Sebenarnya tidak sedang dipikirkan, namun tiba-tiba kepikiranÂ
Ini hidupmu sendiri, tidak perlu omongan orang lain jadi begitu menggangguÂ
Bagaimana, bila mereka benar dan ternyata aku yang salah?
Sejak kapan kau merasa seperti itu?
***
Menurutmu, keberuntungan itu sebuah kebetulan tidak?
Jadi, maksudmu yang hidupnya penuh kegagalan tidak beruntung?
Loh, kegagalan itu artinya tidak selamat
Bagaimana kau tahu bahwa kegagalan artinya tidak selamat?
***
Aku tidak tahu persis, namun orang-orang gagal itu dilihat seperti orang menjijikanÂ
Memangnya, orang yang selalu berhasil artinya dia selamat?
Bukannya, memang begitu adanya?
Aku tidak paham, kau selalu membuatku kepikiranÂ
***
Kita hanya tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan
Di balik layar apa yang tersimpan pun, kita punya keterbatasan untuk mengetahuiÂ
Ini namanya dinamika kehidupan, setiap pilihan ada resikonya
Perihal, berhasil atau gagal pun kita tidak tahu ini adalah hadiah atau ancaman
***
Beruntungnya, Tuhan membekali kita ilmu-ilmu yang menenangkanÂ
Meskipun, pengetahuan kita minimalis
Realita ini, tidak bisa dibantah dan kehidupan akan terus berlanjut
Itu artinya kita perlu untuk punya banyak kunci?
***
Bukan tentang seberapa banyak kunci yang kita punya
Cukup dengan satu kunci utama yang kau jaga dalam lingkarannya
Namun, kau mesti siap bila sewaktu-waktu kunci utama tidak lagi bisa diandalkan untuk membuka pintumuÂ
Itu artinya kau harus siap dan terbiasa dengan kunci cadangan dalam hidupmu selanjutnyaÂ
***
Puisi ini menggambarkan keadaan dan kondisi bahwa setiap diri kita sebagai manusia kadang kala harus siap dengan kenyataan apapun yang ada di depan mata kita. Tentunya, tidak selalu bahwa kenyataan yang ada di depan mata kita itu adalah realita yang kita senangi dan kita harapkan terwujud seperti itu. Lagi-lagi penerimaan itu harus kita cukupkan dalam diri kita untuk lapang dada dan ikhlas menerima apa yang memang harus terjadi dan harus kita lewati.
Rasanya, seperti terpaksa menampar diri sendiri untuk menerima bahwa memang kita memiliki keterbatasan untuk tahu tentang masa depan, yang mana setiap perencanaan yang kita susun secara matang pun, kadang kala memang harus gagal karena apa yang kita usahakan ternyata memang bukan rezeki dan untuk kita. Oleh karena itu, menurut saya perihal gagal atau berhasil itu memang bukan lagi dalam kendali kita, karena hasilnya bukan kita yang akan menentukan.
Barangkali, memang rasanya lelah, capek dan ada perasaan was-was yang luar biasa terkait apa yang sedang kita perjuangkan. Apalagi, bila itu sudah mengusahakan itu mati-matian namun hasilnya adalah gagal, itu cukup membuat kehidupan jadi hilang arah bahkan untuk bangkit kembali melanjutkan hidup rasanya tidak tahu harus memulai dari mana. Karena, siapa sih yang siap untuk menjalani kegagalan? Tentu tidak ada yang siap untuk itu.
Namun, yang menarik saat ini, saya selalu katakan ke diri saya sendiri yakni untuk belajar tenang dengan apa pun yang harusnya terjadi. Belajar untuk memberhentikan rasa sedih yang berlarut, karena saya tahu hidup ini terus berlanjut dan waktu demi waktu tidak akan menunggu kita untuk selesai dengan rasa sedih itu yang artinya kita harus segera move on dari keadaan itu. Tapi, sejauh saya melangkah sampai hari ini pun saya sangat merasakan betapa banyak saya belajar dari kegagalan yang saya alami.
Barangkali, saya dilabeli orang-orang yang tidak berguna karena kegagalan-kegagalan tersebut namun setelah belajar untuk menerima itu, justru malahan saya jadi senang dengan menjalani proses yang terjadi dalam hidup saya, walaupun saya tidak senang dengan kondisi dan keadaannya saat itu. Belajar menerima itu perlu latihan panjang, bahkan hingga saat ini saya tampil dengan tulisan-tulisan saya hari ini pun saya butuh waktu untuk percaya diri bahwa tulisan saya bisa diterima dengan baik.
Oleh karena itu, pesan saya untuk teman-teman semua bahwa barangkali suatu kegagalan itu bukan berarti selalu kesalahan kita namun barangkali memang belum saatnya buat kita atau belum saatnya menjadi rezeki kita saja, cukup disana. Tidak masalah untuk mau mengintrospeksi dan mengevaluasi diri terkait kegagalan itu, justru itu bagus untuk pembenahan diri kita. Silakan, untuk diusahakan lagi, apabila mungkin kamu rasa selama ini kamu belum cukup berjuang dengan pilihan tersebut. Namun, bila memang tidak ada titik temunya, kamu juga harus siap bahwa hidupmu harus berlanjut dan tidak boleh stagnan disana yang akhirnya membuat kamu berhenti bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H