Esok dan seterusnya, kau harus berterima kasih
Pada sosok yang menemani perjalananmu di dunia ini
Dirimu, ucapkan terima kasih padanya
Diri sendiri yang sangat amat butuh terima kasih itu
***
Dirimu yang selalu menerima ketika tubuhmu lelahÂ
Dirimu yang selalu kau paksa sabar dan kuat
Dirimu yang penuh luka dan trauma
Dirimu yang begitu besar jasanya, terimakasihlah kepadanya
***
Kau selalu saja mendahulukan orang lain padahal hatimu pedih
Kau selalu saja rela berkorban lebih besar padahal orang lain menganggapmu tak sepenting itu
Kau bisa pandang seberapa orang yang peduli padamu?
Kau terlalu baik, namun kau tetap dicampakkanÂ
***
Kau selalu belajar tidak menggantungkan apapun pada semuanya
Kau selalu melatih dirimu untuk berharap padahal kecewa telah di depan matamu
Kau tetap tersenyum walaupun berdarah-darah memaafkan
Terima kasih dan maaf telah membentuk dirimu terlalu keras
***
Setelah ini kau harus berjanji
Untuk memandang dirimu tidak sepele
Kau hebat tepat di hatimu
Terima kasih telah hidup lebih lama, tulus dan baik hatimu sangat dirindukanÂ
***
Puisi ini menggambarkan seseorang yang begitu hebat. Manusia baik namun terlalu baik hingga diremehkan dan disepelekan orang lain. Bukan kendali kita, untuk mendapatkan apa yang kita lakukan untuk orang lain, sebaik dan sebesar itu dari timbal baliknya.Â
Pesanku padamu tetaplah menjadi baik di saat dunia ini selalu mencampakkan manusia tulus dan baik seperti dirimu. Semoga tidak ada dendam yang menyiksa, jikapun ada, semoga seiring waktu dapat memudar.
Terima kasih, bisikanlah pada hatimu yang lembut. Maaf telah selalu berkhianat untuk seharusnya mementingkan diri sendiri daripada orang lain. Semoga kesedihanmu diganti dengan hal-hal yang sangat baik melebihi apapun yang sekarang kamu korbankan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H