Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Sisi Gelap Kehidupan Pernikahan, Mengerikan?

2 Agustus 2024   21:05 Diperbarui: 3 Agustus 2024   15:55 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pernikahan, pengantin, resepsi pernikahan. (Sumber: PEXELS/SERGIO SOUZA via kompas.com)

Sebagai manusia, barangkali yang menjadi ketakutan setiap orang untuk memberanikan diri memasuki kehidupan pernikahan adalah potret-potret kejadian yang tidak diharapkan dan tidak dibayangkan untuk terjadi. 

Namun, menjadi sebuah kekhawatiran dan keresahan tersendiri, ketika menyaksikan beberapa orang lain bahkan orang-orang sekitar yang pernikahannya membuat diri kita tidak tertarik untuk masuk ke dalam dunia tersebut, karena terdengar seperti menyiksa dan menyedihkan.

Kadang kala, kita sebagai manusia yang sangat biasa-biasa saja, jadi mengukur diri kita sendiri untuk memastikan bahwa, apakah ketika kejadian atau peristiwa yang seharusnya tidak mau kita jalani.

Namun, ternyata menjadi sebuah hal yang harus dijalani dan dilewati dengan susah payah, yang menjadikan diri sendiri hilang arah dan akhirnya kehilangan diri sendiri. 

Pastinya, kita kadang muak dan kesal dengan isi kepala kita sendiri, yang terlalu banyak memasukkan hal-hal yang seharusnya tidak dipikirkan, yang tentunya sangat beracun untuk kelangsungan hidup kita sendiri.

Beberapa kejadian dan beberapa peristiwa yang terlihat bahkan yang telah diceritakan kepada saya tentang bagaimana dunia pernikahan membuat saya jadi menyimpulkan bahwa "kesiapan kita untuk menikah" perlu untuk dipertanyakan kepada diri sendiri. 

Mempertanyakan kepada diri sendiri bahwa sebagai pasangan, apakah kita siap bertanggung jawab dan berperan sebagai seseorang yang siap menanggung tanggung jawab tersebut? 

Tanggung jawab untuk menjadi suami dan isteri yang baik serta ketika memiliki anugerah seorang atau beberapa orang anak, apakah kita bisa bertanggung jawab untuk menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak kita?

Ketika orang-orang bercerita dengan antusias tentang pasangan dan perjalanan pernikahannya kepada saya yang ternyata tidak semengerikan dan semenyeramkan itu.

Saya ikut senang dan gembira mendengarkannya dan berharap menemukan dan menjalani perjalanan pernikahan bersama orang yang tepat untuk saya seperti orang-orang yang senang dengan perjalanan pernikahannya. 

Namun, tidak bisa pungkiri bahwa ada beberapa orang juga yang mengalami peristiwa dan kejadian dengan pasangan dan pernikahan yang tidak bernasib baik dan justru membuat saya ikut merasakan bagaimana aroma traumatis itu terasa sampai ke hati saya, hanya dengan mendengarkan dan membayangkan hal tersebut.

Tapi, sebagai manusia yang belum masuk di dunia pernikahan, saya jadi punya perspektif sendiri, terkait dengan hal-hal yang lebih saya soroti yakni konsep bagaimana menjadikan pernikahan itu sebagai sesuatu yang tidak menakutkan, seperti menghantui diri saya sendiri dengan asumsi-asumsi dari cerita, kejadian dan peristiwa yang orang lain alami. 

Seharusnya, cerita, peristiwa dan kejadian yang saya dengar, entah itu pasangan dan pernikahan yang menyenangkan atau pasangan dan pernikahan yang tidak menyenangkan.

Itu sebagai sebuah gambaran dan ilustrasi milik orang lain, yang seharusnya membuat saya lebih sadar bahwa bisa jadi hal-hal yang menakuti dan menyeramkan itu tidak akan pernah terjadi.

Tapi, saya tidak ingin mengatakan bahwa sebuah pernikahan itu akan selalu menyenangkan walaupun nantinya saya akan menemukan pasangan yang tepat dan perjalanan pernikahan yang menyenangkan. 

Dipersatukan dan bersama dengan seseorang yang akan bersama seumur hidup, tentu memiliki perbedaan dari sisi pemikiran, sikap dan budaya ketika masih sama-sama sendiri, yang akhirnya ketika masuk di dunia pernikahan tentu harus sama-sama menyeimbangkan apa yang dibawa dalam diri sendiri. 

Barangkali, saya adalah orang yang tidak setuju bahwa ketika ingin masuk ke dunia pernikahan dengan rumah tangga yang perjalanannya tidak akan mudah.

Ini tentu menjadikan diri saya saat ini untuk tidak hanya memimpikan dan mengharapkan bahwa saya menerima diri saya apa adanya dengan modal nekad dan alasan-alasan yang sebenarnya membuat saya jadi tidak terlalu mempersiapkan diri. 

Alasan-alasan yang menurut saya seharusnya tidak diikuti karena sebagai perempuan pun saya berusaha untuk berdiri di kaki saya sendiri untuk tidak hanya bergantung kepada seseorang yang nantinya akan menjadi pasangan saya.

Dalam hubungan orang dewasa, kadang kala kita adalah manusia-manusia yang sebenarnya tidak sedewasa itu. Ada kalanya kita akan merasakan bahwa bahkan orang yang kita sayang, ternyata tidak mau memahami dan mengerti apa yang kita rasakan. 

Egoisme kita yang selalu harus terpenuhi padahal barangkali, pasangan kita juga sedang berusaha untuk memahami dan mengerti diri kita yang artinya pengendalian itu ada dalam diri kita sendiri bukan pasangan kita. 

Bukan, berarti pasangan kita tidak sayang sama diri kita akan tetapi perasaan perasaan dan pikiran-pikiran yang kacau itu sangat berpotensi untuk akhirnya membuat pengendalian diri kita terlepas yang akhirnya merusak apapun termasuk akhirnya menyakiti diri pasangan kita sendiri.

Jadi, untuk menempuh perjalanan yang akan dilalui dan dilewati dengan tidak mudah, artinya dalam diri kita sendiri bahwa pernyataan kita siap untuk melangkah bersama itu adalah ikrar yang harus terus kita tanamkan dalam kepala dan hati kita.

Karena, pada akhirnya yang tersisa adalah separuh dari nyawa kita sendiri yang berjalan beriringan dengan seseorang yang ada di samping kita. 

Kita siap untuk memilih dan menjalani kehidupan selanjutnya bersama seseorang yang kita butuhkan dan tepat untuk kita. 

Semoga, kita dipertemukan dengan kejutan-kejutan yang menyenangkan dalam pernikahan dan rumah tangga yang akan diwarnai dengan kebahagiaan- kebahagiaan yang meski kecil namun terasa membekas dan berkesan di hati kita untuk selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun