Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Sedalam Cintamu

12 Mei 2024   17:21 Diperbarui: 12 Mei 2024   18:04 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak terelakan, pertengkaran pasti terjadi 

Usia lebih tua atau lebih muda, tidak menjamin bahwa kita sudah dewasa 

Adu mulut dan adu tunjuk, terasa menggores hati 

Seakan atasan dan bawahan, yang tidak mau mengalah dan dikalahkan

 *** 

Namun, ketahuilah bahwa di dalam keadaan apapun, aku adalah milikmu 

Sampai kita menua hingga maut memisahkan, bolehkah?

Tak jarang aku akan bernada tinggi merasa harus menang 

Ketika badai permasalahan mulai kencang menyapa

 *** 

Di pojok dinding aku menyendu, merindui dirimu

Kau sangat mengerikan ketika marah 

Diam dan tidak memperdulikanku 

Kita tidak akan tersemat di dalam sini, kalau kau dan aku tidak bertahan 

*** 

Tapi apalah daya, kapanpun kata kita bisa terlepas

Menemui kehilangan, untuk memberi hati sendiri sedikit ruang

Kembali bersama atau asing selamanya Bila tujuanmu adalah aku kembalilah, bila bukan asinglah selamanya 

***

Ucapan doa terbaik, selalu aku naungkan untuk keselamatanmu 

Tak perlu tahu sedalam apa cintaku padamu 

Terima kasih telah memperjuangkan kita, aku senang mengenalmu 

Maafkan, bila kurang di diriku melukai hatimu *** 

Puisi ini menggambarkan masa-masa di mana seseorang mencapai puncak keributan yang benar-benar membuat hubungan tersebut mau tidak mau harus sementara waktu untuk di selesaikan. Tatkala, setiap hari menjalani hari-hari yang melelahkan di saat seperti itu juga, mendapati bahwa pasangan sendiri juga tidak memahami dan mengerti dengan keadaan diri sendiri. Kadang, mungkin kita pernah merasakan bahwa diri sendiri butuh namanya menarik diri dari semua hal yang membuat energi kita benar-benar terkuras termasuk dalam hubungan. 

Tapi menurut saya, amat sangat tidak seimbang antara ketika kita ingin dimengerti tapi kita tidak bisa berusaha untuk mengerti orang lain termasuk, pasangan. Barangkali, bukan diri kita saja yang merasa kelelahan dengan rutinitas sehari-hari akan tetapi pasangan kita juga sama lelahnya dengan diri kita. Bukan, artinya untuk tidak boleh terlalu banyak cerita dengan pasangan dan terbuka kepada pasangan akan tetapi kita juga perlulah mengerti bahwa lihatlah dan pandangilah dia yang butuh istirahat dan biarkan waktunya ia gunakan untuk dunianya sendiri. Sadarilah, bahwa pasangan kita juga pun manusia biasa. 

Ada masa-masanya dia akan seperti kita yakni menarik diri dari hal-hal yang membuat energinya terkuras bahkan termasuk dalam hubungan itu sendiri. Yang penting intinya komunikasikan dengan baik, apa yang ia butuhkan, apa yang ia perlukan dan mengertilah soal kondisi tersebut. Tidak perlu banyak dituntut cukup beritahu dan ingatkan karena sejatinya dalam keadaan apapun dia akan memilihmu jika memang kamu tujuannya. Tidak perlu terlalu risau soal dinamika, irama dan polemik yang membuatmu bertanya-tanya dalam hubungan tersebut karena itulah hubungan yang terjalin antara dua manusia. 

Semoga, di dalam keadaan apapun, cintamu dan pasanganmu terhadap hubungan yang telah dibangun tidak berkurang sedikitpun walaupun kadang kapanpun kata kita bisa terlepas. Dukung dan semangati apapun yang membuat diri sendiri bertumbuh dan juga pasangan kita bertumbuh. Jangan pernah mengurung pasanganmu di dalam aturan yang membuat dia tidak bertumbuh dan berkembang melainkan membuat dia mati di tempat dan tidak bahagia. Selagi, arahan dan nasihat yang kamu berikan adalah demi dia lebih baik maka silahkan untuk berkomunikasi tentang hal itu tapi jika untuk hal-hal yang sifatnya tidak terlalu penting maka pikirkanlah kembali untuk berbicara bahkan mengurung dia di dalam ketidakbahagiaan yang bukan dirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun