Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i am anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here ✨

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perspektif: "Banyak Anak Dapat Membuat Banyak Rezeki"? Menciptakan Kemiskinan Struktural dan Generasi Tanpa Kualitas

11 Maret 2024   22:34 Diperbarui: 11 Maret 2024   22:39 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentunya, ketika kamu sedang berada pada level yang belum mapan dan stabil dalam segala hal maka jangan pernah berpikir untuk punya banyak anak. Kedengarannya cukup pedas namun apabila pola pikir kita masih berada pada hal-hal yang jauh tidak relevan untuk zaman sekarang maka sudah dipastikan kita akan berada di dalam lingkaran setan yang tidak berkesudahan dalam pola pikir bahwa banyak anak dapat membuat banyak rezeki

Yang lebih miris dan ironisnya bahwa tentunya, kita sering melihat di jalanan banyak anak-anak yang masih kecil namun sudah harus ikut mengadu nasib akibat orang tuanya tidak dapat mencukupi kehidupan mereka. Maka, hal ini tentunya sudah menjadi kesalahan orang tua yang ketika membuat anak tidak memikirkan jauh ke depan apakah secara materi, mental dan fisik mereka bisa mencukupi anak-anaknya?

Benar adanya bahwa anak adalah sebuah anugerah dan rezeki yang diberikan Tuhan kepada orang tuanya. Akan tetapi, jangan pernah dilupakan bahwa ketika orang tua tidak mampu memberikan yang terbaik untuk anak dan justru malah membuat anak kesulitan dalam hidupnya maka akan banyak anak-anak yang menjadi generasi yang sepanjang hidupnya berada pada kondisi dan situasi yang tidak berkembang dan bertumbuh sehingga turut merasakan kesusahan, kemiskinan dan tentunya akan dengan mudah menjadikan mereka ikut prihatin dengan keadaan keluarganya sehingga dengan sangat terpaksa mereka membunuh mimpi-mimpi dan harapan untuk masa depan.

Jadi, sudah seharusnya bahwa sebagai orang tua, kamu lebih sadar dengan kemampuan finansialmu untuk mempunyai banyak anak. Bila memang untuk kehidupanmu saja kamu masih luntang-lantung mencari kesana kemari untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupanmu sehari-hari maka sangat-sangat tidak perlulah untuk memiliki banyak anak. Kamu harus sadar bahwa anakmu itu adalah manusia dan tentunya dengan berjalannya waktu ketika anak beranjak dewasa mereka punya mimpi, harapan dan hal-hal yang mereka cita-citakan di masa depan.

Nah, apabila secara finansial saja kamu memberikan beban kepada mereka dari kecil yang mana harus dituntut untuk prihatin terhadap kondisi keluarga, jangankan bermimpi, melihat kondisi keluarga saja, mereka sudah tidak berdaya untuk memiliki cita-cita dan bermimpi yang setinggi-tingginya, karena mereka sudah harus membunuh mimpi-mimpi besar mereka karena ketidakmampuan orang tuanya mengiringi dan memfasilitasi mereka menuju mimpinya.

Teman-teman, ketika kamu sudah menikah dan sangat berkeinginan mempunyai anak, cobalah untuk selalu memikirkan bahwa banyak anak akan membuat banyak rezeki itu sudah tidak relevan untuk zaman sekarang. Hal itu dikarenakan bahwa di keadaan yang serba tuntutan dan kebutuhan yang mahal ini, tentunya itu sudah menjadi tolak ukur paling penting ketika kamu sebagai orang tua harus mempertanyakan pada dirimu, bisa tidakkah kamu dapat memberikan yang terbaik untuk anak-anakmu? 

Tulisan ini bukan menjadikan teman-teman jadi merasa untuk berkecil hati bahwa tentunya memang beberapa dari kita ada keinginan untuk mempunyai anak tapi alangkah baiknya sebagai manusia yang berpikir tentunya kamu sebagai orang tua juga harus memikirkan bagaimana nasib anak anakmu ke depannya apabila kamu saja belum mampu untuk mencukupi kehidupanmu maka tidak perlulah untuk saat itu kamu memiliki banyak anak. 

Bayangkan, bagaimana terpukulnya anakmu kelak karena akibat kamu sebagai orang tua tidak mampu memberikan yang terbaik terhadap kehidupan mereka, itu sangat-sangat membuat mereka akan sedih sepanjang hidupnya. Mereka akan berada pada kondisi dan situasi yang sepanjang hidupnya mengeluhkan kehidupan dan nasib mereka yang kenapa tidak sebaik anak-anak seumurannya atau anak-anak di luar sana yang bisa mencapai keinginan dan harapannya.

Tentunya, sebelum banyak keterlambatan terjadi di dalam hidup teman-teman maka sangat perlu untuk dipikirkan baik-baik bahwa apabila saat ini teman-teman masih berada pada taraf hidup di kondisi dan situasi keuangan pada level menengah ke bawah atau sedang berada di kondisi keuangan yang rendah maka jangan berpikir untuk memiliki banyak anak terlebih dahulu akan tetapi solusi dari ketidakstabilan keuangan itu adalah yakni dengan memikirkan bahwa bagaimana cara memperkuat bahkan menaikkan level keuangan yang lebih baik lagi.

Artinya, jangan ada pada pola pikir untuk menurunkan kesusahan bahkan kemiskinan dan ketidakmampuan finansial itu kepada anak yang menjadi generasi penerus kedepannya. Sungguh sangat menyedihkan dan memprihatinkan apabila anak jadi generasi yang tidak berkualitas akibat dari kemiskinan, kesusahan dan ketidakmampuan orang tua dalam mencukupi dan menghidupi mereka.

Oleh karena itu, alangkah baiknya untuk tidak salah kaprah untuk mengambil keputusan dan tetap berada pada pola pikir bahwa banyak anak akan membuat banyak rezeki karena pada hakikatnya ketika kamu sebagai orang tua akhirnya menelantarkan anak-anakmu akibat ketidakmampuanmu itu maka itu akan menjadi kesalahan terbesar orang tua dan akan menjadi kesedihan terpanjang hidup anak-anakmu kelak dan itu akan membuat anak memendam luka seumur hidupnya. Sehingga dalam hal ini, jadilah orang tua yang benar-benar memikirkan anak karena ketika kamu menginginkan mereka lahir ke dunia ini maka artinya kamu telah siap untuk menjadi orang tua terbaik untuk anak-anakmu maka perlakukanlah anakmu selayaknya manusia yang harus kamu jaga dan rawat dengan sebaik-baiknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun