Mohon tunggu...
Lilin Kecil
Lilin Kecil Mohon Tunggu... -

manusia tak abadi.. karyanya abadi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tidak Pernah untuk Sendiri

3 Februari 2014   16:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:12 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat menanti kelulusan dan pendaftaran masuk perguruan tinggi mulai dibuka, hal yang paling sering ditanyakan dan dibicarakan adalah “setelah lulus melanjutkan kemana dan jurusan apa ?” maka akan banyak jurusan yang kita dengar. Beberapa jurusan yang menjadi hot topic ialah jurusan kedokteran, hukum, akademi polisi, dll. Berbagai macam alasan melatar belakangi keinginan untuk dapat masuk jurusan tertentu itu dan saat pertanyaan berlanjut menjadi “mengapa memilih jurusan itu” tak dapat dipungkiri jawaban yang langsung terlintas dikepala dari beberapa atau hampir semua orang adalah gambaran gaji yang akan didapatkan, pandangan bahwasanya profesi itu mencerminkan kepintaran, kekayaan ataupun kekuatan. Atau bahkan secara langsung-tak langsung sadar-tak sadar gaji dan prestise yang ditawarkan telah menjadi standar utama kita memilih jurusan untuk bekal karir kita nanti.

Kemana perginya jawaban-jawaban masa kecil kita ?? seperti ketika ditanya “kenapa ingin jadi dokter-biar bisa nyembuhin orang sakit”, “kenapa mau jadi polisi-biar bisa nangkap orang jahat”. Bukan bermaksud tidak sopan, toh gak ada yang tahu isi kepala orang dan untuk mengeluarkan kata “saya memilih itu bukan untuk materi dan prestise kok” gak ada yang melarang, sah-sah saja, tidak ada dosanya ketika itu memang sebuah kejujuran dan semoga kita semua yang membaca tulisan ini sadar betul akan perilaku yang professional dan bertanggung jawab untuk kepentingan bersama, bukan sekedar memikirkan keuntungan diri sendiri. Mengapa begitu ?? karna dampak yang ditimbulkan oleh orang-orang yang hanya memikirkan diri sendiri sudah bisa kita lihat dan rasakan secara langsung. Salah satu dan yang selalu panas adalah kabar para tikus-tikus berdasi dinegara ini. Contoh : (enam rekening Akil berisi dana sekitar Rp 10 miliar, dua deposito Akil berisi dana Rp 2,5 miliar, dua rekening Ratu Rita berisi Rp 300 juta, rekening anak Akil-Ratu Rita berisi dana Rp 70 juta, dua rekening perusahaan milik istri Akil CV Ratu Samagat berisi dana Rp 109 miliar) sumber. Berita ini hanya satu diantara banyak manusia yang mementingkan diri sendiri. Jika dibayangkan berapa orang yang dapat bersekolah dengan dana sebesar itu ? berapa perut orang kelaparan yang dapat diberi makan ? berapa banyak pengangguran yang dapat diberi modal bekerja ? berapa banyak nyawa orang sakit yang dapat diselamatkan ? berapa banyak orang yang terkena bencana dapat dibantu ?? sebagaimana dikatakan dalam berita diatas kekayaan yang ditumpuknya adalah uang rakyat yang tidak ingin melihat penderitaan lagi di negri tercinta ini. Didapat dari hasil banting tulang setiap orang yang bekerja melalui pajak yang dikeluarkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dapat kita bayangkan jika yang seperti itu adalah seorang dokter yang niat awalnya hanya karena materi dan prestise, tidak memiliki rasa segan akan hak orang lain yang ada ditangannya. Akhirnya bisa terjadi seperti berita di sini (Bayi yang terlahir dalam kondisi tak bernyawa setelah hampir seharian terjepit tak bisa keluar dari rahim ibunya. Sehingga membuat kulit bayi tersebut terutama dibagian leher hingga kepala membiru. Mirisnya lagi dokter spesialis kandungan yang harusnya menangani proses persalinan itu tidak bisa melayani Siti Aminah melahirkan. Alasan sang dokter kandungan satu-satunya yang dimiliki RSUD Mukomuko dia tengah sibuk rapat bersama tamu dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). ) Apa jadinya jika semua orang melakukan pekerjakan hanya atas nama materi dan prestise ? bisa dibayangkan seorang calon polisi memiliki niat untuk jadi polisi karena materi dan prestise, seorang pengacara yang seharusnya membela kepada yang benar malah tergiur dengan materi dan prestise ? Dapat kita bayangkan jika dari seorang tukang jualan cabe-bawang di pasar sampe presiden melakukan sebuah pekerjaan hanya karna materi dan prestise. tidak memiliki jiwa social yang memperhatikan hak-hak orang lain apakah kita tidak akan terkena dampaknya ? missal ketika ternyata nanti (naudzubillahimindzalik) ayah atau ibu kalian kecelakaan dan harus mendapat penanganan yang tepat namun dokter yang harusnya dapat menolong karena sedang jam istirahat/bukan jam tugas akhirnya menunda penanganan kepada orang tua kalian hingga akhirnya tidak dapat ditolong lagi. Atau ketika kita kehilangan mobil atau adik kita hilang dari semalem namun polisinya malah minta bayaran dulu baru dicariin. Bayangkan ketika kita difitnah melakukan tindakan kejahatan, hanya karena kita tidak memiliki uang yang lebih banyak dari pelaku sebenarnya akhirnya kita mendapatkan hukuman seumur hidup yang padahal kejahatan itu bukan kita yang melakukan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun