Lihatlah, pahlawan kesiangan telah muncul
Dengan misi, menyenangkan semua orang
Berapa nyawamu?
Berani sekali kau, membela mereka
***
Akankah, mereka berada di garda terdepan saat kau sudah hampir mati?
Omong kosong, bila mereka ada di pihakmu
Kau mati pun ya, tinggal dikubur
Ribut sekali bersimpati sampai kepalamu hampir pecah
***
Sudah kubilang berkali-kali tapi kau tidak percaya
Kau lupa bahwa ada kerugiannya menjadi orang yang tulus sepertimu
Lucunya lagi, kau selalu menggantungkan balasan atas kebaikanmu
Kau bertanya, kenapa kau diperlakukan seperti itu?
***
Sayang, jangan terlalu naif di dunia ini
Kau melindungi mereka namun kau juga yang dijadikan tumbalnya
Kau berharap dihargai?
Bodoh, gampang sekali kau diinjak
***
Buka matamu lebar-lebar, pasang telingamu!
Jangan menyiksa diri sendiri
Akibat terlalu baik, kau disebut penjahatnya
Kau tahu tembakan peluru itu berasal dari mana?
***
Dari orang-orang yang kau anggap dekat dan percayai
Mereka punya pistol dan peluru yang dapat membuat kepala bocor seketika
Simpan, rahasiamu baik-baik
Ingat, kau tidak bodoh dalam bermain
***
Puisi ini menggambarkan seseorang yang terlalu polos, terlalu baik dan tidak berpikir bahwa kapan pun orang lain bisa membuatnya hancur seketika. Bukan berarti, tidak boleh memberikan seluas-luasnya kebaikan yang kita miliki kepada orang lain. Namun, siapkah kita ketika balasan dari kebaikan yang kita tebarkan itu adalah menemukan kebusukan-kebusukan yang tidak kita sangka dari mereka-mereka yang kita kasihi dan sayangi dengan kebaikan kita.
Karena, bentuk kehati-hatian dan kewaspadaan diri sendiri terhadap lingkungan sekitar itu sangat-sangat diperlukan untuk jadi pertahanan diri sendiri ketika sudah menemukan sinyal-sinyal bahwa yang ada di depan kita adalah seseorang yang akan kapanpun menghancurkan kita. Tentu, sinyal itu sangat-sangat dapat kita rasakan dan tolong simpan hal itu untuk diri sendiri sebagai bahan penilaianmu dan jangan pernah untuk menceritakan apa yang kita nilai akan suatu hal itu.
Akan mengerikan bila kita tidak punya pertahanan diri karena kapanpun orang yang bahkan paling kita sayangi dan cintai bisa menusuk kita dari sisi bagian manapun. Tapi, apalah daya sebagai manusia biasa selalu dalam menghadapi apapun, hati nurani kita yang selalu bergerak untuk membantu dan menolong sesama kita yang memang butuh pertolongan dan kita lupakan satu hal secara logika bahwa mereka yang kita tolong adalah orang yang telah menusuk dan bisa saja menusuk kembali di masa depan.
Pastikan, di dunia ini kamu bisa bermain dengan rapi dan tenang. Seperti yang telah saya jelaskan di awal bahwa orang yang paling dekatlah yang tahu seluk-beluk kita. Jadi, simpan rahasiamu baik-baik dan tetap menjadi seseorang yang tenang. Pantau, amati dan nilai sendiri apa yang ada di depan matamu. Bila sudah menemukan sinyal-sinyal untuk bertindak seperti apa maka bertindaklah dan pastikan keputusan itu adalah keputusan yang bulat dan tepat. Ingat, jangan bodoh dalam bermain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H