Permasalahan tingginya limbah detergen di Sungai Brantas kawasan Driyorejo menurut Direktur Eksekutif Ecoton, Prigi Arisandi (28/10/2018) sudah melebihi baku mutu yang telah ditentukan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013. Limbah ini diduga berasal dari industri maupun rumah tangga. Untuk itu, para siswa X APL (Analisis Pengujian Laboratorium) SMK Negeri 1 Driyorejo (SKANDRY) membuat produk berupa sabun padat ramah lingkungan dari bahan antidefoaming seperti minyak sawit, kelapa, dan zaitun.Â
Setelah itu dianalisis pengaruh antara PH (derajat keasaman / kebasaan larutan) sabun yang dihasilkan dengan menggunakan scatter plot (diagram pencar) dan hasilnya dituliskan dalam bentuk poster. Implementasi pembelajaran berdiferensiasi yang memperhatikan karakteristik peserta didik terutama yang mempunyai gaya belajar auditori, visual, dan kinestetik bisa saling berkolaborasi dalam satu kelompok heterogen sehingga ide kreatif berupa karya inovasi teknologi yang diharapkan mampu menjadi solusi permasalahan di lingkungan sekitar.
 Sebelum proyek dilaksanakan pihak sekolah mengadakan bimbingan teknis yang melibatkan kepala sekolah beserta wakil, lima kepala program keahlian yaitu Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL), Teknik Elektronika Industri (TEI), Teknik Pemesinan (TPM), Analisis Pengujian Laboratorium (APL) dan Desain Komunikasi Visual (DKV) serta segenap guru kejuruan dan umum yang diikuti sekitar 80 orang. Namun pada pembahasan kali ini hanya berfokus pada proyek yang dilaksanakan oleh jurusan Analisis Pengujian Laboratorium (APL).
Kegiatan pembelajaran berdiferensiasi berbasis proyek atau project based learning yang dilaksanakan memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan dengan metode pembelajaran lain. Proyek ini dilaksanakan mulai tanggal 26 September 2022 sampai dengan 14 Oktober 2022 yang diikuti oleh seluruh siswa siswi kelas X APL 1, X APL 2, dan X APL 3 di SMK Negeri 1 Driyorejo. Adapun sintaks dalam project based learning sebagai berikut:
1. Pertanyaan Mendasar
Pada awal pembelajaran, Anggraeni Eka selaku Guru Matematika kelas X APL menyuguhkan permasalahan lingkungan berupa foto sungai di kawasan Driyorejo yang tercemar kepada peserta didik.  "Lantas solusi apa yang ada dibenak kalian untuk  meminimalisir polusi air yang disebabkan oleh limbah detergen?", sambungnya. Dari  permasalahan tersebut akhirnya peserta didik mengambil tema proyek penguatan profil pelajar pancasila berekayasa dan berteknologi untuk membangun NKRI yaitu dengan membuat sabun padat ramah lingkungan.
2. Menyusun Perencanaan Proyek
Setelah guru mengajukan pertanyaan atau masalah dalam lingkungan nyata, peserta didik diminta untuk mendesain atau mengajukan ide suatu proyek yang dilakukan guna menyelesaikan masalah tersebut. Dari diskusi kelompok diperoleh kesepakatan bahwa pembuatan sabun padat menggunakan bahan herbal yang ramah lingkungan seperti minyak kelapa, sawit, dan zaitun.
3. Menyusun Jadwal
Guru menyampaikan bahwa jadwal proyek dilaksanakan selama tiga minggu. Pada minggu pertama dimulai dengan mempelajari materi prasyarat logaritma yang berguna untuk menghitung PH sabun yang dapat diakses di fitur sumber belajar, platform merdeka mengajar (PMM) maupun media lainnya.Â
Untuk mengakses materi pada fitur sumber belajar peserta didik diminta login terlebih dahulu di www.belajar.kemdikbud.go.id. Sementara untuk login di platform merdeka mengajar diperlukan akun belajar.id. Tiap kelas dibagi menjadi tujuh kelompok dimana tiap anggotanya memiliki tugasnya masing-masing. Dengan adanya jadwal inilah diharapkan peserta didik agar menyelesaikan proyek tepat waktu.
4. Memantau Siswa dan Kemajuan Proyek.
Guru memantau kemajuan proyek dan menanyakan kendala apa saja yang terjadi selanjutnya peserta didik mencari solusi permasalahan yang ada. Kolaborasi juga dilakukan antar guru mata pelajaran umum dan kejuruan demi terselenggaranya proyek ini. Minggu kedua pada pelajaran kejuruan seperti IPAS dan PDKK peserta didik membuat larutan sabun hingga proses cetak sabun. Sedangkan minggu ketiga saat pelajaran Matematika mereka menganalisa data numerik hasil praktikum dengan diagram pencar (scatter plot) menggunakan Ms. Excel.
5. Penilaian Hasil
Peserta didik membahas kelayakan proyek bersama dengan guru yang akan dipaparkan dalam bentuk poster Matematika.
6. Evaluasi Pengalaman
Evaluasi pengalaman pembelajaran berbasis proyek dilakukan penilaian secara kualitatif. Peserta didik diminta untuk mempresentasikan masalah, proses pembuatan sabun, metode, proses pengerjaan poster serta hasil proyek yang mereka buat. Guru dan peserta didik lain dapat memberikan apresiasi dan toleransi kesalahan serta mendorong untuk perubahan positif atau lebih baik kedepannya sehingga peserta didik menjadi generasi penerus bangsa yang kompeten dan berkatakter sesuai profil pelajar pancasila.
Salah satu ketua kelompok dari kelas X APL 3, Rony Widjaja menamakan sabunnya "HoneyBee Soap" dengan ciri khas berbentuk sarang lebah beraroma mawar. Rony menjelaskan, "Sabun ini dinamakan HoneyBee karena bahan bakunya dari madu dan minyak sawit. Untuk menambah aromanya diberi bibit parfum mawar".Â
Dia berharap dengan bentuk sabun yang lucu dan wangi dapat menggugah teman-teman untuk rajin mencuci tangan. Pada proses pembuatan sabun ini menggunakan konsentrasi NaOH 12 M, 10 M, dan 8 M sehingga menghasilkan PH berturut - turut 10, 10, dan 9. Analisis menggunakan scatter plot didapatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi NaOH yang ditambahkan dalam larutan maka PH yang dihasilkan cenderung semakin tinggi. Berdasarkan kriteria sabun yang baik, PH yang dihasilkan antara 9-10. Sehingga HoneyBee Soap dikatakan sabun yang baik karena menghasilkan kepadatan dan busa sabun yang baik.
Sabun lain yang bermerk "Sijeuni" Â juga tidak kalah menarik. Bentuk sabun ini menyerupai singa. Bahan bakunya terbuat dari tiga jenis minyak yaitu minyak sawit, zaitun, dan kelapa. PH yang dihasilkan sabun tersebut 10 untuk minyak sawit dan zaitun serta PH 9 saat dicampurkan minyak kelapa sehingga masih dikatakan baik namun dilihat dari segi tekstur ternyata sabun yang terbuat dari minyak zaitun menghasilkan kepadatan yang kurang baik (lembek) dan busa yang dihasilkan sangat sedikit.
Selama proyek berlangsung peserta didik sangat antusias mengikuti pembelajaran karena mereka terlibat langsung dengan permasalahan sehari -- hari dan mampu memberikan solusi. Munculnya ide kreatif tak serta merta hadir begitu saja namun diawali dengan kebiasaan berpikir kritis dalam mengatasi permasalahan sehari-hari. Model Project Based Learning juga terbukti mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik. Harapan penulis supaya proyek ini bisa dilanjutkan dan produk sabun yang dihasilkan tidak hanya berkualitas baik melainkan juga bertekstur tidak lembek sehingga dapat dipasarkan ke masyarakat luas serta mampu mengurangi tingkat polusi di sungai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H