Sebelum kita membahas lebih jauh terkait dengan self-deprecating maka kita perlu untuk tahu terkait dengan apa sebenarnya maksud dari self-deprecating. Jadi, self-deprecating ini adalah tindakan seseorang yang didominasi untuk tujuan agar dirinya tidak merasa "lebih baik" dari orang lain yakni dengan merendahkan diri sendiri, baik itu dengan cara bercanda, mengkritik diri sendiri secara belebihan bahkan lebih kepada membully diri sendiri yang kadang kala itu dilakukan untuk sekedar sebagai sesuatu yang lucu dan jenaka agar dapat meredakan keadaan yang barangkali agak kaku dan canggung.
Walaupun sikap ini awalnya dilandasi dengan sesuatu untuk melucu akan tetapi lama-kelamaan tindakan dan sikap dari self-deprecating ini bisa menjadi hal yang kurang baik apalagi itu menjadikan berkurangnya kepercayaan diri dan ketidaknyamanan diri sendiri yakni karena akhirnya diri sendiri membangun citra diri yang sama buruknya dengan apa yang kamu ciptakan sehingga lama-kelamaan itu akan menjadi hal yang dipandang buruk dari orang lain terhadap diri sendiri.
Barangkali, memang mungkin seseorang yang berprinsip untuk tidak merasa lebih baik dari orang lain adalah sikap di mana ia tidak terlalu menjadi seseorang yang merasa jauh lebih baik dari orang lain sehingga prinsip ini digunakan untuk dirinya menjadi seseorang yang jauh lebih dewasa ketika ada sesuatu yang terjadi dalam dirinya, akan tetapi jika hal ini tidak digunakan dengan bijak maka seseorang yang menggunakan self-deprecating sebagai sesuatu untuk terlalu berlebihan menyalahkan diri sendiri maka secara penerapan hal itu akan menjadi sesuatu yang berisiko karena jadi hal yang merugikan diri sendiri.Â
Salah satu halnya, itu ketika kecenderungan untuk terlalu menyalahkan diri sendiri, yang sebenarnya bukan tanggung jawab diri sendiri untuk contohnya meminta maaf tapi karena alih-alih untuk menjadikan diri sendiri tidak merasa lebih baik justru itu menjadi hal yang kurang baik apabila tidak dilakukan dengan kesadaran penuh, yang akhirnya sepenuhnya apapun masalah yang terjadi, itu ujung-ujungnya menyalahkan diri sendiri, padahal itu bukan kesalahan diri sendiri yang akhirnya berujung pada diri sendiri terganggu kesejahteraan mental dan harga dirinya.
Yang mana self-deprecating ini, tentulah harus dilakukan secara seimbang untuk boleh untuk merasa bahwa diri sendiri tidak lebih baik dari orang lain tapi tetap harus ada batasan untuk tidak menurunkan citra diri atau image diri sendiri hingga sampai menyalahkan diri sendiri secara berlebihan, apalagi itu bukan tanggung jawab kamu karena memang bukan kesalahanmu.
Oleh karena itu, proses menjadi dewasa itu perlu menyikapi diri sendiri dengan mampu mengenali, kapan harus bertanggung jawab atas kesalahan diri sendiri dan kapan saatnya untuk membela diri sendiri atas kesalahan yang bukan menjadi tanggung jawab diri sendiri karena apabila ini tidak dilakukan dengan seimbang maka prinsip untuk menerapkan self-deprecating terhadap diri sendiri itu, berujung pada self-sabotase yang akhirnya tidak menjadi positif karena menerapkan hal itu sebagai sebuah ketidakadilan terhadap diri sendiri.
Sebenarnya sangat bagus bila kita menerapkan prinsip self-deprecating terhadap hidup kita, yang bisa menjadi alat yang positif agar kita bisa menyikapi diri sendiri sesuai porsi, untuk bisa lebih rendah hati dan terbuka terhadap kritik. Sehingga, introspeksi dan evaluasi diri menjadikan kita lebih bisa melihat diri kita ke dalam, yang barangkali ada kesalahan-kesalahan yang mungkin tidak kita sengaja atau tidak kita sadari sehingga dengan hal tersebut memungkinkan diri kita untuk bisa berkembang dan belajar dari pengalaman atas kesalahan yang kita lakukan, yang dalam konteks ini prinsip self-deprecating ini sangat berperan untuk mencegah kita menjadi seseorang yang sombong atau merasa terlalu hebat akan suatu hal.Â
Namun itu tadi, bahwa perlu ada keseimbangan yang harus diterapkan dalam hal ini, yang mana jadinya kita tidak terus-menerus menjadikan diri kita seseorang yang tidak berharga karena terlalu menyalahkan diri sendiri akan sesuatu yang bukan tanggung jawab dan kesalahan kita. Oleh karena itu, mengenali bahwa ada saatnya kita membela diri dan ada saatnya kita mengakui bahwa suatu masalah itu terjadi memang bukan kesalahan diri kita, sehingga kita jadi bisa belajar untuk tidak berada di lingkaran setan yang menyebabkan kita terjebak pada siklus yang selalu merasa diri sendiri itu tidak berharga dan menjadi seseorang people pleaser dan itu adalah hal yang buruk sekali.Â
Oleh karena itu, dalam kehidupan ini, banyak hal yang menjadi tanggung jawab kita, termasuk kesalahan yang kita perbuat terhadap seseorang, akan tetapi kita perlu untuk bisa membedakan, ketika ada permasalahan dan itu bukan kesalahan kita, jadi bukan tanggung jawab kita untuk menyalahkan diri sendiri karena memang itu di luar kendali kita.Â
Oleh karena itu, menjadi dewasa itu bukan soal mengakui bahwa setiap permasalahan yang ada itu memang kesalahan kita tapi dewasa juga soal berani untuk mempertahankan diri sendiri dan membela diri sendiri ketika itu bukan kesalahan kita karena posisi kita adalah seseorang yang benar akan hal itu. Maka dari itu, perlu keseimbangan untuk menjaga hal itu tetap berada pada koridornya agar tidak ada self-sabotase terhadap diri sendiri yang akhirnya mengganggu kesehatan mental dan menjadikan hubungan dengan orang lain dalam kehidupan kita menjadi tidak sehat.
Yang pada prinsipnya, perlu ada keseimbangan antara introspeksi dan pembelaan diri, itulah yang menjadikan seseorang menjadi lebih dewasa karena terbuka untuk belajar dan memperbaiki diri tapi tetap berada di koridor untuk seimbang antara tahu kapan berubah ke arah yang lebih baik karena kesalahan dan tahu kapan membela diri untuk tegak berdiri di atas kebenaran dan itulah yang membuat kita jadi lebih percaya diri akan sesuatu hal dalam hidup kita, yang perlu kita sikapi secara bijak dan baik.