Katanya, semua orang punya masa jayanya sendiriÂ
Tapi, seberapa lama kejayaan itu tercapai?
Sudah letih, menari dengan harapan kosongÂ
Terkurung pula, dalam ketidakpastian jawaban
***
Katanya, gagal itu hanya belum mencapai
Bagaimana, seumur hidup masa jaya tidak pernah ada?
Alur hidup menyesatkan, hilang arah dan tak ada semangat hidup
Dipaksa, menembus menyelimuti pikiran dan hati
***
Dunia ini kejam sekali
Apa kita yang terlalu polos?
Sekeras ini berusaha, ada saja patahan-patahan kekecewaanÂ
Rasanya seperti mematikan diri sendiriÂ
***
Belum lagi, diuji dengan pengkhianatanÂ
Penghinaan yang bahkan tidak seharusnya dilakukan seorang manusia
Apa dengan cara menjatuhkan harga diri seseorang hidup dikatakan layak?
Persetan dengan manusia lain, kau selamatkan dirimu sendiri
***
Kau harus mengubah cara pandangmu pada hidup
Pola pikirmu keterlaluan, ayolah kau manusia biasa
Apa yang mau kau pertontonkan dengan manusia lain?
Kau mau hidup atau pun mati, adakah yang sebegitu merasa kehilangan?
***
Targetkan cita-citamu lebih dekat
Bagaimanapun caranya, luruskan niatmu cari strateginya
Kupertegas sekali lagi, tidak ada yang peduli dan berselera dengan cerita hidupmu
Buang jauh-jauh ekpektasi menginspirasi orang lainÂ
***
Kau harus menjadi seorang petarungÂ
Kapanpun waktunya, itulah yang akan membuatmu tahan banting
Fokus dengan apa yang mau kau tuju
Jangan pernah lirik ke kanan dan ke kiri
***
Nantinya, tua mu hanya bercerita
Jadi, kala muda seperti ini, semangatlah memperjuangkanÂ
Suatu hari pasti kau akan bangga terhadap dirimu sendiriÂ
Duduk, ditemani segelas kopi hitam dengan rasa gula yang manis
***
Puisi ini menggambarkan bahwa dalam proses mencapai berbagai harapan dan cita-cita dalam hidup, tentulah tidak semudah dan semulus yang kita semua bayangkan. Maka dari itu, setiap hal dari perjuangan yang kita lakukan, tentunya kadang kala, kita tidak mencoba untuk membandingkan diri kita dengan orang lain, akan tetapi orang lain dengan begitu tidak punya hatinya membandingkan diri kita dengan orang lain.
Semua orang berproses, jadi tidak semua proses di antara kita semua itu sama. Tapi, yang saya juga terheran-heran dengan orang-orang yang dengan gampangnya membandingkan kita dengan orang lain yang tanpa mereka tahu, kita juga tidak bermalas-malasan untuk mencapai apa yang kita inginkan. Siapa juga yang mau kegagalan? Tapi, mereka bahkan memilih untuk tetap membandingkan diri kita dengan orang lain.Â
Bahkan, yang sangat disayangkan adalah orang-orang yang kerap kali membandingkan diri kita dan dilabeli sebagai orang yang gagal dengan mereka-mereka yang dianggap dan dilabeli sebagai orang-orang yang sukses itu adalah orang-orang yang terdekat buat kita, yang seharusnya mensupport kita untuk bisa kembali pelan-pelan bangkit, akan tetapi ternyata tidak sama sekali. Yang artinya dalam memperjuangkan sesuatu, yang kita punya hanya diri kita sendiri.
Untuk teman-teman semua, tidak apa-apa loh untuk merayakan keterlambatan dan ketertinggalan, karena setiap orang ada masa kejayaannya. Tidak semua orang juga masanya itu di usia muda, karena justru masanya adalah di usia tua. Jadi, tenanglah tidak perlu khawatir berlebihan. Yang paling penting adalah diri sendiri mau untuk menjalani apa yang menjadi tujuan. Urusan orang lain membandingkan, itu urusan mereka, jadi kita yang dijadikan bahan perbandingan, tidaklah perlu terlalu pusing karena bukan mereka yang bakal menikmati apa yang kita perjuangkan juga karena mereka itu cuma penonton, jadi fungsinya menonton saja.
Saat ini, yang kita butuhkan adalah diri kita sendiri yang sehat dan kuat untuk menjalani apa yang mau kita tuju. Latihlah, diri sendiri untuk bersyukur dan menerima apapun hasil dari yang kita perjuangkan namun bukan berarti kita berserah namun tidak berusaha karena bullshit mendapatkan sebuah impian itu tidak diperjuangkan dengan keras dan sekuat tenaga. Oleh karena itu, fokus saja dengan diri sendiri, nanti ada masanya kita akan mengerti bahwa makna hidup itu akan kita ingat dari sebuah proses panjang dalam memperjuangkan sesuatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H