Biarkan orang mau berisik seperti apapun,Â
Aku tidak peduli,Â
***
Biarkan aku dengan kesenangan-kesenangan yang aku nikmati,
Aku tidak mau berdarah-darah walaupun lukanya kecil,Â
Aku senang dengan hidupku yang sekarang,Â
Damai dan semanis teh hijau murni,
****
Puisi ini menyampaikan bahwa barangkali memang kehidupan orang-orang dewasa itu selalu membuat kita ingin flashback menjadi sosok anak kecil yang hari ini baru kita rindukan. Ketika di rumah, kita selalu dimanja disayangi, dan ditenangkan tapi sekarang rasanya malu dan mencoba untuk sok-sok an kuat padahal saat ini gampang sekali sensitif dan gampang sekali nangis, yang sebenarnya kita dulu tidak seperti itu tapi sekarang rasanya semuanya tuh, buat kita bertanya-tanya, kenapa kehidupan ini begini, kenapa kehidupan ini begitu.
Sekarang, mau jungkir balik seperti apapun, rasanya lebih baik telan semuanya sendirian daripada harus cerita ke sana kemari karena kita tahu bahwa yang penting itu cuma, istirahat. Kadang-kadang cerita ke sana ke mari juga bukan obat, justru malah jadinya adu nasib padahal maunya cuma didengarkan, tidak butuh solusi, tapi begitulah manusia, tidak semuanya adalah seseorang yang mengerti jadi pendengar karena mereka bukan psikolog, jadi wajar mereka tidak punya keahlian itu dan bukan salah mereka kalau maunya kita tuh cuman didengarkan bukan adu nasib.
Di dalam kegaduhan-kegaduhan dan seberapa berisik kehidupan di dunia, saat ini cita-cita yang paling dekat adalah menjadi manusia yang tenang. Walaupun, setiap hari adalah power rangers atau iron man, kita harus pakai topeng itu dulu jadi orang dewasa. Jadi, kalau sudah di rumah sendirian, baru kita lepas semuanya karena jujur pasti lelah harus mengerti setiap kepala semua orang sedangkan diri kita terus menanggung kesakitan-kesakitan tapi tidak ada yang peduli.Â