Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Ganjaran Goresan Luka

11 April 2024   22:46 Diperbarui: 11 April 2024   22:57 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perih goresan ini dihembus angin akibat ulah manusia lupa daratan

Gagal bertarung dengan kehidupan yang tidak beradab, salahkah?

Mencekik dengan lisan sampai tak bernapas, memaki hingga tak sanggup berdiri, hebatkah?

Seperti mengemis pertolongan di masa lalu dan menolaknya di masa kini

***

Tanpa sadar membatasi luka dan benci, salahkah?

Bolehkah kau tidak berontak? Bolehkah kau tenang sejenak? Bolehkan kau memaafkan apa pun itu saat ini? 

Renungi, memangnya kau siapa di hadapan Tuhan?

Hati boleh sangat rapuh tapi hatimu titipan Tuhan yang sangat luas kebaikannya

***

Kebaikan yang abadi, tidak fana

Goresan itu diganjar setimpal, tenang saja tak perlu dilawan 

Itu menyakitimu bila hatimu sinis sekali

Pulanglah, berdo'a agar diberkati

***

Puisi ini menggambarkan seseorang yang terlalu baik dan tulus terhadap semua orang. Padahal, sebenarnya banyak sekali, orang-orang di sekelilingnya yang tidak peduli dengan apa yang ia rasakan dan hal tersebut kerap kali akhirnya membuat ia terluka namun tetap saja ia memperlakukan orang lain sebaik mungkin. 

Sebenarnya ia tahu bahwa hal itu menyakiti dirinya akan tetapi ia selalu belajar untuk tidak menaruh dendam terhadap setiap hal peristiwa dengan rasa sakit yang diberikan kepadanya. Bahkan ia percaya bahwa semua hal yang terbentuk hari ini bahwasannya suatu saat menjadi hal yang ia bisa petik makna dan manisnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun