Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Parenting: Mengajarkan kepada Anak untuk Membuat Keputusan dalam Hidupnya Sedari Kecil

22 Februari 2024   11:29 Diperbarui: 22 Februari 2024   11:32 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peran orang tua dalam perkembangan buah hati tentu sangat mempengaruhi apa yang akan menjadi pedoman dan petunjuk anak ketika menjalani hidupnya sendiri. Sebagaimana orang tua tentu mengharapkan hal yang terbaik untuk anaknya dalam artian bahwa orang tua akan ikut senang dan bangga serta bahagia ketika melihat tumbuh dan kembang anaknya kian hari semakin banyak progres dalam pembentukan karakter dan sifat anak menuju hal-hal yang positif dan baik.

Tentunya menjadi orang tua yang dapat memberikan contoh hal-hal yang baik maka sebagai orang tuanya pun Ayah dan Ibu harus dapat memberikan contoh yang baik kepada anak dengan memberikan pola asuh atau parenting yang baik untuk anak sendiri. Bisa dikatakan bahwasanya menjadi orang tua itu tidaklah segampang yang dibayangkan. Apalagi ketika sepasang manusia memutuskan untuk mempunyai anak, itu artinya perlu dipikirkan apa saja yang akan disiapkan dalam membekali keberlangsungan pada fase-fase tumbuh kembang si anak.

Nah, pada pembahasan kali ini saya ingin menjelaskan berkaitan dengan pentingnya anak untuk dididik memiliki  keputusan dan bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dipilihnya. Orang tua pasti akan punya pemikiran bahwa selagi ia sebagai orang tua, maka anaknya harus mengikuti dan menuruti apa yang mereka katakan atau apa yang mereka suruh. Artinya bahwa anak tidak diajarkan untuk memiliki pilihannya sendiri akan sesuatu yang ia sukai atau tidak ia sukai karena orang tuanya selalu berpedoman pada bahwa sebagai orang tua mereka mesti ditaati dan anak tidak boleh membantah apa yang menjadi pilihan orang tua.

Teman-teman, tentu ini sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak teman-teman. Mereka terbiasa untuk "disuapi" dan akhirnya lama-kelamaan apabila ini terus dilakukan anak akan terbiasa untuk patuh namun mungkin dengan keterpaksaan sehingga anak merasa terbebani dengan tanggung jawab yang menjadi pilihan orang tua dan sebenarnya anak tidak menyukai apa yang menjadi pilihan orang tuanya. Kenapa penting akhirnya mengajari anak untuk punya pilihan sendiri? Karena tidak selamanya teman-teman berada dalam hidup anak teman-teman sampai di masa depan.

Oleh karena itulah bahwa pembekalan mengenai pola asuh kepada anak mengenai pengajaran bahwa anak harus bisa memilih dan bertanggung jawab atas keputusan yang telah ia buat itu sangat diperlukan. Jadi, apabila anak bisa membuat keputusannya sendiri maka itu adalah salah satu bekal yang dapat memudahkan anak untuk menjalani hari-harinya di dalam kehidupan. Bahkan untuk hal-hal yang besar anak bisa punya pilihannya sendiri dan akan mengeluarkan dedikasi terbaiknya untuk pilihan yang ia putuskan apabila teman-teman tidak membiasakan anak untuk "disuapi".

Nah tapi kan, belum tentu sebagai anak mereka dapat menjamin bahwa pilihan anak tersebut adalah yang terbaik? Tentu teman-teman, akan tetapi sebagai orang tua, teman-teman juga tidak bisa menjamin bahwa apa yang menjadi pilihan orang tua itu menjadi hal yang anak sukai dan membuat dia bahagia menjalani tanggung jawab tersebut. Sangat banyak anak yang akhirnya depresi, frustasi dan memilih meninggalkan apa yang menjadi pilihan orang tuanya di tengah-tengah jalan ia memperjuangkan apa yang menjadi pilihan orang tuanya.

Tentulah bahwa semua orang tua ingin anaknya mendapatkan yang terbaik tapi sebagai orang tua, teman-teman juga tidak bisa meletakkan keegoisan pilihan teman-teman atau ambisi teman-teman kepada anak secara terus-menerus bahkan menjadi orang tua yang menyetir dan mengendalikan kehidupan anak sendiri. Sangat fatal akhirnya apabila anak jadi merasa tidak menemukan apa yang ia sukai untuk diperjuangkan karena orang tua menjadi penghalang terhadap pilihan-pilihan hidupnya.

Jadi, mulai sekarang berperanlah sebagai orang tua yang tidak egois terhadap pilihan hidup anak. Apabila memang sudah terlanjur membiasakan anak untuk patuh tanpa menanyakan apakah ia mau atau tidak, nyaman atau tidak, bahagia atau tidak maka dari sekarang bisa untuk diperbaiki dan dirubah. Jangan karena keegoisan dan ambisi sebagai orang tua yang mengatakan bahwa ini untuk kebaikan anak tanpa didasari dengan pertimbangan apakah benar itu kebahagiaan anak atau kebahagiaan orang tua?

Oleh karena itu, pola asuh ini bisa diterapkan mulai dari anak sekecil mungkin. Ketika anak sudah berusia 3 tahun maka sebagai orang tua mulailah membangun kedekatan emosional lebih erat kepada anak dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kecil dan membiarkan anak untuk menentukan sendiri pilihannya. Misalnya, mau pakai baju apa malam nanti saat makan malam di luar, pakaian a atau pakaian b. Lalu, mau beli mainanan yang mana, mainan a atau mainan b.

Nah itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang perlu untuk orang tua tanyakan dan apabila ia memilih opsi a namun orang tua lebih ingin anaknya memilih opsi b maka disini orang tua juga perlu menurunkan egonya untuk menghormati pilihan anak dan keputusannya, kenapa anaknya memilih opsi a. Karena dari sana, pola asuh ini dapat membuat anak bisa bertanggung jawab atas keputusannya dengan alasan-alasannya sendiri, maka orang tua harus menerima bahwa pilihan anak berbeda dengan pilihan orang tua.

Bila si anak telah memasuki umur 5 tahun maka orang tua sudah bisa untuk menanyakan hal-hal yang lebih berat mengenai mau sekolah di mana sekolah a, b, c atau yang lainnya. Sehingga seiring waktu ketika anak beranjak pelan-pelan mulai dewasa, orang tua juga akan mengerti bahwa ada perbedaan yang signifikan dari anak yang selalu "disuapi" dibanding dengan anak yang punya pendiriannya sendiri, punya pemikirannya sendiri dan punya perencanaannya sendiri. Tentunya anak yang memiliki pilihannya sendiri ia akan punya tanggung jawab atas apa yang menjadi pilihannya karena ia tidak merasa terpaksa dan tidak merasa terbebani sehingga akhirnya ia enjoy dalam prosesnya untuk memilih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun