Sejak zaman dahulu, Indonesia memang sudah diketahui sebagai salah satu negara yang dimana wilayahnya dilintasi oleh 3 lempeng dan juga jalur gunung berapi. Tentu saja, sudah tidak asing lagi di telinga kita ketika mendengar banyak atau kerap terjadinya kasus tsunami, gempa bumi atau meletusnya gunung berapi. Baru-baru ini, tepatnya pada tanggal 4 Desember 2021, diketahui telah terjadi erupsi pada Gunung Semeru. Erupsi Gunung Semeru ini memuntahkan sejumlah material abu vulkanik yang tentunya sangat berbahaya dan perlu diberikan perhatian karena dampak yang ditimbulkannya bisa berbahaya bagi saluran pernapasan. Bayangkan saja, jika abu vulkanik yang kaya akan semen terhirup langsung dan akhirnya menempel di paru-paru kita hingga menyebabkan kandungan oksigen menjadi melemah akan berimbas pada masalah saluran pernafasan yang akut.
Ada tiga hal yang dapat menyebabkan meletusnya gunung berapi. Pertama, penuhnya volume di dapur magma yang menyebabkan tidak ada lagi ruang yang bisa dan cukup untuk menampungnya. Kedua, adanya longsoran di dapur magma yang mana diakibatkan oleh adanya pengkristalan magma. Ketiga, adanya masalah di atas dapur magma yang seringkali disebabkan oleh tingginya curah hujan sehingga menyebabkan abu vulkanik menjadi tidak kuat lagi untuk menahan akumulasi letusan sebelumnya dan menjadi terkikas oleh orang.Â
Berkaitan dengan kasus di atas, letusan kali ini dianggap tidak disebabkan oleh volume dapur magma, tetapi karena banyaknnya abu vulkanik dari akumulasi letusan-letusan sebelumnya. Tentu saja, terlepas dari apapun penyebab dari meletusnya gunung berapi dapat memberikan bahaya bagi masyarakat sekitar. Setidaknya, ada 2 bahaya dari gunung berapi secara umum. Pertama, bahaya primer yang berhubungan pada saat terjadinya letusan gunung berapi seperti aliran lava dan abu vulkanik. Kedua, bahaya sekunder yang terjadi setelah gunung berapi tersebut meletus seperti terjadinya banjir bandang ataupun banjir lahar. Dampak dari letusan gunung berapi ni sendiri tidak hanya menyebabkan banyaknya berjatuhan korban jiwa, tapi juga kerusakan yang terjadi pada rumah warga yang membuat mereka kehilangan segala harta dan harus mengungsi.
Kasus letusan gunung berapi yang sudah tak jarang lagi untuk kita dengan harusnya membuat pemerintah ataupun warga menjadi lebih waspada dan berhati-hati, mengingat frekuensi terjadinya bencana ini. Namun, tetap saja pada kasus ini juga masih memakan korban jiwa. Banyaknya pihak yang dianggap lalai dan tidak menganggap serius mengenai letusan gunung berapi membuat banyak orak menjadi belum sadar mengenai seberapa besar risiko yang ditimbulkan atas kejadian ini. Padahal, risiko terjadinya letusan gunung berapi ini tentu bisa diminimalisir lagi, setidaknya tidak sampai merenggut nyawa orang.Â
Hal ini dapat dilakukan dengan dilakukannya analisis data secara terintegrasi yang mencakup data gempa vulkanik, deformasi, gas, serta curah hujan selama beberapa bulan terakhir sehingga peringatan dini bisa lebih cepat diinformasikan dan diberitahukan kepada warga sekitar untuk mengantisipasi bencana ini. Selain itu, diketahui bahwa kurangnya koordinasi dalam hal komunikasi. Sejumlah warga sekitar mengaku bahwa mereka tidak mendapatkan informasi mengenai peringatan dini akan munculnya erupsi. Namun, hal iniditanggapi sebaliknya oleh Kepala PVMBG yang meyebutkan bahwa pihaknya telah memberikan peringatan dini ke berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, tokoh masyarakat dan pihak terkait lainnya. Miskomunikasi yang terjadi ini menyebabkan sejumlah warga tersebut yang tidak menerima peringatan dini menjadi terlambat untuk dievakuasi. Padahal, jika peringatan dini disampaikan dan disebarkan secara menyeluruh kepada semua pihak, tentu saja dapat meminimalisir jumlah korban jiwa karena mereka dapat mengungsi dan dievakuasi terlebih dahulu.Â
Terakhir, banyak warga yang masih percaya dengan kehadiran juru kunci dari masing-masing gunung dibandingkan dengan informasi yang disampaikan oleh BNPB. Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat diberikan edukasi dan sosialitasi terkait dengan upaya perkait dengan informasi apa yang harus mereka percaya serta apa saja yang harus dilakukan sebagai upaya penyelamatan diri jika sewaktu-waktu terjadi letusan gunung berapi.
Dengan pertimbangan dan saran-saran di atas diharapkan bahwa risiko letusan gunung berapi ini dapat diantisipasi dan ditangani dengan lebih baik lagi sehingga dapat meminimalisir segala dampak yang diakibatkan olehnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H