Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Langit Favorit

21 Mei 2024   20:30 Diperbarui: 21 Mei 2024   20:47 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa suka sekali memandanginya?

Tidak tahu, intinya aku suka memandanginya

Hanya dari jauh?

Lalu, harus sedekat apa? Ini sudah cukup

***

Bagaimana, kalau yang lain memandanginya juga?

Itu hak semua orang, mereka punya sepasang mata

Tidak merasa takut?

Kenapa harus takut? Dia memang layak dikagumi, sangat menenangkan dan indah

***

Bila suatu hari nanti langit akan mendung, apa kau tetap menyukainya?

Sampai kapanpun, aku tidak berhenti menyukainya

Kau tahu? Kalau langit mendung itu tandanya warnanya tidak biru lagi

Aku yakin pasti biru lagi, hitam itu hanya sedang berproses menjadi biru kembali

***

Kenapa terlalu yakin?

Ya, tidak ada alasanku tidak yakin

Sedang mendung dan menghitam pun langit tetap menjadi favoritku

Cuacanya akan aku terima, karena aku menyukainya

***

Puisi ini adalah kondisi di mana seseorang mengagumi orang yang ia sukai. Diam-diam ia menyimpan perasaannya dan terus memandangi orang tersebut meski dari jauh. Jatuh cinta bukan perkiraannya ketika lama-lama kagum itu berubah menjadi rasa sayang dan cinta untuk bisa memilikinya.

Disini ia mulai merasa tidak pantas karena apakah orang yang ia sukai juga memiliki perasaan yang sama dengan dirinya? Ibarat langit dan bumi ia sangat-sangat merasa dirinya berada di bumi dan orang yang ia sukai seperti langit yang dikagumi banyak orang dengan keindahannya.

Kenapa, tidak mulai berpikir bahwa di bumi itu juga sama indahnya seperti langit. Bukan karena ketika kamu merasa seperti bumi yang berada di bawah dan langit yang berada di atas itu tidak bisa memiliki kualitas yang sama-sama baik dan sama-sama indahnya untuk dikagumi.

Tidak perlu merasa tidak pantas dan tidak layak untuk sesuatu yang menurut kamu tumpang tindihnya itu begitu besar seperti langit dan bumi. Cinta itu tidak akan pernah pakai ukuran kecuali logika yang berbicara. Jadi, ketika kamu maunya dia maka tunjukkan pada dia bahwa kamu juga punya nilai-nilai dan kualitas yang sama indahnya, sama layaknya dan pantas untuk dikagumi banyak orang termasuk orang yang kamu sukai.

Kalau merasa diri sendiri banyak kekurangannya dan kekurangan itu bisa diperbaiki maka berkembanglah lebih baik. Di momen inilah kamu akan merasa ternyata proses itu sangat menyenangkan sembari terus mengagumi orang yang kamu sukai. Jadi, kamu juga tidak merasa terburu-buru dan takut kalau ada orang lain yang akan memandanginya.

Di langit ada kehidupannya sendiri dan di bumi juga ada kehidupannya sendiri. Sama-sama punya nilai dan sesuatu yang bisa dibanggakan dan itu jadi hal yang sangat bermanfaat bagi semua orang. Maka, ketika kamu dan dia seperti langit dan bumi percayalah bahwa kamu dan dia sama-sama layak dan pantas untuk bersama ketika tujuanmu adalah hanya memandangi langit dan tidak tergoda memandangi benda-benda  lain yang ada di langit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun