Sungguh, kau pembohong ulung
Kau pikir, sikapmu tidak menjijikan?
Sebegitu hauskah, dirimu dengan lubang perempuan?
Dasar laki-laki murahan, tidak punya moral
***
Dengan bangga, kau mencicipi banyak perempuan
Kau bercerita dengan sangat bangga namun jelas sekali bahwa kau murahan
Tiap malam berganti perempuan, menari-nari dengan segelas alkohol, ceria tanpa beban
Lucunya, kau masih berharap ada perempuan yang tulus dan baik kepadamu
***
Mimpimu terlalu jauh wahai, Tuan
Tidak sudi rasanya melihat kau, sudah dicicipi banyak perempuan
Membayangkannya saja sudah mau muntah, namun rasanya kau tetap bangga
Merasa bahwa setiap perempuan akan tergoda dengan pesonamu
***
Berharap mendapatkan perempuan yang menjaga kesuciannya tapi kau merusak kesucian banyak perempuan
Kau pikir, tidak ada karma menghantuimu?
Tunggulah saatnya, mentalmu dihajar habis-habisan
Akibat, ulahmu sendiri yang doyan berpetualang dengan lubang-lubang perempuan
***
Ketahuilah, bahwa kau memang akan tetap ada yang melirik
Tentunya, perempuan-perempuan murahan yang setara dengan dirimu, menggilai lubang
Entahlah, apa yang kau cari dari lubang itu sampai kau lupa tanggung jawabmu sebagai seorang laki-laki kebanggaan perempuanmu
Sesusah itu setia dengan perempuanmu?
***
Ketika perempuanmu pergi, kau merasa paling tersakiti
Padahal, jauh di lubuk hati perempuanmu, dia lebih tertusuk karena kau
Sudahi, obsesimu dengan menggilai lubang perempuan
Atau kau, akan menemui kehancuran seumur hidupmu
***
Puisi ini menggambarkan bahwa ada seorang laki-laki yang sangat senang berselingkuh hingga sampai berzina. Terlalu gampangan dan murahan dengan adanya perempuan-perempuan, yang menjadikannya seolah jadi merasa laki-laki yang hebat karena bisa meniduri banyak perempuan.
Obsesinya terhadap perempuan begitu besar sehingga nafsunya tidak bisa dikontrol dan dikendalikan padahal ia telah memiliki pasangan. Ketika, pasangannya meninggalkan dirinya karena ulah gila perempuannya, detik itulah ia merasa sakit hati dan merana, padahal itu adalah sebab ulahnya sendiri menggilai lubang-lubang perempuan.
Semoga, untuk perempuan-perempuan yang baik dan tulus dijauhkan dengan dari laki-laki yang seperti ini. Teruntuk laki-laki yang juga membaca puisi ini, semoga kalian semua tidak termasuk dalam contoh laki-laki seperti ini karena penyesalan memang di akhir dan obsesi terhadap perempuan yang dibiasakan seperti ini pelan-pelan akan menghancurkan hidup kalian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H