik telan semuanya sendirian daripada harus cerita ke sana kemari karena kita tahu bahwa yang penting itu cuma, istirahat. Kadang-kadang cerita ke sana ke mari juga bukan obat, justru malah jadinya adu nasib padahal maunya cuma didengarkan, tidak butuh solusi, tapi begitulah manusia, tidak semuanya adalah seseorang yang mengerti jadi pendengar karena mereka bukan psikolog, jadi wajar mereka tidak punya keahlian itu dan bukan salah mereka kalau maunya kita tuh cuman didengarkan bukan adu nasib.

Di dalam kegaduhan-kegaduhan dan seberapa berisik kehidupan di dunia, saat ini cita-cita yang paling dekat adalah menjadi manusia yang tenang. Walaupun, setiap hari adalah power rangers atau iron man, kita harus pakai topeng itu dulu jadi orang dewasa. Jadi, kalau sudah di rumah sendirian, baru kita lepas semuanya karena jujur pasti lelah harus mengerti setiap kepala semua orang sedangkan diri kita terus menanggung kesakitan-kesakitan tapi tidak ada yang peduli. 

Begitulah kehidupan, tidak apa-apa kok. Selagi, masih bisa menikmati jalan-jalan sore dan cobain jajan-jajan imut seperti mochi, bolu-bolu, batagor, siomay, dimsum, seblak dan semua yang imut-imut, itu cukup jadi ketenangan karena masih bisa membuat orang yang mati-matian hidup tetap bisa hidup dan tersenyum karena kita beli jajan-jajanan yang ditawarkan. Jadi, teman-teman semua jangan mau kalah, ya. Pasti berat lah, tapi jangan mengalah terus dan jangan diam terus, ada waktunya kita maju dan menang. Nikmatin, semua yang ada dan syukuri hal yang udah dikasih hari ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun