Berulang kali ini terjadi
Hampir keluar, seluruh sumpah serapahku memakimu
Yang ku tahu itu akan membunuhmu, ketika aku memaksakan berucap
Lebih gilanya lagi, aku tetap menyalahkan diriku sendiri
***
Lumpuh sudah sekujur tubuhku, menyaksikan ini
Aku hidup namun kau, menganggapku telah mati
Bak seorang penjahat, aku menyalahkan diriku sendiri
Dan seperti seorang penjahat pun aku di cerita karanganmu
***
Tentu, tidak akan ada perbandingan aku dengan siapapun di dunia ini
Karena, saat aku memilihmu, berdarah-darah pun aku akan tetap memelukmu
Kali ini sudah cukup, ide gilaku
Biarlah kita mati bersama, sayangku
***
Ku beritahu bahwa penyesalan akan menghantuimu seumur hidup
Tidak sekarang namun pelan-pelan penuh kelembutan
Kejarlah yang katanya adalah kebahagiaamu
Aku tidak butuh kau yang berwajah malaikat tapi hati seorang iblis
***
Barangkali kau memang suka kebebasan tanpa aturan
Sudah di tepi jurang kehancuran pun kau tetap bangga
Jangan lagi kau anggap aku tempat rehabilitasmu
Aku tidak kuat dan tidak akan mau lagi menampung kesalahanmu
***
Kau yang membuat kesalahan namun justru aku yang seperti orang tidak waras dan sakit jiwa
Tidak bisakah kau berhenti mengatakan aku terlalu baik untukmu
Kau pikir enak hidup dengan manusia beracun?
Berwajah menenangkan, bermulut manis namun hati seliar binatangÂ
***
Puisi ini menggambarkan sebuah hubungan yang benar-benar toxic dan sangat-sangat menguras energi yang pada akhirnya hubungan tersebut adalah hubungan yang tidak sehat namun dipaksakan untuk terus bertahan. Yang membuat salah satu dari pihak dalam hubungan ini benar-benar merasa sangat kehilangan dirinya sendiri.
Kadang kala, hubungan itu di dalamnya tidak seharusnya kita menganggap sesuatu itu secara kecil dan sepele yang padahal menurut pasangan kita itu adalah hal yang berharga dan penting buat dirinya. Yang membuat pada akhirnya hubungan itu tidak sehat dan tidak bertumbuh adalah kita terbiasa untuk merasa hal-hal yang kecil itu adalah sebuah hal yang tidak penting dan tidak perlu dihiraukan.
Maka, tentu itu yang akan membuat pada akhirnya salah satu dari pihak dalam hubungan tersebut merasa bertanya-tanya, apakah benar hubungan seperti ini akan bertahan lama dan awet karena salah satu dari pihak dalam hubungan tersebut merasa masih perlu bebas tanpa aturan dalam hubungan.Â
Yang padahal, aturan itu ada dalam hubungan bukan untuk mengekang namun untuk lebih saling menghargai dan mengerti bahwa ada kerjasama yang harus dibangun, ada sesuatu hal yang harus diperjuangkan, dan ada pasangan yang harus dihargai, dipahami, disayangi dan diberikan perhatian, karena dia adalah pasanganmu bukan teman ataupun orang asing.
Oleh karena, itu pesan dari puisi ini, hendaknya bila akan menjalin hubungan itu yakni harus memang secara mental dan segala hal sudut pandang kita terhadap hubungan itu belum benar-benar kita siapkan, maka janganlah membuat orang lain yakni pasangan kita jadi merasa kehilangan dirinya sendiri, kehilangan kebahagiaannya, kehilangan apapun yang berharga dari dirinya yang padahal di luar sana banyak sekali yang memandang ia bernilai dan berharga dan begitu banyak orang yang menyayanginya.
Maka, tentu ketika sudah menemukan sosok seseorang yang benar-benar bersyukur ketika dia memiliki kita maka beri segala hal yang terbaik untuknya dan jadilah pasangan yang juga bersyukur memilikinya karena ketika kamu sudah mulai punya niat untuk 'macam-macam di belakangnya' maka ketahuilah di depan sana kamu tidak akan pernah menemukan seseorang yang setulus dia lagi, buktikanlah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H