Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Kapasitas Menyerahkan Diri

6 Juli 2024   09:48 Diperbarui: 6 Juli 2024   10:01 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bandit-bandit itu tidaklah merasa bahwa mereka seperti itu

Justru mereka akan melabeli dirimu sebagai penjahat yang sebenarnya 

***

Puisi ini menggambarkan seseorang yang telah mengerti nilai dari dirinya. Menurut sebagian orang, kadang-kadang justru keputusan untuk meninggalkan seseorang adalah sebuah keputusan yang childish ataupun sebuah kesia-siaan. Terlalu membawa perasaan dan sensitif terhadap sesuatu yang menyakitkan, membuat beberapa orang berpikir bahwa kita adalah orang-orang yang terlalu berlebihan karena tegas terhadap seseorang dengan tidak memberikan kesempatan untuk ia memperbaiki kesalahannya di hidup kita.

Puisi ini saya buat terinspirasi dari salah satu konten di Tik Tok terkait dengan konteks yang sedang dibicarakan oleh Kak Puty Sjahrul Munir yang menurut saya sendiri itu adalah pemikiran yang bagus dan saya setuju dengan pernyataan dan opini yang disampaikan oleh Kak Puty Sjahrul Munir tersebut. Kak Puty menjelaskan bahwa bukan kesalahan kita, apabila ada seseorang yang menyakiti diri kita dan mereka melakukan itu berulang kali. Bukan, artinya kita tidak cukup untuk mereka akan tetapi merekalah yang tidak cukup untuk dirinya sendiri yang ternyata mereka tidak senang dengan kehidupannya sendiri. 

Menurut saya pun, ketika dalam kehidupan ini justru selalu kita mengerti orang lain namun sebaliknya malahan orang lain memperlakukan kita seperti tidak pada tempatnya, seolah-olah kita akan selalu memaklumi, memaafkan dan memberikan mereka kesempatan. Tentu, itu adalah hal yang sangat melelahkan untuk selalu mengerti keadaan orang lain sedangkan mereka melupakan bahwa kita sebagai orang yang selalu disalahkan terhadap tindakan yang mereka lakukan jadi merasa "Ini orang kok bisa ya, memperlakukan aku kayak gini?"

Mereka lupa bahwa tidak selalu, reaksi kita terhadap sikap, tindakan dan kelakuan mereka itu adalah selalu memaafkan dan memaklumi serta memberikan kesempatan mereka untuk berubah. Bahkan, yang selalu saya amati mereka memang tidak akan pernah berubah dari karakter dan sifat mereka yang selalu membela dirinya, seolah-olah orang yang mereka sakiti adalah orang yang terlalu berlebihan tapi ketika kita mencerminkan tindakan mereka justru mereka yang jadi marah dan ngamuk ke kita, karena tidak terima diperlakukan seperti itu.

Oleh karena itu, bahwa lebih baik kita jangan pernah mau untuk bertahan dari tempat, lingkungan, keadaan dan orang yang tidak menghargai, menyepelekan, memanfaatkan apapun yang ada di nilai diri kita. Bukan, tugas kita untuk menghargai mereka di hidup kita karena tugas merekalah yang harus menghargai kita di hidup mereka untuk membuat kita bertahan dan nyaman di kehidupan ini bersama mereka. Oleh karena itu alangkah baiknya kita menjadi manusia yang menerapkan selalu batasan-batasan kapan kita untuk menyerah dan meninggalkan seseorang dari kehidupan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun