Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Tentang Kita yang Tak Pernah Usai

5 April 2024   17:34 Diperbarui: 5 April 2024   17:49 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku pun sama sepertimu, sulit mengungkapkan rasa

Betapa cinta dan sayang yang sebesar ini, merindukanmu adalah hal yang paling membuatku hilang arah

Aku malu untuk duluan menyapamu, takut kamu sudah mengantiku dengan seseorang yang lain

Takut mengganggu kamu dan kekasihmu yang lebih baik daripada aku, bukan?

***

Tak seperti biasanya, aku melewati hari-hariku, biasanya aku sendirian, setelah ada kamu aku ingin selalu bergantung

Ingin selalu melibatkanmu dengan duniaku yang penuh dengan proses dan ketakutan

Sudah bukan masanya aku bermain karena mesti fokus menjadi orang dewasa

Lelah, membosankan dan datar padahal isinya bukan hanya ini

***

Aku ingin menceritakan banyak sebanyak-banyaknya kepadamu seperti rahasia karena hanya kamu yang kuizinkan untuk tahu

Tapi aku mengurungkan niatku karena sepertinya kamu sudah punya kekasih

Aku ingat, dulu kamu berjanji ini itu kepadaku

Tapi mungkin aku yang terlalu cepat percaya

***

Bahwa mungkin yang kamu mau, bukan sejauh yang aku pikirkan

Kurasa aku yang terlalu berlebihan

Lain kali, aku akan lebih hati-hati bukan jatuh hati

Di luar prediksiku, entah pada akhirnya ini akan seperti apa, aku tidak tahu persis

***

Bila kamu memilih yang lain sebagai pelabuhan terakhirmu, lepaskan aku pergi

Jangan kembali lagi, bila tidak ingin bersama 

Bila memang yang kulihat dan kupikir selama ini tidak benar, buktikan

Kepadaku, bahwa aku tujuanmu

***

Aku mudah sekali tidak yakin, bila kamu tidak tegas menggenggamku

Bila memang tujuanmu adalah diriku jangan kemana-mana, jangan membuat aku kepikiran

Tidak bisa bebas, aku hanya bisa melihatmu dari jauh

Aku senang bila kamu senang

***

Sayangku tulus, ikhlasku pun tulus

Bahagia dan sehat selalu aku harapkan untukmu agar aku tenang melihatmu dari jauh

Entah kenapa, Tuhan menitipkan rasa sebesar ini dariku untukmu

Yang jelas aku ingin kamu baik-baik saja, seperti harapanku sejauh ini untukmu

Puisi ini adalah puisi pertama yang saya publish. Ini menggambarkan dua insan manusia yang ingin memiliki tujuan yakni pasangan hidup. Namun, tentunya membangun hubungan tidak semudah yang kita bayangkan bahwa akan ada proses di mana terjadinya konflik di dalam hubungan, akhirnya membuat satu sama lain memilih untuk tidak melanjutkan. 

Akhirnya mereka memilih jeda dalam hubungan tersebut, yang nyata di dalam proses saling sendiri ini mereka menemukan bahwa ternyata ada perbedaan antara insan satu dengan insan yang lain. Seseorang yang satu memilih untuk coba dengan mengganti seseorang yang lain namun yang satunya lagi memilih untuk fokus sendiri dan memperbaiki diri. 

Namun, seseorang yang memilih untuk mengganti seseorang yang lain akhirnya sadar bahwa orang baru bukanlah pilihan yang tepat ketika hubungan sedang baik-baik saja, hanya saja ketika hubungan tidak baik-baik saja mereka sama-sama merasakan kacau yang sekacau-kacaunya hingga pada suatu kesimpulan bahwa sebenarnya mereka perlu untuk perbaiki dan kembali bersama.

Seseorang yang memilih untuk fokus sendiri dan memperbaiki diri memiliki keraguan akan hal tersebut karena selama ini yang dia lihat dan pikirkan adalah bahwa orang yang selama ini ia sayangi dan cintai ternyata sudah memiliki kekasih baru. Jadi dari hal tersebut memunculkan keraguan dan ketidakyakinan untuk memperbaiki hubungan tersebut karena rasa takut dan kekhawatiran yang selama ini ia tutupi sendiri.

Semoga bisa mewakili perasaan teman-teman yang sedang berada di kondisi ini, semoga dapat menemukan solusi terbaik, entah dengan yang baru atau memperbaiki dengan yang lama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun