Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Bermain Api Panas

4 Mei 2024   22:57 Diperbarui: 4 Mei 2024   22:58 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku tahu banyak yang lebih cantik dariku

Kau kenali diriku, tentu tampaklah seluruh kurang dan cacatku sebagai perempuanmu

Namun, sedikit dayaku untuk menahanmu tetap di sini

Bersamaku yang tiap hari kian menyebalkan

***

Bila tiba masanya, aku bukanlah seleramu

Pastikan, kau tidak akan pernah kembali

Aku tidak gila kepastian tapi aku tidak ingin menjadi salah satu perempuanmu

Biarkan aku serakah dengan posisiku sebagai ratu di hatimu

***

Kenapa aku harus bersusah payah?

Untuk memenangkan hatimu, bila memang tujuanmu adalah aku

Aku tidak ingin dibagi, kau tahu kan aku gampang lapar?

Aku ingin penuh dan utuh, enggan untuk bersedekah

***

Sayangnya kau memilih untuk bersedekah

Kepada perempuan miskin, yang haus kasih sayang

Seperti pahlawan kau mendatanginya

Hingga kau membuatku semakin kelaparan

***

Pergilah, bila kau banyak pertimbangan

Kau tahu aku perempuan seperti apa kan?

Tak perlu diusir aku akan pergi dengan sendirinya

Pastikan kau tidak bersujud memintaku kembali padamu, sayang

***

Puisi ini adalah gambaran seorang laki-laki yang menjalin hubungan dengan seorang perempuan. Lagi-lagi perselingkuhan adalah salah satu dari segenap trauma perempuan yang masih sendiri untuk akhirnya meyakinkan diri, apakah laki-laki di depannya ini akan berlaku setia dan tidak akan berselingkuh di kemudian hari?

Setelah, segala maaf dan kesempatan yang telah diberikan pun tak kunjung membuatnya berubah maka sebenarnya kadang kala rasa sayang dan cinta itu masih sangat besar terhadap seseorang yang kita sayangi dan pada akhirnya memilih berulang kali memberikan maaf dan kesempatan yang juga berulang kali kesakitan, terluka dan trauma semakin menjadi-jadi.

Sebenarnya ada apa dengan laki-laki zaman sekarang? Bukan pada akhirnya sebagai perempuan kita mengeneralisasi bahwa semua laki-laki sama saja karena, pun sama bahwa banyak juga ditemui perempuan yang memang doyan untuk berselingkuh dan berkhianat dari pasangannya.

Namun, sebagai perempuan, perspektif saya terhadap hal ini sangat penting yang pada akhirnya membuat saya semakin sadar bahwa dalam hubungan pun seharusnya kita tidak menggantungkan kebahagiaan kita kepada pasangan.

Bukan berarti selalu menggunakan logika tanpa melibatkan perasaan yang pada akhirnya apabila terus secara logis, logika yang lebih dominan alhasil tidak akan pernah ada kata tulus dan ikhlas. Yang membuat saya pada akhirnya sadar bahwa jalannya hubungan adalah dengan menggunakan perasaan yang juga tidak melupakan berpikir ketika sedang menyayangi dan mencintai pasangan sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun